Perusahaan Korea Selatan Terpikat dengan Korean Link Business KB Bank

Selasa, 06 Agustus 2024 - 13:00 WIB
loading...
Perusahaan Korea Selatan...
Korean Link yang berdiri sejak bulan November 2020, bertujuan membuka potensi kerja sama baru perusahaan-perusahaan Korea. (Foto: dok KB Bank)
A A A
JAKARTA - KB Bank di bawah pemegang saham pengendali Korea Selatan Kookmin Bank terus menjajaki peluang bisnis baru. Salah satu peluang bisnis yang potensial yaitu Korean Link Business.

Dengan dukungan besar dari KB Kookmin Bank sebagai pemegang saham mayoritas KB Bank, membuka peluang bagi perseroan untuk menggarap nasabah perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia yang memiliki kaitan bisnis dengan KB Kookmin Bank dan KB Financial Group di Korea Selatan.

Saat ini sejumlah perusahaan Korea Selatan baik berskala menengah maupun besar telah bekerja sama dengan KB Bukopin dan ada lebih dari 2.000 perusahaan asal Korea Selatan di Indonesia, sehingga peluang dan potensi untuk menjadi nasabah Korean Link Business masih terbuka luas.

Korean Link adalah salah satu departemen unit bisnis di bawah Direktorat SME & Wholesale KB Bank. Seperti departemen lain di Direktorat SME & Wholesale, Korean Link menawarkan produk pendanaan (funding) dan pinjaman (lending).

“Fokusnya perusahaan-perusahaan besar dan dibagi dua, yakni Korean Link dan Non Korean. Sampai sejauh ini memang kami cukup terbuka untuk kita masuk ke semua sektor, tapi di luar dari sektor batu bara, kami belum masuk,” kata Kepala Divisi Bisnis Corporate KB Bank Feisel Martha.

Untuk diketahui, posisi portfolio lending per bulan Mei 2024 adalah sebesar Rp4,8 triliun dan posisi funding per bulan Mei 2024 adalah sebesar Rp4,1 triliun. Angka yang tersebut sudah terbentuk selama empat tahun Korean Link berdiri.

Korean Link yang berdiri sejak bulan November 2020, bertujuan membuka potensi kerja sama baru dengan perusahaan-perusahaan Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kepemilikan dari perusahaan Korea atau terafiliasi dengan perusahaan Korea dan perusahaan swasta nasional.

Feisel menambahkan, Korean Link untuk produk funding bagi nasabah korporasi, minimal dana kelolaan sebesar Rp25 miliar. Sedangkan untuk lending, target penjualan minimal Rp20 miliar. Selain memberikan kredit dalam bentuk bilateral, salah satu klasifikasi terbesar dari portofolio lending Korean Link adalah kredit sindikasi.

“Jadi kami banyak berpartisipasi dalam transaksi sindikasi. Sindikasi itu kan bersama-sama dengan bank lain membuka hubungan. Sehingga kami juga sering berkolaborasi, misalnya ada kesempatan diajak sesama bank Korea, ada prospek kita berikan pendanaan,” ujarnya.

Dia menambahkan, dalam kurun waktu tiga tahun ini terdapat 15-16 transaksi sindikasi. Untuk transaksi sindikasi KB Bank mencakup sektor pertambangan nikel, properti, hingga fasilitas bilateral ke rumah sakit Mayapada.

“Kami terus mencoba menggali nasabah-nasabah baru yang bilateral. Kita buatkan kondisi supaya mereka setidaknya mengalihkan dananya lewat kami. Kami juga sampai saat ini ingin menambah portofolio baru, tapi kami lakukan secara terarah sehingga kami coba seimbangkan dari bunga,” ujarnya.

Dari segi agrikultural KB Bank juga sudah mulai dengan Environment, Social, and Governance (ESG) berupa fasilitas kredit hijau. Perusahaan juga berpartisipasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui kerja sama melalui sistem pembayaran beberapa rumah sakit, sekolah, universitas.

“Sudah berjalan ini sudah kita tingkatkan kerja sama dan membantu cash management mereka. Diharapkan baik dari pembiayaan maupun funding dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia ada perusahaan Korea yang berinvestasi, namun tetap target perusahaan Indonesia,” ujarnya.

Potensi Korean Link

Feisel menjelaskan potensi dari Korean Link untuk KB Bank sangat besar, sering dengan terus bertumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan besar Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia. Dia menyebutkan, hal ini juga menjadi tantangan besar ke depan, untuk lebih banyak melakukan ekspansi kerjasama bisnis dengan perusahaan Korea.

"Tentunya di setiap tahunnya akan terus meningkat, dan dapat terus memberikan kontribusi serta peranan penting dalam pertumbuhan lending dan funding KB Bank di sisi bisnis wholesale," harap Feisel.

KB Bank menjajakan sahamnya di bursa saham dengan kode BBKP ini akan semakin memperluas jangkauan kerjasama dengan perusahaan Korea. Hingga saat ini beberapa perusahaan sudah masuk ekosistem di KB Bank, seperti KTNG Group, Hyundai Group, Lotte Group, Hanwha Group, GS Group, LXI Group, Wampu Electric Power, Hwaseung Group, CJ Group.

Beberapa perusahaan tersebut telah menggunakan produk dari KB Bank baik dari sisi lending maupun funding. Tidak main-main, Korean Link pun memberikan dampak pada terbukanya segmentasi baru kerjasama funding dan lending. Hingga April 2024, Korean Link telah berkontribusi Rp4,948 miliar setara 29 persen dari target Rp17,038 miliar.

Untuk DPK (Dana Pihak Ketiga), kontribusi Korean Link mencapai Rp4,157 miliar setara 24 persen dari target Rp16,978 miliar. Dari sisi Current Account Saving Account (CASA) kontribusi Korean Link mencapai Rp520 miliar setara 10 persen dari target Rp5,197 miliar.

"Target lending Korean Link adalah Rp2,4 triliun untuk tahun 2024. Kami optimis untuk mencapai target yang ditentukan tersebut dengan posisi Kredit Yang Disalurkan (KYD) dari Januari 2024 sampai dengan akhir Mei 2024 adalah Rp844 miliar. Sedangkan untuk target funding Korean Link pada 2024 adalah Rp524 miliar untuk DPK baru," tegasnya.

KB Bank pun menyiapkan sejumlah strategi agar target Korean Link bisa tercapai, seperti:

1. Stabilitas Kredit

Stabilitas kredit yang aman berfokus pada perusahaan Korea dan korporasi lokal di Indonesia. Perusahaan tersebut sudah terbukti menggunakan agunan yang baik seperti Standby Letter of Credit (SBLC), Corporate Guarantee.

2. Potensi pertumbuhan

Pertumbuhan volume dengan secara aktif menarik perusahaan-perusahaan besar Korea, dan partisipasi dalam sindikasi, serta diversifikasi sumber keuntungan dengan bank-bank Korea lainnya.

3. Profitabilitas

Perluasan cross selling dari nasabah kredit melalui (tabungan, transfer gaji karyawan/ payroll, hingga pinjaman kredit karyawan). Kemudian perluasan pendapatan non-bunga seperti F/X, biaya terkait PF/sindikasi

4. Skalabilitas

Saat mengajukan kredit di Korea Desk, cross selling ditransaksikan melalui cabang lokal terdekat dengan nasabah yang mengajukan kredit. Kemudian perluasan skala kecil dilakukan melalui cabang lokal. Selain itu, mendorong perluasan sinergi melalui kerjasama dengan afiliasi KB Bank.
(skr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1232 seconds (0.1#10.140)