Mengurangi Beban Subsidi Negara dari Tumpukan Sampah

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 22:09 WIB
loading...
A A A
Dengan mengelola sampah menjadi gas metana, penghematan penggunaan elpiji 3 kg dari sekitar 400 kepala keluarga (kk) di sekitar TPA Manggar diperkirakan 16.800 tabung per tahun. Dengan subsidi sebesar Rp33.000 per tabung, maka penghematan mencapai Rp554,4 juta per tahun. “Dari sisi masyarakat, ada penghematan juga dari biaya pembelian LPG,” tuturnya.

Suyono, yang akan pensiun pada 2026 itu bercerita, sejatinya gas metana dari TPA Manggar sudah ada sejak 2012 silam. Namun, karena teknologi pengelolaannya seadanya, penggunaan gas metana sebagai pengganti LPG masih terbatas. Saat itu, hanya 12 KK yang memanfaatkan gas metana yang dialirkan dari TPA Manggar.

“Tahun 2018 mulai dikembangkan lagi, dan 2019 sudah banyak masyarakat yang menggunakan gas metana. Sekarang sudah dialirkan ke empat rukun tetangga (RT). Saya sendiri sudah berhenti menggunakan LPG karena gas mengalir 24 jam,” paparnya.

Infrastruktur untuk mengalirkan gas ke masyarakat pun sangat sederhana. Hanya membutuhkan pipa paralon/PVC berdiameter 1/2 inci. “Sangat efektif untuk memasak dan tidak membahayakan. Perbedaan waktu pembakaran maksimum hanya 5 menit dibandingkan dengan LPG,” tuturnya. Suyono pun menilai, gas metana cocok dikembangkan di kota-kota lainnya dengan volume sampah yang tinggi, karena akan memberikan nilai ekonomis bagi negara dan masyarat.

Pendapat Suyono bukanlah sekadar klaim. Rasum Setiawan warga RT97 Desa Manggar juga merasakan manfaat dari adanya gas metana. Pria kelahiran 1976 yang bermukim di desa Manggar sejak 1997 itu mengungkapkan, saat ini biaya yang harus dia keluarkan untuk membayar gas hanya Rp10.000 per bulan. “Dulu saat menggunakan elpiji, sebulan 4 tabung, total Rp120.000,” sebutnya.

baca juga: Habiskan Subsidi Rp45 T dari APBN, Program Gas Murah Industri Tertentu Dievaluasi

Untuk biaya instalasi, Rasum hanya mengeluarkan Rp100.000 dengan rincian, paralon 1/2 inci Rp80.000 plus keran sebesar Rp20.000. “Jadi saya hanya butuh Rp100.000 saja untuk pasang instalasinya,” ungkap pria asal Purwokerto, Jawa Tengah itu.

Menurut dia, dengan menggunakan gas metana, pengeluaran bulanannya menjadi lebih hemat. “Saya sehari-hari berjualan sayuran. Menggunakan gas metana ini pada 2022, ongkos bulanan menjadi sangat murah,” paparnya.

Selain rumah tangga, gas metana yang berasal dari TPA Manggar juga dinikmati oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Jika pada 2018 silam hanya 1 UMKM yang teraliri gas, saat ini sudah mencapai 28 UMKM. “Keberadaan jaringan gas metana untuk masyarakat ini mampu memangkas biaya. Sekarang cukup membayar Rp 10.000 saja per bulan untuk biaya gas,” kata Ketua UMKM Manggar Norma Septiati.

TPA Manggar diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2019 silam. Saat itu, kepala negara menyampaikan, TPA Manggar merupakan tempat pemrosesan akhir sampah yang paling baik di Indonesia. TPA Manggar menggunakan teknologi sanitary landfill dalam pemrosesan. Saat ini, pemerintah tengah memberikan prioritas kepada 10 kota dalam menyelesaikan persoalan sampah. Rata-rata semua kota tersebut ingin mengolah sampah untuk dijadikan energi listrik.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1230 seconds (0.1#10.140)