Kunjungan Paus Fransiskus Perkuat Relasi Antarumat Beragama

Senin, 09 September 2024 - 21:03 WIB
loading...
Kunjungan Paus Fransiskus...
Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (kanan) mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar usai melakukan foto bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). FOTO/SINDOnews/ARIF JULIANTO
A A A
JAKARTA - Paus Fransiskus , yang dikenal sebagai Paus ke-266 dari Vatikan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan dalam perjalanan apostoliknya. Pimpinan umat Katolik seluruh dunia ini menjadikan kunjungannya ke Indonesia sebagai wujud keseriusan umat Katolik membangun kerukunan antarumat beragama.

Rohaniawan Katolik, Ignatius Rudy Pratikno menjelaskan, kunjungan Paus Fransiskus pada September 2024 ke beberapa negara, termasuk Indonesia, dimaksudkan untuk memperkuat relasi antarumat beragama di dunia.

"Kedatangan Paus Fransiskus pimpInan tertinggi umat Katolik sedunia, khususnya yang berada di Indonesia, mempertegas komitmen kami dalam memperkuat hubungan antarumat beragama di Indonesia. Segala upaya yang dilakukan umat Katolik dalam memberikan kegiatan pelayanan kasih secara nyata di masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama dan ras, diteguhkan dengan kedatangan langsung Paus Fransiskus," kata Rudy dalam keterangannya dikutip, Senin (9/9/2024).



Menurutnya, upaya dalam memelihara hubungan baik antarumat beragama perlu dilakukan semua pihak, tak terkecuali umat Katolik Indonesia. Hal ini ditujukan untuk membina hubungan antargolongan dengan lebih stabil dan resisten dari ancaman dan gangguan yang disebabkan oleh polarisasi sebagai dampak dari isu-isu yang bersifat politis.

Rudy yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta ini mengulas bahwa di beberapa daerah di Indonesia terkadang masih ada saja konflik antarumat beragama. Walaupun demikian, dirinya menyimpulkan gesekan antar umat beragama di Indonesia seringkali disebabkan oleh hal yang tidak substansial.

"Sesungguhnya konflik antarumat beragama, misalnya antara umat Islam dan Kristen, lebih diakibatkan oleh konflik politik kekuasaan yang dibawa-bawa dan dibungkus dengan nama perbedaan agama. Pemimpin-pemimpin massa yang berseteru dalam berebut kekuasaan dan fasilitas, menarik konflik-konflik politik tersebut kepada umat yang seagama dengannya agar memperoleh dukungan suara yang lebih luas," katanya.

Rudy beranggapan, isu-isu primordial seperti perbedaan suku, agama, dan ras, seharusnya sudah tidak digunakan lagi dalam mendulang dukungan politik sebagian kelompok. Keuntungan sesaat yang ingin diraih pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini seringkali menyisakan trauma berkepanjangan bagi masyarakat yang mendambakan hidup dengan damai dalam perbedaan.



Menurutnya, perbedaan keimanan antarumat beragama tidak menjadi penghalang dalam mewujudkan kebaikan dan kedamaian untuk bersama. Jika tujuannya memang baik, maka apapun perbedaan yang dimiliki bisa dijembatani demi memberikan manfaat bagi sesama.

"Perbedaan keyakinan tidaklah menjadi penghalang untuk bersatu dalam kebaikan, karena bukankah semua ajaran agama mempunyai keyakinan yang sama yaitu bertujuan untuk mengamalkan kebaikan terutama menyejahterakan umat/masyarakat yang miskin dan berkekurangan," katanya.

Selain itu, Rudy beranggapan hubungan lintas keimanan yang baik dapat memberikan manfaat secara langsung dalam stabilitas nasional. Hal ini seharusnya semakin menguatkan masing-masing umat beragama dalam mencapai kemajuan bersama sebagai sesama rakyat Indonesia.

Korelasi lintas keimanan dengan stabilitas nasional terjadi karena rakyat Indonesia hampir seluruhnya merupakan bagian dari umat beragama. Bila hubungan antarumat beriman/beragama baik, maka segala perbedaan pendapat dan kepentingan lebih mudah diatasi dengan cara berdialog dan bermusyawarah mufakat.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia juga dianggap Rudy sebagai baiknya hubungan Indonesia dengan negara Vatikan. Hal ini tentu menjadi catatan baik terhadap kadar toleransi Indonesia secara keseluruhan, mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar, dan Vatikan dianggap mewakili umat Katolik seluruh dunia.

"Relasi Indonesia dengan Vatikan sampai sekarang berjalan semakin kuat, baik melalui hubungan diplomatik formal maupun melalui hirarki gereja," kata Rudy.

Dengan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Rudy berharap agar toleransi antar umat beragama di Indonesia bisa menjadi semakin kuat dan menjadi contoh dalam keberhasilan mengelola perbedaan bagi dunia Internasional.

"Bangsa Indonesia sudah berada digaris depan dalam hubungan antar umat beragama karena sudah memiliki dasar negara Pancasila yang mempersatukan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Bila dijalankan di dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, dan bernegara, maka Indonesia layak menjadi contoh bagi dunia internasional dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan antar warga bangsa maupun antar negara," kata Rudy.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0991 seconds (0.1#10.140)