91 Anggota KPPS Meninggal, Perindo: Evaluasi Pemilu Serentak
A
A
A
JAKARTA - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menyatakan, sebanyak 91 anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia dan 374 orang sakit saat bertugas dalam pemilu.
Ketua DPP Partai Perindo bidang Komunikasi dan Media Massa, Arya Sinulingga menganggap pemilu 2019 memang berat karena para petugas di lapangan harus bekerja selama 24 jam kemudian ikut pleno di tingkat Kecamatan.
"Memang (pemilu) kali ini, ini evaluasi juga saya lihat evaluasi bagi proses pemilu kita ya. Bahwa mungkin menyatukan antara pileg antara pilpres ini berat memang ya," ujar Arya di Rumah Cemara, Menteng, kemarin.
Arya menganggap, pemilu serentak ini bukan saja berat untuk para penyelenggara pemilu, melainkan juga para pihak yang ditugaskan partai seperti saksi-saksi. Mereka, kata Arya, harus bertugas menyelesaikan seluruh pemungutan dan penghitungan suara yang jumlahnya tidak sedikit.
Menurutnya, hal ini masih ditambah komplain dari peserta pemilu termasuk masyarakat yang tidak puas dengan hasil pemilu baik di tingkat TPS maupun di Kecamatan.
"Itu capeknya bukan main. Karena mereka menyelenggarakan sampe berapa ke desa itu, untuk satu Kecamatan. Jadi banyak banget yang memang jadi persoalan. Jadi ke depan kayaknya harus dipisah ya," ujarnya.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin ini mengaku merasakan para penyelenggara pemilu kelelahan. Arya mengaku mendapatkan laporan bahwa anggotanya di partai sampai ada yang sakit karena bertugas dengan waktu yang cukup panjang.
"Jadi ini kasihan ya. Teman-teman penyelenggara pemilunya kasihan. Kasihan benar. Jadi berat bagi mereka untuk menanganinya," tandasnya.
Ketua DPP Partai Perindo bidang Komunikasi dan Media Massa, Arya Sinulingga menganggap pemilu 2019 memang berat karena para petugas di lapangan harus bekerja selama 24 jam kemudian ikut pleno di tingkat Kecamatan.
"Memang (pemilu) kali ini, ini evaluasi juga saya lihat evaluasi bagi proses pemilu kita ya. Bahwa mungkin menyatukan antara pileg antara pilpres ini berat memang ya," ujar Arya di Rumah Cemara, Menteng, kemarin.
Arya menganggap, pemilu serentak ini bukan saja berat untuk para penyelenggara pemilu, melainkan juga para pihak yang ditugaskan partai seperti saksi-saksi. Mereka, kata Arya, harus bertugas menyelesaikan seluruh pemungutan dan penghitungan suara yang jumlahnya tidak sedikit.
Menurutnya, hal ini masih ditambah komplain dari peserta pemilu termasuk masyarakat yang tidak puas dengan hasil pemilu baik di tingkat TPS maupun di Kecamatan.
"Itu capeknya bukan main. Karena mereka menyelenggarakan sampe berapa ke desa itu, untuk satu Kecamatan. Jadi banyak banget yang memang jadi persoalan. Jadi ke depan kayaknya harus dipisah ya," ujarnya.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin ini mengaku merasakan para penyelenggara pemilu kelelahan. Arya mengaku mendapatkan laporan bahwa anggotanya di partai sampai ada yang sakit karena bertugas dengan waktu yang cukup panjang.
"Jadi ini kasihan ya. Teman-teman penyelenggara pemilunya kasihan. Kasihan benar. Jadi berat bagi mereka untuk menanganinya," tandasnya.
(maf)