Kementan Dukung Ketahanan Pangan melalui Peternakan Ayam Petelur
loading...
A
A
A
BOGOR - Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) Indonesia mengembangkan gerakan ekonomi kerakyatan. Caranya dengan mendukung pogram ketahanan pangan melalui peternakan ayam ras petelur skala mikro kecil.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda bersama Ketua LPER Mulyadi Atma meninjau kegiatan chick in ayam pullet petelur di Panti Asuhan Siti Hamdana Sjamsoedin Palasari, Cijeruk, Bogor, Jumat, 9 Agustus 2024.
Agung bersama jajaran Ditjen PKH menyambut baik upaya Panti Asuhan bekerja sama dengan LPER sebagai wujud konkret pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peternakan ayam ras petelur berbasis cluster.
Untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis, pemerintah telah memiliki konsepsi dan roadmap ketersediaan daging dan telur ayam ras melalui skema cluster peternakan berbasis pedesaan dan kecamatan.
"Skema clusterisasi ini mendorong tumbuhnya ekonomi dan kemandirian wilayah, mendekatkan produksi dengan konsumen," ucapnya.
Menurut Mulyadi, skema cluster peternakan ayam petelur sangat tepat diterapkan karena adanya keseragaman manajemen budidaya sekaligus menekan biaya logistik sehingga menguntungkan peternak dan konsumen.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan telur baik internal panti maupun menyediakan telur murah untuk masyarakat sekitar, Panti Asuhan Siti Hamdana Sjamsoedin telah membangun peternakan ayam petelur berbasis cluster dengan populasi sebanyak 10.000 ekor.
Pengembangan dan pemeliharaan cluster peternakan ayam petelur ini bekerja sama dengan LPER wilayah Jawa Barat.
Dengan populasi 10.000 ekor ayam layer per cluster berpotensi menyediakan 4,32 juta butir telur selama satu siklus produksi terhitung umur 20-95 minggu.
Sementara, Agung bersama tim PKH menghitung skema petelur skala mikro kecil di Panti ini akan memiliki omzet harian Rp13 juta atau Rp394 juta per bulan sehingga bila dilakukan oleh masyarakat dapat meningkatkan perputaran ekonomi setempat.
Agung mengatakan, cluster petelur secara presisi bila dikaitkan dengan program MBG akan mampu menyediakan telur untuk 12.000 penerima manfaat selama satu tahun atau akan mengcover 4 unit centra kitchen (unit pelayanan) basis kecamatan.
Dia mengapresiasi langkah Panti Asuhan yang mengembangkan model usaha kerakyatan dan telah turut andil membantu pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Mengakhiri kunjungannya, Agung berpesan pola ini dapat direplikasi dan dikembangkan lebih luas lagi cakupan wilayahnya dengan tetap mengedepankan prinsip kelayakan ekonomi, kemandirian, keberlanjutan dan skala kerakyatan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda bersama Ketua LPER Mulyadi Atma meninjau kegiatan chick in ayam pullet petelur di Panti Asuhan Siti Hamdana Sjamsoedin Palasari, Cijeruk, Bogor, Jumat, 9 Agustus 2024.
Agung bersama jajaran Ditjen PKH menyambut baik upaya Panti Asuhan bekerja sama dengan LPER sebagai wujud konkret pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peternakan ayam ras petelur berbasis cluster.
Untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis, pemerintah telah memiliki konsepsi dan roadmap ketersediaan daging dan telur ayam ras melalui skema cluster peternakan berbasis pedesaan dan kecamatan.
"Skema clusterisasi ini mendorong tumbuhnya ekonomi dan kemandirian wilayah, mendekatkan produksi dengan konsumen," ucapnya.
Menurut Mulyadi, skema cluster peternakan ayam petelur sangat tepat diterapkan karena adanya keseragaman manajemen budidaya sekaligus menekan biaya logistik sehingga menguntungkan peternak dan konsumen.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan telur baik internal panti maupun menyediakan telur murah untuk masyarakat sekitar, Panti Asuhan Siti Hamdana Sjamsoedin telah membangun peternakan ayam petelur berbasis cluster dengan populasi sebanyak 10.000 ekor.
Pengembangan dan pemeliharaan cluster peternakan ayam petelur ini bekerja sama dengan LPER wilayah Jawa Barat.
Dengan populasi 10.000 ekor ayam layer per cluster berpotensi menyediakan 4,32 juta butir telur selama satu siklus produksi terhitung umur 20-95 minggu.
Sementara, Agung bersama tim PKH menghitung skema petelur skala mikro kecil di Panti ini akan memiliki omzet harian Rp13 juta atau Rp394 juta per bulan sehingga bila dilakukan oleh masyarakat dapat meningkatkan perputaran ekonomi setempat.
Agung mengatakan, cluster petelur secara presisi bila dikaitkan dengan program MBG akan mampu menyediakan telur untuk 12.000 penerima manfaat selama satu tahun atau akan mengcover 4 unit centra kitchen (unit pelayanan) basis kecamatan.
Dia mengapresiasi langkah Panti Asuhan yang mengembangkan model usaha kerakyatan dan telah turut andil membantu pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Mengakhiri kunjungannya, Agung berpesan pola ini dapat direplikasi dan dikembangkan lebih luas lagi cakupan wilayahnya dengan tetap mengedepankan prinsip kelayakan ekonomi, kemandirian, keberlanjutan dan skala kerakyatan.
(jon)