KIS, Kartu Ajaib Era Jokowi yang Memudahkan Masyarakat Dapatkan Layanan Kesehatan Gratis

Selasa, 15 Oktober 2024 - 07:34 WIB
loading...
KIS, Kartu Ajaib Era...
Tenaga kesehatan merawat bayi baru lahir di salah satu rumah sakit, Makassar, Sulawesi Selatan, 2 Juli 2023. Mendaftarkan bayi yang baru lahir sebagai peserta BPJS Kesehatan memiliki banyak manfaat. Foto/Dok SINDOnews
A A A
TANGERANG - Sejak diluncurkan pada tahun 2014, Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjadi angin segar bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan gratis. KIS dinilai sebagai kartu ajaib karena banyak membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan hingga sembuh.

Program layanan kesehatan yang diluncurkan pemerintahan Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) ini dinilai sukses, khususnya dalam hal menjangkau masyarakat golongan menengah ke bawah untuk mendapatkan akses kesehatan gratis.

Kehadiran KIS ini juga dirasakan manfaatnya oleh ibu-ibu hamil di seluruh daerah di Indonesia. Bukan hanya biaya persalinan, biaya kontrol dan pengobatan ibu hamil juga terpenuhi oleh KIS.

Hal itu disampaikan Jeni Ekariyantama. Terlahir dari keluarga yang tidak mampu, dia dan kedua orang tuanya lantas berinisiatif membuat KIS pada tahun 2015.



Menurut perempuan yang akrab disapa Eka ini, saat itu proses pembuatan kartu tersebut cukup mudah. Ia hanya perlu menyiapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) untuk membuat pengantar dari kelurahan seusai mendapat pengantar dari RT/RW setempat.

KIS, Kartu Ajaib Era Jokowi yang Memudahkan Masyarakat Dapatkan Layanan Kesehatan Gratis

Jeni Ekariyantama, warga yang merasakan manfaat Kartu Indonesia Sehat (KIS). Foto/Wiwie Heriyani

Eka lalu pergi ke puskesmas terdekat untuk meminta surat pengantar pendaftaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan agar mendapatkan kartu KIS tersebut. Setelah dokumen lengkap, dia datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan terdekat.

Saat itu memang cukup antre. Namun, menurutnya, jika mengikuti prosedur, proses untuk bisa mendapatkan KIS tidak memakan waktu yang lama. Dalam tempo tiga hari, Eka dan keluarganya langsung mendapatkan KIS sebagai kartu BPJS untuk peserta BPJS PBI atau Penerima Bantuan Iuran dari pemerintah.



"Intinya saat itu gampang-gampang saja sih, karena ada petugas yang mengarahkan. Jadi setelah antre, Kartu KIS itu langsung jadi," tutur Eka saat diwawancara di Rumah Sakit Bhakti Asih, Ciledug, Tangerang.

Kartu Ajaib


Sejak saat itu, Eka dan keluarganya lantas mulai merasakan betul manfaat KIS tersebut. Mereka tak mengeluarkan uang sepeser pun untuk berobat. Mulai dari saat sakit tifus, demam berdarah, hingga penyakit kronis lain seperti diabetes yang diderita oleh sang ibu. Bahkan, saat ia hamil hingga melahirkan kedua anak kembarnya pada tahun 2021.

Saat ini, Eka tengah mengandung buah hatinya yang ketiga. Tentu saja, dia kembali mengandalkan 'kartu ajaib' tersebut selama proses kontrol.

Menurut Eka, KIS bak 'kartu ajaib' baginya. Sebab, selama kebutuhan kontrol kehamilan hingga persalinan, ia tak mengeluarkan uang sepeser pun! Mulai dari USG atau ultrasonografi hingga memperoleh obat-obatan dan vitamin.

"Ya, bisa dibilang ini kayak kartu ajaib ya. Aku tiap bulan kontrol kehamilan di klinik faskes (fasilitas kesehatan) 1 pake KIS, gratis. Dapat vitamin plus USG dua kali," kata Eka, semringah.

Bahkan, kata Eka, jika flu atau batuk saja dia tetap memeriksakan diri memakai KIS. "Gratis dan dapet obat. Saat itu juga bisa pilih faskes 1 kalau kejauhan dari rumah," ujarnya.
KIS, Kartu Ajaib Era Jokowi yang Memudahkan Masyarakat Dapatkan Layanan Kesehatan Gratis


Menyebut KIS sebagai ‘kartu ajiab’ bukanlah tanpa alasan. Sebab, kata Eka, untuk mendapatkan pengobatan dan fasilitas kesehatan, tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jangankan untuk berobat, mendapatkan uang untuk makan saja susahnya bukan main. Apalagi, sang suami masih kerja serabutan sambil menjadi penjaga toko.

Upah suami sebesar Rp2 jutaan per bulan tentu saja tak cukup untuk pengobatan atau bahkan untuk kontrol kehamilan. Menurut Eka, dia dan keluarga sangat bergantung dengan kartu KIS untuk mendapatkan akses pengobatan dan kesehatannya selama ini.

Apalagi, Eka dan suami tak perlu mengeluarkan iuran apa pun setiap bulannya. "Bersyukur banget, karena memang terbantu sekali. Menurutku Kartu KIS ini kalau tepat sasaran, ya jadinya sangat membantu orang-orang miskin seperti kami ini," katanya.

Eka juga menceritakan pengalamannya saat pertama kali menggunakan KIS untuk melahirkan kedua buah hatinya yang kembar pada 2021.



Eka yang tinggal di rumah kontrakan dua petak di kawasan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, lantas memilih kontrol kehamilannya di Puskesmas Rawa Buntu.

Saat momen kelahiran anaknya tiba, dia kemudian langsung dirujuk ke Rumah Sakit Pena 98 Gunung Sindur, Jawa Barat. Dari awal kontrol kehamilan hingga proses persalinan, Eka mengaku cukup dipermudah. Dia bahkan mendapat fasilitas ambulans yang mengantarnya ke rumah sakit rujukan.

"Karena waktu itu memang kondisinya sudah enggak memungkinkan dan bukaan hampir lengkap, jadi sampai dikasih fasilitas ambulans menuju rumah sakit rujukan," tuturnya.

Kedua buah hatinya yang kembar dan berjenis laki-laki itu lantas lahir dengan selamat dan sehat melalui proses persalinan secara caesar.

Dalam waktu dekat, Eka berencana kembali melakukan persalinan dengan memanfaatkan KIS, yang disebutnya kartu ajaib itu.

Diketahui, KIS adalah program kesehatan yang diluncurkan di bawah pemerintahan Presiden Jokowi pada tahun 2014. Kartu ini merupakan salah satu program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemberian layanan kesehatan bagi seluruh warga Indonesia.

KIS merupakan kartu jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk masyarakat kurang mampu, yaitu Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial (PMKS) dan bayi yang lahir dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang belum mendapatkan jaminan.

Tak hanya memberikan layanan kesehatan, KIS juga bertujuan agar peserta dapat mengakses informasi terkait tindakan pencegahan. Selain itu, untuk mengetahui lebih jauh akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh, serta deteksi dini penyakit bagi masyarakat PMKS di fasilitas kesehatan.

Masyarakat PMKS yang dimaksud di sini adalah kelompok orang-orang yang tidak mampu untuk menopang kehidupan perekonomian secara mandiri sehingga tidak bisa hidup secara layak.

Beberapa kriteria peserta PMKS antara lain anak atau lansia telantar, anak atau lansia yang berada di panti asuhan, anak korban kekerasan yang tinggal di panti asuhan atau rumah singgah, gelandangan, pengemis, dan pemulung yang tidak punya rumah tetap.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1188 seconds (0.1#10.140)