Pemecatan Jokowi, Gibran dan Bobby dari PDIP Dinilai Sangat Dinantikan Ketiganya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemecatan Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai sangat dinantikan ketiganya. Pemecatan itu juga tidak membuat pengaruh politik ketiganya redup.
"Pemecatan secara terbuka tersebut sepertinya justru sangat dinantikan oleh Jokowi, Gibran, dan Bobby yang selama ini merasa PDIP menjadi beban politiknya," ujar Ketua Umum Rampai Nusantara Mardiansyah Semar, Selasa (17/12/2024).
Menurut Semar, pemecatan itu justru merugikan PDIP lantaran Gibran saat ini sedang mengemban tugas sebagai Wakil Presiden dan Bobby Nasution terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara.
"Dan Jokowi Presiden ke-7 yang masih sangat berpengaruh bahkan dukungan publik pada dirinya masih sangat besar sekali," katanya.
Salah satu indikatornya mayoritas calon kepala daerah yang didukung Jokowi berhasil memenangkan kontestasi Pilkada.
"Bahkan terus-menerus tak henti masyarakat menemui Jokowi di kediamannya di Solo baik secara individu maupun berkelompok ini kan luar biasa sekali," ujar Semar.
Dia juga menyinggung kiprah Jokowi dan keluarganya yang menurutnya telah berhasil mendongkrak suara PDIP menjadi partai pemenang dalam beberapa pemilu di Indonesia yang sebelumnya sulit dicapai.
"Sudah terbukti, sejak kali pertama pemilu presiden dilakukan secara langsung di tahun 2004 PDIP selalu gagal dalam kontestasi pilpres tersebut dan baru berhasil setelah adanya sosok Jokowi yang membuat kemenangan PDIP dua kali berturut-turut baik pilpres maupun pileg," ujarnya.
"Dengan begitu dapat diartikan Jokowilah yang membuat PDIP berhasil merebut kekuasaan politik dan fakta terakhir ketika mengusung Ganjar justru menjadi juru kunci alias paling kecil suara yang didapat," sambungnya.
Dia melanjutkan, tanpa Jokowi ternyata PDIP gagal dalam pilpres.
"Dan agak lucu juga suara partai lebih besar dari suara capresnya biasanya sebaliknya ya," ujar Semar yang juga aktivis 98 itu.
Dirinya yakin partai politik saat ini semua berharap Jokowi dan keluarganya bisa bergabung pascadipecat dari PDIP karena animo publik yang masih sangat tinggi pada presiden ketujuh tersebut.
"Banyak sekali yang siap menampung Jokowi, Gibran, dan Bobby secara politik karena mereka memiliki kekuatan politik yang sangat diperhitungkan dengan dukungan masyarakat yang masih cukup luas dan besar, sehingga akan membawa keuntungan bagi partai politik yang dapat meminangnya," imbuhnya.
Menurut dia, yang patut dipertanyakan itu alasan pemecatan. "Karena Jokowi intervensi MK ini tuduhan serius yang harus dibuktikan karena kami meyakini Jokowi tak akan melakukannya," ungkap Semar.
Diakhir Semar menegaskan pihaknya terus mendukung langkah-langkah politik yang akan diambil oleh Jokowi dan keluarganya karena yakin jalan yang akan dipilih tentu untuk kepentingan bangsa secara umum.
"Rampai Nusantara akan selalu bersama untuk mendukung langkah politik Jokowi dan Gibran karena diyakini apa pun yang akan ditempuh pasti mengutamakan kepentingan bangsa dan negara khususnya untuk rakyat Indonesia" pungkasnya.
"Pemecatan secara terbuka tersebut sepertinya justru sangat dinantikan oleh Jokowi, Gibran, dan Bobby yang selama ini merasa PDIP menjadi beban politiknya," ujar Ketua Umum Rampai Nusantara Mardiansyah Semar, Selasa (17/12/2024).
Menurut Semar, pemecatan itu justru merugikan PDIP lantaran Gibran saat ini sedang mengemban tugas sebagai Wakil Presiden dan Bobby Nasution terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara.
"Dan Jokowi Presiden ke-7 yang masih sangat berpengaruh bahkan dukungan publik pada dirinya masih sangat besar sekali," katanya.
Salah satu indikatornya mayoritas calon kepala daerah yang didukung Jokowi berhasil memenangkan kontestasi Pilkada.
"Bahkan terus-menerus tak henti masyarakat menemui Jokowi di kediamannya di Solo baik secara individu maupun berkelompok ini kan luar biasa sekali," ujar Semar.
Dia juga menyinggung kiprah Jokowi dan keluarganya yang menurutnya telah berhasil mendongkrak suara PDIP menjadi partai pemenang dalam beberapa pemilu di Indonesia yang sebelumnya sulit dicapai.
"Sudah terbukti, sejak kali pertama pemilu presiden dilakukan secara langsung di tahun 2004 PDIP selalu gagal dalam kontestasi pilpres tersebut dan baru berhasil setelah adanya sosok Jokowi yang membuat kemenangan PDIP dua kali berturut-turut baik pilpres maupun pileg," ujarnya.
"Dengan begitu dapat diartikan Jokowilah yang membuat PDIP berhasil merebut kekuasaan politik dan fakta terakhir ketika mengusung Ganjar justru menjadi juru kunci alias paling kecil suara yang didapat," sambungnya.
Dia melanjutkan, tanpa Jokowi ternyata PDIP gagal dalam pilpres.
"Dan agak lucu juga suara partai lebih besar dari suara capresnya biasanya sebaliknya ya," ujar Semar yang juga aktivis 98 itu.
Dirinya yakin partai politik saat ini semua berharap Jokowi dan keluarganya bisa bergabung pascadipecat dari PDIP karena animo publik yang masih sangat tinggi pada presiden ketujuh tersebut.
"Banyak sekali yang siap menampung Jokowi, Gibran, dan Bobby secara politik karena mereka memiliki kekuatan politik yang sangat diperhitungkan dengan dukungan masyarakat yang masih cukup luas dan besar, sehingga akan membawa keuntungan bagi partai politik yang dapat meminangnya," imbuhnya.
Menurut dia, yang patut dipertanyakan itu alasan pemecatan. "Karena Jokowi intervensi MK ini tuduhan serius yang harus dibuktikan karena kami meyakini Jokowi tak akan melakukannya," ungkap Semar.
Diakhir Semar menegaskan pihaknya terus mendukung langkah-langkah politik yang akan diambil oleh Jokowi dan keluarganya karena yakin jalan yang akan dipilih tentu untuk kepentingan bangsa secara umum.
"Rampai Nusantara akan selalu bersama untuk mendukung langkah politik Jokowi dan Gibran karena diyakini apa pun yang akan ditempuh pasti mengutamakan kepentingan bangsa dan negara khususnya untuk rakyat Indonesia" pungkasnya.
(shf)