Profil Jenderal TNI (Purn) Mulyono, Pernah Buang Pangkat Bintang Empat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Profil mengenai Jenderal TNI (Purn) Mulyono yang diulas dalam artikel ini menarik untuk diketahui. Dia pernah membuang pangkat bintang empat dari seragam dinasnya.
Mulyono merupakan jebolan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1983. Jabatan terakhir purnawirawan TNI AD ini adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dia memasuki masa purnatugas dari TNI AD pada 12 Januari 2019. Mulyono lahir di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada 12 Januari 1961.
Foto/Dok TNI AD
Dia adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Suyatno Yatno Wiyoto yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai Dinas Pekerjaan Umum bagian pengairan.
Sedangkan ibunya, Pardinah merupakan ibu rumah tangga, karena memang juga tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Kelahiran Mulyono merupakan dambaan hati dan kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.
“Pemberian nama Mulyono yang merupakan anak ketiga mengandung maksud agar nantinya anak yang dilahirkan ini mempunyai sifat yang mulia atau membawa kemuliaan,” bunyi kalimat dikutip dari Buku Biografi Mulyono "Sosok Jenderal, Sang Pembeda" yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, Bandung, 2018.
Mulyono merupakan jebolan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1983. Jabatan terakhir purnawirawan TNI AD ini adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dia memasuki masa purnatugas dari TNI AD pada 12 Januari 2019. Mulyono lahir di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada 12 Januari 1961.
Foto/Dok TNI AD
Dia adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Suyatno Yatno Wiyoto yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai Dinas Pekerjaan Umum bagian pengairan.
Sedangkan ibunya, Pardinah merupakan ibu rumah tangga, karena memang juga tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Kelahiran Mulyono merupakan dambaan hati dan kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.
“Pemberian nama Mulyono yang merupakan anak ketiga mengandung maksud agar nantinya anak yang dilahirkan ini mempunyai sifat yang mulia atau membawa kemuliaan,” bunyi kalimat dikutip dari Buku Biografi Mulyono "Sosok Jenderal, Sang Pembeda" yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat, Bandung, 2018.