100 Dokter Gugur karena Corona, PKS Usul Bikin Monumen Tenaga Medis

Senin, 31 Agustus 2020 - 13:49 WIB
loading...
100 Dokter Gugur karena...
IDI Per 31 Agustus 2020 mencatat sebanyak 100 dokter telah wafat semenjak virus Corona (Covid-19) merebak di Indonesia yang dimulai pada awal Maret 2020. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Per 31 Agustus 2020 telah mencatat sebanyak 100 dokter telah wafat semenjak virus Corona (Covid-19) merebak di Indonesia yang dimulai pada awal Maret 2020.

Menurut sumber yang sama, persentase kematian dokter yang terjangkit Covid-19 terbanyak berada di Pulau Jawa, yakni sebesar 65%. (Baca juga: 100 Dokter Gugur Terpapar Covid-19, PB IDI Keluarkan Empat Instruksi Ini)

Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf menyesalkan angka kematian tenaga medis yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Dia berpendapat, bertambahnya angka kematian tenaga medis itu merupakan konsekuensi dari model penanganan Covid-19 oleh pemerintah yang lemah dalam memprioritaskan aspek kesehatan.

(Baca juga: Kasus Baru di Kuwait, Total 1.371 WNI Positif Covid-19)

"Hilangnya nyawa 100 orang dokter merupakan jumlah yang amat signifikan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan dokter yang kita miliki saat ini, yakni hanya sekitar 168 ribu dokter. Mereka adalah aset bangsa yang amat mahal," kata Bukhori dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Senin (31/8/2020).

"Meskipun kita tahu bahwa kematian ada di tangan Allah, akan tetapi proses bagaimana mereka gugur itu lah yang seharusnya bisa diantisipasi. Ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah supaya di waktu mendatang tidak ada lagi hari berkabung," tambahnya.

Dia menilai, tindakan pemerintah yang seolah menomorduakan aspek kesehatan bisa dicermati dari sisi lemahnya segi anggaran yang dikucurkan serta daya serap anggaran oleh Kementerian Kesehatan terkait penanganan Covid-19. Sebelumnya, pemerintah telah menaikan anggaran penanganan Corona yang semula Rp405,1 triliun menjadi Rp677,2 triliun atau membengkak sebesar 67 persen.

"Dalam perubahan postur anggaran yang baru, kita bisa cermati bahwa anggaran untuk korporasi ternyata jauh lebih besar, yakni sekitar Rp120 triliun jika dibandingkan dengan anggaran untuk bidang kesehatan yang hanya berkisar Rp87 triliun," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Ironisnya lanjut dia, terhitung sampai bulan Juli 2020, serapan anggaran kesehatan ini baru mencapai Rp4,4 Triliun atau sekitar 5% saja. Artinya sambung dia, kegagapan pemerintah dalam menentukan skala prioritas ternyata berakibat fatal, yakni hilangnya nyawa anak bangsa.

"Sekali lagi, kita benar-benar dibuat merinding ketika dihadapkan fakta bahwa sudah 100 dokter yang wafat akibat Covid-19 ini. Bertambahnya angka kematian tenaga medis ini tidak boleh dimaknai sebagai angka statistik semata, sebab mereka adalah bagian dari keluarga kita di mana keberadaan mereka sesungguhnya memiliki makna tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya," ujarnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1781 seconds (0.1#10.140)