Beri Angin Segar, Berikut Strategi Jitu KB Bank Kembangkan Bisnis Korean Link
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank KB Bukopin Tbk (KB Bank) terus menjajaki berbagai peluang bisnis baru yang dapat mendukung transformasi besarnya. Bank yang berada di bawah naungan Kookmin Bank ini membuka potensi kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) yang beroperasi di Indonesia, serta perusahaan nasional yang berafiliasi dengan perusahaan Korea, melalui Korean Link.
Sejak November 2020, Korean Link telah menawarkan produk pendanaan (funding) minimal sebesar Rp25 miliar, maupun pinjaman (lending) dengan target minimal sejumlah Rp20 miliar bagi nasabah korporasi. Hingga kini, KB Bank telah berhasil mencatatkan portofolio lending sebesar Rp4,8 triliun (29 debitur), serta funding sebesar Rp4,1 triliun (104 nasabah) hingga Mei 2024.
Wakil Direktur Utama KB Bank Robby Mondong mengatakan, tujuan awal bisnis ini adalah untuk dapat membuka potensi kerja sama baru dengan perusahaan-perusahaan Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia, serta mempunyai kepemilikan dari perusahaan Korea, ataupun terafiliasi dengan perusahaan Korea dan perusahaan swasta nasional.
“Potensi dari Korean Link untuk KB Bank sangat besar, seiring dengan terus bertumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan besar Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya sekadar angin lalu, KB Bank telah berhasil menggaet beberapa perusahaan asal Korea Selatan melalui ekosistem Korean Link Business. Antara lain, yaitu KTNG Group, Hyundai Group, Lotte Group, Hanwha Group, GS Group, LXI Group, Wampu Electric Power, Hwaseung Group hingga CJ Group.
Capaian cemerlang tersebut tentunya tak serta merta didapatkan begitu saja. Diperlukan strategi jitu yang diterapkan untuk mengembangkan bisnis di Korean Link di antaranya sebagai berikut.
Strategi Bisnis Korean Link
1. Stabilitas/Keamanan Kredit
Kredit yang aman berfokus pada perusahaan Korea dan korporasi lokal di Indonesia yang sudah terbukti. Robby menjelaskan, KB Bank menggunakan agunan yang baik seperti SBLC, Corporate Guarantee (dari holding company).
2. Potensi Pertumbuhan
KB Bank secara aktif menarik perusahaan-perusahaan besar Korea. Kemudian, diperlukan juga partisipasi dalam sindikasi, PF, dan lain-lain yang disertai dengan peningkatan, serta diversifikasi sumber keuntungan melalui joint arrangement dengan bank-bank Korea lainnya.
“Korean Link memberikan dampak pada terbukanya segmentasi baru kerja sama funding dan lending, peningkatan jumlah portofolio kredit baik sebesar Rp4.8 triliun (29 debitur) dan portofolio funding sebesar Rp4.1 triliun (104 nasabah),” katanya.
3. Profitabilitas
KB Bank melakukan cross selling dari nasabah kredit melalui (tabungan, transfer gaji karyawan/payroll, pinjaman kredit karyawan, dll). Tak hanya itu, kata Robby, perusahaan juga mengupayakan perluasan pendapatan non-bunga seperti F/X, biaya terkait PF/sindikasi, dan lain-lain.
“Selain memberikan kredit dalam bentuk bilateral, salah satu klasifikasi terbesar dari portofolio lending Korean Link adalah kredit sindikasi,” ucapnya.
4. Skalabilitas
Saat mengajukan kredit di Korea Desk, cross selling ditransaksikan melalui cabang lokal terdekat dengan nasabah yang mengajukan kredit. Perluasan skala kecil dilakukan melalui cabang lokal. Mendorong perluasan sinergi melalui kerja sama dengan afiliasi KB Bank.
Itulah strategi jitu yang diterapkan KB Bank untuk menerapkan bisnis Korean Link hingga berhasil menggaet perusahaan-perusahaan besar asal Korea Selatan. Potensi dari Korean Link untuk KB Bank saat ini sangatlah besar, sejalan dengan terus bertumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan yang memiliki kantor representatif di Indonesia.
Di sisi lain, tegas Robby, hal ini menjadi tantangan besar ke depannya bagi KB Bank untuk lebih banyak melakukan ekspansi kerja sama bisnis dengan perusahaan asal Korea Selatan. KB Bank berupaya hadir dan mendukung perusahaan tersebut dalam hal pembiayaan, dan lain-lain.
“Banyak perusahaan Korea yang sudah memulai mendirikan pabrik-pabrik untuk kegiatan produksi usaha bisnis mereka, ataupun ada yang berupaya menaikkan kapasitas jumlah produksinya. Tentunya, perusahaan-perusahaan ini juga membutuhkan dukungan pembiayaan dari bank, di situlah Korean Link turut serta aktif dalam memberikan pembiayaan,” katanya.
Sejak November 2020, Korean Link telah menawarkan produk pendanaan (funding) minimal sebesar Rp25 miliar, maupun pinjaman (lending) dengan target minimal sejumlah Rp20 miliar bagi nasabah korporasi. Hingga kini, KB Bank telah berhasil mencatatkan portofolio lending sebesar Rp4,8 triliun (29 debitur), serta funding sebesar Rp4,1 triliun (104 nasabah) hingga Mei 2024.
Wakil Direktur Utama KB Bank Robby Mondong mengatakan, tujuan awal bisnis ini adalah untuk dapat membuka potensi kerja sama baru dengan perusahaan-perusahaan Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia, serta mempunyai kepemilikan dari perusahaan Korea, ataupun terafiliasi dengan perusahaan Korea dan perusahaan swasta nasional.
“Potensi dari Korean Link untuk KB Bank sangat besar, seiring dengan terus bertumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan besar Korea yang memiliki kantor representatif di Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya sekadar angin lalu, KB Bank telah berhasil menggaet beberapa perusahaan asal Korea Selatan melalui ekosistem Korean Link Business. Antara lain, yaitu KTNG Group, Hyundai Group, Lotte Group, Hanwha Group, GS Group, LXI Group, Wampu Electric Power, Hwaseung Group hingga CJ Group.
Capaian cemerlang tersebut tentunya tak serta merta didapatkan begitu saja. Diperlukan strategi jitu yang diterapkan untuk mengembangkan bisnis di Korean Link di antaranya sebagai berikut.
Strategi Bisnis Korean Link
1. Stabilitas/Keamanan Kredit
Kredit yang aman berfokus pada perusahaan Korea dan korporasi lokal di Indonesia yang sudah terbukti. Robby menjelaskan, KB Bank menggunakan agunan yang baik seperti SBLC, Corporate Guarantee (dari holding company).
2. Potensi Pertumbuhan
KB Bank secara aktif menarik perusahaan-perusahaan besar Korea. Kemudian, diperlukan juga partisipasi dalam sindikasi, PF, dan lain-lain yang disertai dengan peningkatan, serta diversifikasi sumber keuntungan melalui joint arrangement dengan bank-bank Korea lainnya.
“Korean Link memberikan dampak pada terbukanya segmentasi baru kerja sama funding dan lending, peningkatan jumlah portofolio kredit baik sebesar Rp4.8 triliun (29 debitur) dan portofolio funding sebesar Rp4.1 triliun (104 nasabah),” katanya.
3. Profitabilitas
KB Bank melakukan cross selling dari nasabah kredit melalui (tabungan, transfer gaji karyawan/payroll, pinjaman kredit karyawan, dll). Tak hanya itu, kata Robby, perusahaan juga mengupayakan perluasan pendapatan non-bunga seperti F/X, biaya terkait PF/sindikasi, dan lain-lain.
“Selain memberikan kredit dalam bentuk bilateral, salah satu klasifikasi terbesar dari portofolio lending Korean Link adalah kredit sindikasi,” ucapnya.
4. Skalabilitas
Saat mengajukan kredit di Korea Desk, cross selling ditransaksikan melalui cabang lokal terdekat dengan nasabah yang mengajukan kredit. Perluasan skala kecil dilakukan melalui cabang lokal. Mendorong perluasan sinergi melalui kerja sama dengan afiliasi KB Bank.
Itulah strategi jitu yang diterapkan KB Bank untuk menerapkan bisnis Korean Link hingga berhasil menggaet perusahaan-perusahaan besar asal Korea Selatan. Potensi dari Korean Link untuk KB Bank saat ini sangatlah besar, sejalan dengan terus bertumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan yang memiliki kantor representatif di Indonesia.
Di sisi lain, tegas Robby, hal ini menjadi tantangan besar ke depannya bagi KB Bank untuk lebih banyak melakukan ekspansi kerja sama bisnis dengan perusahaan asal Korea Selatan. KB Bank berupaya hadir dan mendukung perusahaan tersebut dalam hal pembiayaan, dan lain-lain.
“Banyak perusahaan Korea yang sudah memulai mendirikan pabrik-pabrik untuk kegiatan produksi usaha bisnis mereka, ataupun ada yang berupaya menaikkan kapasitas jumlah produksinya. Tentunya, perusahaan-perusahaan ini juga membutuhkan dukungan pembiayaan dari bank, di situlah Korean Link turut serta aktif dalam memberikan pembiayaan,” katanya.
(skr)