Politikus PKB Neng Eem Minta PBNU Fokus pada Urusan Umat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz menilai dinamika yang terjadi antara PKB dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebenarnya dapat dihindari. Hal itu apabila para elite PBNU menjalankan tugas sesuai fungsi mereka sebagai organisasi masyarakat.
Menurut dia, PBNU seharusnya fokus pada isu-isu keagamaan dan kebangsaan. "Ada tanggung jawab moral yang lebih besar bagi PBNU untuk menjaga keumatan. Bukan malah menceburkan diri ke ranah politik praktis," katanya.
Sekretaris Fraksi PKB di MPR dan pengurus PCNU Kabupaten Cianjur ini mengakui ada keterkaitan kultural antara NU dan PKB. Tapi secara struktural keduanya jelas terpisah. "Sebagai orang NU kultural dan struktural, saya paham bahwa PKB berdiri sendiri secara organisasi. Dasar hukum PKB mengacu pada UU Partai Politik No. 2 Tahun 2011," ungkapnya.
Secara struktural, lanjut dia, juga tidak ada kaitan formal antara PBNU dan PKB. "Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PBNU, tidak ada satu kata pun tentang PKB. Begitu juga sebaliknya, dalam AD/ART PKB tidak ada pasal-pasal yang membahas struktur PBNU," tegas Neng Eem.
Meski sudah jelas tidak memiliki hubungan secara organisasi, Neng Eem heran dengan sikap PBNU yang kerap mempersoalkan arah politik PKB. "Dan itu terjadi tiap menjelang pemilu," ucapnya.
Walaupun tak nyaman dengan memanasnya tensi PKB-PBNU, Neng Eem meyakini ada hikmah setiap peristiwa. "Anggap ini jamu, memang pahit tapi bisa menyembuhkan, membuat PKB lebih kokoh dan makin tangguh," harapnya.
Menyinggung kemungkinan peran penguasa di balik kisruh ini, Neng Eem enggan berspekulasi. "Tapi memang banyak pengamat melihat seperti itu. Yang jelas PKB dirugikan oleh situasi ini, kalau yang diuntungkan siapa? tebak saja sendiri," tukasnya.
Lihat Juga: Konferensi Internasional Humanitarian Islam Digelar Pekan Depan, Dibuka Presiden Prabowo
Menurut dia, PBNU seharusnya fokus pada isu-isu keagamaan dan kebangsaan. "Ada tanggung jawab moral yang lebih besar bagi PBNU untuk menjaga keumatan. Bukan malah menceburkan diri ke ranah politik praktis," katanya.
Sekretaris Fraksi PKB di MPR dan pengurus PCNU Kabupaten Cianjur ini mengakui ada keterkaitan kultural antara NU dan PKB. Tapi secara struktural keduanya jelas terpisah. "Sebagai orang NU kultural dan struktural, saya paham bahwa PKB berdiri sendiri secara organisasi. Dasar hukum PKB mengacu pada UU Partai Politik No. 2 Tahun 2011," ungkapnya.
Secara struktural, lanjut dia, juga tidak ada kaitan formal antara PBNU dan PKB. "Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PBNU, tidak ada satu kata pun tentang PKB. Begitu juga sebaliknya, dalam AD/ART PKB tidak ada pasal-pasal yang membahas struktur PBNU," tegas Neng Eem.
Meski sudah jelas tidak memiliki hubungan secara organisasi, Neng Eem heran dengan sikap PBNU yang kerap mempersoalkan arah politik PKB. "Dan itu terjadi tiap menjelang pemilu," ucapnya.
Baca Juga
Walaupun tak nyaman dengan memanasnya tensi PKB-PBNU, Neng Eem meyakini ada hikmah setiap peristiwa. "Anggap ini jamu, memang pahit tapi bisa menyembuhkan, membuat PKB lebih kokoh dan makin tangguh," harapnya.
Menyinggung kemungkinan peran penguasa di balik kisruh ini, Neng Eem enggan berspekulasi. "Tapi memang banyak pengamat melihat seperti itu. Yang jelas PKB dirugikan oleh situasi ini, kalau yang diuntungkan siapa? tebak saja sendiri," tukasnya.
Lihat Juga: Konferensi Internasional Humanitarian Islam Digelar Pekan Depan, Dibuka Presiden Prabowo
(cip)