Antisipasi Wabah Corona, Indonesia Lakukan Pencegahan Lewat Deteksi Dini

Sabtu, 01 Februari 2020 - 10:25 WIB
Antisipasi Wabah Corona, Indonesia Lakukan Pencegahan Lewat Deteksi Dini
Antisipasi Wabah Corona, Indonesia Lakukan Pencegahan Lewat Deteksi Dini
A A A
JAKARTA - Antisipasi penyebaran virus corona terus dilakukan Pemerintah Indonesia. Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menunjuk 100 rumah sakit rujukan yang menangani kasus-kasus kanker corona.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu mengatakan, di Indonesia prosedurisolasi hanya dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk khusus untuk menanggulangi penularannya. ”Kemenkes sudah menunjuk 100 rumah sakit rujukan, namun untuk di Jakarta ada tiga rumah sakit rujukan, yaitu Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, Rumah Sakit Gatot Soebroto, dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan,” ujarnya.

Upaya untuk meningkatkan kewaspadaan virus corona ini selalu dilakukan. Salah satunya dengan pengecekan kesehatan melalui thermal scanner yang ditempatkan dibeberapa pintu kedatangan bandara. ”Sampai saat ini kita terus melakukan pemantauan melalui thermal scanner yang memang kita lakukan sejak awal. Kami juga terus meningkatkan kewaspadaan, dengan mulai melakukan pemeriksaan langsung ke dalam pesawat,” ungkap Wiendra.

Kemenkes sudah mulai melakukan pengecekan ini di Bandara Soekarna-Hatta, Tangerang, Banten, sejak pekan lalu. Jika ada yang terindikasi virus, seseorang itu akan diarahkan ke pos kesehatan di bandara. Penjagaan tidak hanya dilakukan di bandara. Kemenkes juga sudah mulai melakukan penjagaan di pelabuhan.

”Untuk di Tanjung Priok kami sudah mulai minggu lalu. Jadi, pemeriksaannya kami lakukan di dalam kapal, petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang akan memeriksa. Jika semua sudah selesai baru diizinkan untuk berlabuh,” ungkapnya.

Tak hanya terus melakukan pencegahan di area kedatangan bandara dan pelabuhan, Kemenkes juga telah menyiapkan sejumlah kapsul untuk mengevakuasi pendatang dari luar Indonesia yang terjangkit virus corona. ”Kita punya 21 kapsul evakuasi yang disiapkan untuk siapa pun yang terdapat tanda-tanda virus corona. Kapsul ini sudah siap digunakan dan ditempatkan di beberapa bandara seperti Banda Aceh, Medan, Padang, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, Makassar, hingga Jayapura,” katanya.

Wiendra menjelaskan, gunanya kapsul ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari seseorang yang terjangkit virus corona. Karena itu, penggunaan masker dan selalu mencuci tangan menjadi hal wajib untuk menjaga dan terhindar dari virus yang berasal dari Wuhan, China, ini. Salah satu cara menangkalnya, gunakanmasker N95 dan masker bedah yang bisa melindungi pengguna dari penularan airbone transmission. (Baca: Virus Corona Wuhan Mengganas, WHO Kembali Gelar Pertemuan Darurat)

”Selalu menggunakan masker karena penyebaran virus ini melalui cipratan air liur ketika bersin. Bila dikatakan penyebarannya juga bisa melalui mata itu hoaks. Karena virus ini menyerang saluran pernapasan dan penyebarannya hanya melalui udara,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala KKP Kelas I Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Anas Ma’ruf meyakinkan timnya dan seluruh stakeholder yang ada di bandara sudah saling berkoordinasi untuk setiap ancaman kesehatan.

Menurutnya, ada tidaknya wabah penyakit yang sedang menjalar di dunia, Bandara Soetta memiliki thermos canner untuk mengukur suhu tubuh manusia. ”Kami tingkatkan pengontrolan suhu ini lebih ketat jika adakejadian luar biasa seperti sekarang ini. Terutama penumpang asal China dan negara lain yang sudah diinfokan warganya positif terjangkit virus corona,” jelas Anas.

Dia menambahkan, ketika MERS (Middle East Respiratory Syndrome) atau virus unta mencuat, prioritas perhatian jatuh ke penumpang dari Timur Tengah. Meski MERS hanya akan menular dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia, tim kesehatan bandara saat itu tetap melakukan pengawasan ketat.

”Apalagi virus corona. Selain penyebarannya cepat, juga sudah terbukti menular dari manusia kemanusia. Itu yang membuat kami lebih siaga mengawasi penumpang,” tegasnya.

Bahkan, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan internasional pada Kamis (30/1/2020) karena virus sudah menjalar hingga 18 negara, kini pemeriksaan suhu tubuh khusus untuk penumpang pesawat asal China, langsung didatangi petugas kesehatan Bandara Soetta.

”Petugas kami sudah menunggu di luar pesawat. Saat pintu pesawat terbuka, kami sudah siap memeriksa suhu tubuh mereka menggunakan termometer digital yang ditempelkan di dahi atau leher,” jelas Anas.

Suhu tubuh 38 derajat Celsius ke atas yang akan segera diminta untuk diperiksa. Selain menggunakan thermo scanner, sosialisasi selalu dilakukan pihak bandara melalui media digital untuk mengingatkan penum-pang selalu waspada. Di pesawat, petugas maskapai pun aktif melakukan sosialisasi tindakan pencegahan.
Bahkan, penumpang harus mengisi kartu kewaspadaan kesehatan yang nanti di bandara diperiksa oleh tim kesehatan bandara. Kartu inidiberikan jika sedang ada wabahmengkhawatirkan seperti saat ini.

Tri Yunis Miko Wahyono, ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia, mengatakan bahwa virus di tubuh tidak dapat diketahui hanya dengan alat karena virus itu masuk ke sel tubuh manusia. Jika alat pendeteksi suhu tubuh itu menunjukkan suhu tubuh tinggi di atas 35 derajat Celsius, terutama mereka yang selesai bepergian dari negara terdampak, penumpang tersebut dikarantina untuk dicek.
”Dimulai dengan pengambilan darah, kemudian diambil usapan tenggorok untuk memeriksa virus apa yang berkembang atau mungkin juga kuman dan bakteri,” ungkapnya. (Baca juga: AS Ambil Keuntungan dari Wabah Virus Corona Wuhan)

Demam pada manusia penyebabnya memang beragam; bukan hanya virus, melainkan juga bakteri ataupun kuman. Virus segera diidentifikasi massa genetik atau kromosomnya. Dari massa jenis itu dapat diidentifikasi artifisialnya atau jenis virus.

Tri menambahkan, alat pendeteksi suhu tubuh sebagai garda terdepan menjadi alat canggih yang segera melihat suhu tubuh secara akurat, meskipun secara fisik atau sentuhan tubuh belum terasa demam. Kekurangannya terjadi bisa pada petugas yang kebingungan jika seseorang memiliki suhu tubuh yang hampir mendekati batas minimal.

”Suhu tubuh normal itu 36,8 - 37,3 derajat Celsius. Jika ada seseorang dengan suhu 37,4, petugas sering kali kebingungan apakah orang tersebut harus diisolasi atau tidak. Dibutuhkan keyakinan untuk mengambil keputusan apakah suhu seperti itu layak dikarantina atau tidak,” jelas Tri.

Sebagai dokter yang merangkap akademisi, harapannya hanya mencegah kepanikan masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum paham sehingga mereka panik jika suhu badan panas. Demam tinggi identik dengan virus corona karena sedang ramai dibicarakan banyak orang.

Tri juga kembali menegaskan bahwa masyarakat harus paham jika nanti di Indonesia ditemukan pasien yang terjangkit virus corona, tidak serta-merta dapat membuat vaksin di Indonesia. ”Lebih efektif dibuat di Wuhan, tempat pertama virus ini ditemukan karena kasusnya banyak. Di Indonesia, juga belum memiliki laboratorium yang dapat mengidentifikasi langsung virus corona ini,” ujar Tri.

Dia menambahkan, untuk membuat vaksin, virus harus diisolasi. Dibutuhkan banyak virus, kemudian ditentukan jenis vaksin yang ingin dibuat. Vaksin dari genetik atau dari sitoplasma atau pembungkusnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.2183 seconds (0.1#10.140)