Jelaskan Sikap PKS di Pilkada 2024, Tifatul Sembiring Dirujak Netizen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Politikus Senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menjelaskan sikap PKS di Pilkada 2024 pada media sosial X (sebelumnya Twitter) miliknya, @tifsembiring, Senin (19/8/2024). Sebab, kata mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, masih banyak yang penasaran dengan sikap PKS.
“Apakah PKS sudah berubah? Masih banyak yang penasaran tentang sikap PKS di Pilkada 2024. Bismillahirrahmanirrahim,” cuit Tifatul mengawali penjelasannya.
“Pertama, Insyaallah PKS masih seperti yang dulu, tidak berubah. Azasnya tetap Islam dan cita2nya tetap Terwujudnya Indonesia yang berkeadilan, sejahtera dan bermartabat,” sambung politikus yang hobi pantun ini.
Dia mengatakan, PKS tetap dalam rel dan koridor amanah reformasi yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD NRI tahun 1945. Dia melanjutkan, upaya-upaya yang sungguh-sungguh melakukan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik, serta penyelamatan bangsa dan NKRI.
“Sehingga PKS, sebagai salah satu kumpulan elemen anak bangsa, terjun ke ranah politik dengan menjalankan ketentuan2 dalam konstitusi dan aturan2 yang berlaku dalam sistem demokrasi di Indonesia,” ungkapnya.
Dia menambahkan, saat ini PKS memiliki kader berpendidikan S3, lebih dari 500 orang, baik disiplin ilmu Syariah, Fanniyah (Teknik), dan Ilmiyyah (sains). “Dewan tertinggi di PKS namanya MAJELIS SYURO, beranggotakan 99 orang. Secara ideal dikomposisi 50% unsur Syariah, 25% Fanniyah dan 25% Ilmiyyah,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, keputusan-keputusan strategis diambil lewat pembahasan di Majelis Syuro. “Maaf di PKS, untuk hal2 strategis tidak ada itu istilah instruksi Ketum. Semua dimusyawarahkan,” ucapnya.
Dia menerangkan bahwa dalam kaitannya dengan koalisi atau aliansi, PKS memiliki empat tingkatan, Koalisi Ideologis, Koalisi Strategis, Koalisi Taktis, dan Koalisi Teknis. Dalam pengelolaan negara, lanjut dia, level koalisinya strategis, pernah dilakukan dengan SBY periode 2004-2014.
“Adapun PILKADA ini, dalam pandangan PKS, hanya koalisi yg bersifat taktis. Bagaimana sandang, pangan, papan masyarakat daerah setempatan bisa terpenuhi. Bagaimana pengangguran menurun, bagaimana kesehatan terlayani dengan baik, bagaimana infrastruktur daerah dibangun dan dipelihara. Bagaimana pendidikan bisa maju dsb dsb,” katanya.
Adapun koalisi teknis, dia mengatakan, lebih kepada koalisi kemanusiaan. “Kalau kata Kiyai saya ‘ukhuwwah bashoriyyah. Agak rancu juga, jika dengan prinsip2 diatas, dalam upaya2 PKS di pilkada2, yang bersifat taktis itu, TAPI dievaluasi secara idelogis. Ada yang mengirimkan hadits ‘ayatul munaafiq tsalaatsun’. Dsb,” ujarnya.
Dalam pertimbangan lain, sambung dia, Dewan Syariah Pusat PKS semacam lembaga Yudikatif, juga memberikan arahan-arahan kaidah ushulul fiqh. “Seperti: jika ada 4 orang calon, bagus2 semua, maka gunakan prinsip ‘man ahsana minhum’, pilih siapa yang terbaik dari mereka,” jelasnya.
Akan tetapi, kata Tifatul, jika hanya ada 2 calon, ternyata kurang bagus ke dua-duanya, maka gunakan kaidah ‘akhoofudh dhoroorain’, siapa yang lebih ringan mudharatnya. “Yang paling penting, kepemimpinan itu harus tetap ada, harus dipilih,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, dalam sesi pilkada 2024 ini, PKS mengurus lebih dari 400 pilkada. “Semua menggunakan prinsip2 diatas. Demikianlah usaha2 maksimum yang dapat kami upayakan. Bagi teman2 yang punya pendapat dan pilihan lain, silakan. Semoga mendapat pemimpin daerah yang terbaik dan bahagia dengan pilihannya. Kami mohon maaf, belum bisa memuaskan semua orang. Dayung ke tepian bersama kekasih/ Cukup sekian dan terimakasih,” pungkasnya.
Cuitan Tifatul dirujak netizen atau warganet. “Maaf ustadz sy salah satu pemilih @PKSejahtera dan sy muak sekarang dengan PKS, #ByePKS,” cuit akun @diedadara***.
Tifatul pun menimpali cuitan netizen tersebut. “Silakan mas, semoga mendapatkan partai yang lebih baik dari PKS. Asalkan anda bahagia,” kata Tifatul.
“Dari bacaan saya, rata-rata pemilih PKS yg menyatakan "selamat tinggal" bukan ingin menjadi konstituen partai lain. Tapi GOLPUT. Banyak pemilih PKS bersimpati pada partai ini karena Istiqomah dg sikap oposisinya thd rezim Jokowi. Dan kini kecewa,” cuitan netizen @maymar***.
“Artinya PKS memang sudah Error sejak dulu ya tadz??” cuit netizen lainnya @you_are_***.
“Menurut anda, bagian mana yang error… Atau pikiran situ yg lagi error,” timpal Tifatul dengan emoji nyengir.
“Dikritik malah blg pikirannya org yg ngritik lgi error sehat?” jawab netizen @Si_Godzi***.
“Tapi DUKUNG DINASTY??? Masih Konsisten,, Konsisten Menjilat kekuasaan,” cuit netizen “@whysa***.
“Apakah PKS sudah berubah? Masih banyak yang penasaran tentang sikap PKS di Pilkada 2024. Bismillahirrahmanirrahim,” cuit Tifatul mengawali penjelasannya.
“Pertama, Insyaallah PKS masih seperti yang dulu, tidak berubah. Azasnya tetap Islam dan cita2nya tetap Terwujudnya Indonesia yang berkeadilan, sejahtera dan bermartabat,” sambung politikus yang hobi pantun ini.
Dia mengatakan, PKS tetap dalam rel dan koridor amanah reformasi yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD NRI tahun 1945. Dia melanjutkan, upaya-upaya yang sungguh-sungguh melakukan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik, serta penyelamatan bangsa dan NKRI.
“Sehingga PKS, sebagai salah satu kumpulan elemen anak bangsa, terjun ke ranah politik dengan menjalankan ketentuan2 dalam konstitusi dan aturan2 yang berlaku dalam sistem demokrasi di Indonesia,” ungkapnya.
Dia menambahkan, saat ini PKS memiliki kader berpendidikan S3, lebih dari 500 orang, baik disiplin ilmu Syariah, Fanniyah (Teknik), dan Ilmiyyah (sains). “Dewan tertinggi di PKS namanya MAJELIS SYURO, beranggotakan 99 orang. Secara ideal dikomposisi 50% unsur Syariah, 25% Fanniyah dan 25% Ilmiyyah,” jelasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut dia menjelaskan, keputusan-keputusan strategis diambil lewat pembahasan di Majelis Syuro. “Maaf di PKS, untuk hal2 strategis tidak ada itu istilah instruksi Ketum. Semua dimusyawarahkan,” ucapnya.
Dia menerangkan bahwa dalam kaitannya dengan koalisi atau aliansi, PKS memiliki empat tingkatan, Koalisi Ideologis, Koalisi Strategis, Koalisi Taktis, dan Koalisi Teknis. Dalam pengelolaan negara, lanjut dia, level koalisinya strategis, pernah dilakukan dengan SBY periode 2004-2014.
“Adapun PILKADA ini, dalam pandangan PKS, hanya koalisi yg bersifat taktis. Bagaimana sandang, pangan, papan masyarakat daerah setempatan bisa terpenuhi. Bagaimana pengangguran menurun, bagaimana kesehatan terlayani dengan baik, bagaimana infrastruktur daerah dibangun dan dipelihara. Bagaimana pendidikan bisa maju dsb dsb,” katanya.
Adapun koalisi teknis, dia mengatakan, lebih kepada koalisi kemanusiaan. “Kalau kata Kiyai saya ‘ukhuwwah bashoriyyah. Agak rancu juga, jika dengan prinsip2 diatas, dalam upaya2 PKS di pilkada2, yang bersifat taktis itu, TAPI dievaluasi secara idelogis. Ada yang mengirimkan hadits ‘ayatul munaafiq tsalaatsun’. Dsb,” ujarnya.
Dalam pertimbangan lain, sambung dia, Dewan Syariah Pusat PKS semacam lembaga Yudikatif, juga memberikan arahan-arahan kaidah ushulul fiqh. “Seperti: jika ada 4 orang calon, bagus2 semua, maka gunakan prinsip ‘man ahsana minhum’, pilih siapa yang terbaik dari mereka,” jelasnya.
Akan tetapi, kata Tifatul, jika hanya ada 2 calon, ternyata kurang bagus ke dua-duanya, maka gunakan kaidah ‘akhoofudh dhoroorain’, siapa yang lebih ringan mudharatnya. “Yang paling penting, kepemimpinan itu harus tetap ada, harus dipilih,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, dalam sesi pilkada 2024 ini, PKS mengurus lebih dari 400 pilkada. “Semua menggunakan prinsip2 diatas. Demikianlah usaha2 maksimum yang dapat kami upayakan. Bagi teman2 yang punya pendapat dan pilihan lain, silakan. Semoga mendapat pemimpin daerah yang terbaik dan bahagia dengan pilihannya. Kami mohon maaf, belum bisa memuaskan semua orang. Dayung ke tepian bersama kekasih/ Cukup sekian dan terimakasih,” pungkasnya.
Cuitan Tifatul dirujak netizen atau warganet. “Maaf ustadz sy salah satu pemilih @PKSejahtera dan sy muak sekarang dengan PKS, #ByePKS,” cuit akun @diedadara***.
Tifatul pun menimpali cuitan netizen tersebut. “Silakan mas, semoga mendapatkan partai yang lebih baik dari PKS. Asalkan anda bahagia,” kata Tifatul.
“Dari bacaan saya, rata-rata pemilih PKS yg menyatakan "selamat tinggal" bukan ingin menjadi konstituen partai lain. Tapi GOLPUT. Banyak pemilih PKS bersimpati pada partai ini karena Istiqomah dg sikap oposisinya thd rezim Jokowi. Dan kini kecewa,” cuitan netizen @maymar***.
“Artinya PKS memang sudah Error sejak dulu ya tadz??” cuit netizen lainnya @you_are_***.
“Menurut anda, bagian mana yang error… Atau pikiran situ yg lagi error,” timpal Tifatul dengan emoji nyengir.
“Dikritik malah blg pikirannya org yg ngritik lgi error sehat?” jawab netizen @Si_Godzi***.
“Tapi DUKUNG DINASTY??? Masih Konsisten,, Konsisten Menjilat kekuasaan,” cuit netizen “@whysa***.
(rca)