Arti dan Makna Baret Ungu Marinir terkait Mitos Jawa dan Nyi Roro Kidul?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Arti dan makna baret ungu milik Korps Marinir disebut-sebut terkait mitos Jawa dan Nyi Roro Kidul. Dalam mitologi Jawa, warna ungu menjadi warna selendang Nyi Roro Kidul yang juga menjadi penguasa samudera di Indonesia.
Makna baret ungu dari pasukan elite TNI Angkatan Laut (AL) yang lahir pada 15 November 1945 ini yang dikaitkan dengan selendang Nyi Roro Kidul yang berwarna ungu itu karena dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Dikutip dari tni.mil.id, Selasa (28/5/2024), marinir sebagai bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak lahirnya telah mengemban amanat penderitaan rakyat.
Menurut sejarahnya, pertama kali warna ungu pada baret tersebut dikenakan oleh Korps Marinir pada saat masih bernama KKO AL. Yang pada saat itu masih berupa pita pada kode pengaman yang digunakan di tahun 1958.
Saat itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus. Yang merupakan suatu aksi dari militer dalam memberantas/menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatra Barat.
Atas peristiwa ini Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya di tahun 1961. Tepat pada saat Batalyon I KKO AL terlibat di dalam operasi yang dilakukan di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Pengalaman Revolusi Kemerdekaan RI yang panjang, berjuang bahu-membahu bersama dengan rakyat dalam suatu dinamika revolusi, telah menanamkan etos yang memandang dirinya sebagai pejuang prajurit dan prajurit pejuang.
Oleh karena itu sebagaimana kekuatan perjuangan yang lain, Marinir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebutan sebagai Tentara Pejuang, Tentara Rakyat, dan TNI.
Sebagai kekuatan Hankam, Korps Marinir menjalankan fungsi pertahanan keamanan nasional untuk mengamankan Negara dan bangsa. Sebagai kekuatan sosial ia juga bertanggungjawab dalam segala usaha dan kegiatan masyarakat disemua bidang kehidupan.
Tetapi sebagai sebuah kesatuan yang lahir dari kekhasan fungsi hakikinya sebagai pasukan pendarat Amfibi, Korps Marinir dalam pengabdiannya memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi identitasnya. Mereka kaya dengan tradisi yang lahir dari proses sosialisasi yang berkesinambungan sejak munculnya Korps kebanggaan ini.
Sementara di baret ungu ini terdapat emblem Jalesu Bhumyamca Jayamahe dalam bingkai segi lima berwarna merah. Jangkar dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat keris dan peta Indonesia adalah lambangnya.
Baret uggu juga digunakan Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) di bawah Korps Marinir. Cuma bedanya pada baret Yon Taifib, selain lambang Jalesu Bhumyamca Jayamahe juga terdapat Brevet Trimedia dengan gambar penyelam dan parasut di atasnya.
Detasemen Jalamangkara (Denjaka) pun menggunakan baret ungu. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Marinir TNI AL. Denjaka merupakan sebuah detasemen penanggulangan teror aspek laut TNI AL.
Selanjutnya, untuk meningkatkan standardisasi kemampuan tempur pasukan Marinir, Kepala Staf TNI AL mengeluarkan keputusan Kep/08/III/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang likuidasi Brigif-1 Marinir, Brigif-2 Marinir, Menbanpurmar dan Menbanminmar. Korps Marinir selanjutnya membentuk Pasukan Marinir-1 (Pasmar-1) dan Brigade Marinir Berdiri Sendiri (Brigmar BS).
Kekuatan Korps Marinir terdapat di Surabaya yakni Pasmar I, Brigif 1 Mar, Kenkav-1 Mar, Menart-1 Mar, Manbanpurmar-1, Lanmar Surabaya, dan kolatmar.
Di Jakarta yakni Mako Kormar, Pasmar II, brigif-2 Mar, Menart-2 Mar, Menbanpur-2 Mar, Yontaifib-2 Mar, Denjaka, Lanmar Jakarta, dan Rumkitalmar Cilandak, sedangkan Brigif 3 Mar yang sekarang berada di Jakarta.
Di Belawan terdapat Yonmarhanlan I, di Makassar, Yonmarhanlan IV, di Jayapura Yonmarhanla V, dan di Bitung Yormarhanlam VI.
Makna baret ungu dari pasukan elite TNI Angkatan Laut (AL) yang lahir pada 15 November 1945 ini yang dikaitkan dengan selendang Nyi Roro Kidul yang berwarna ungu itu karena dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Dikutip dari tni.mil.id, Selasa (28/5/2024), marinir sebagai bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak lahirnya telah mengemban amanat penderitaan rakyat.
Menurut sejarahnya, pertama kali warna ungu pada baret tersebut dikenakan oleh Korps Marinir pada saat masih bernama KKO AL. Yang pada saat itu masih berupa pita pada kode pengaman yang digunakan di tahun 1958.
Saat itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus. Yang merupakan suatu aksi dari militer dalam memberantas/menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatra Barat.
Atas peristiwa ini Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya di tahun 1961. Tepat pada saat Batalyon I KKO AL terlibat di dalam operasi yang dilakukan di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Pengalaman Revolusi Kemerdekaan RI yang panjang, berjuang bahu-membahu bersama dengan rakyat dalam suatu dinamika revolusi, telah menanamkan etos yang memandang dirinya sebagai pejuang prajurit dan prajurit pejuang.
Oleh karena itu sebagaimana kekuatan perjuangan yang lain, Marinir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebutan sebagai Tentara Pejuang, Tentara Rakyat, dan TNI.
Sebagai kekuatan Hankam, Korps Marinir menjalankan fungsi pertahanan keamanan nasional untuk mengamankan Negara dan bangsa. Sebagai kekuatan sosial ia juga bertanggungjawab dalam segala usaha dan kegiatan masyarakat disemua bidang kehidupan.
Tetapi sebagai sebuah kesatuan yang lahir dari kekhasan fungsi hakikinya sebagai pasukan pendarat Amfibi, Korps Marinir dalam pengabdiannya memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi identitasnya. Mereka kaya dengan tradisi yang lahir dari proses sosialisasi yang berkesinambungan sejak munculnya Korps kebanggaan ini.
Sementara di baret ungu ini terdapat emblem Jalesu Bhumyamca Jayamahe dalam bingkai segi lima berwarna merah. Jangkar dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat keris dan peta Indonesia adalah lambangnya.
Baret uggu juga digunakan Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) di bawah Korps Marinir. Cuma bedanya pada baret Yon Taifib, selain lambang Jalesu Bhumyamca Jayamahe juga terdapat Brevet Trimedia dengan gambar penyelam dan parasut di atasnya.
Detasemen Jalamangkara (Denjaka) pun menggunakan baret ungu. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Marinir TNI AL. Denjaka merupakan sebuah detasemen penanggulangan teror aspek laut TNI AL.
Selanjutnya, untuk meningkatkan standardisasi kemampuan tempur pasukan Marinir, Kepala Staf TNI AL mengeluarkan keputusan Kep/08/III/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang likuidasi Brigif-1 Marinir, Brigif-2 Marinir, Menbanpurmar dan Menbanminmar. Korps Marinir selanjutnya membentuk Pasukan Marinir-1 (Pasmar-1) dan Brigade Marinir Berdiri Sendiri (Brigmar BS).
Kekuatan Korps Marinir terdapat di Surabaya yakni Pasmar I, Brigif 1 Mar, Kenkav-1 Mar, Menart-1 Mar, Manbanpurmar-1, Lanmar Surabaya, dan kolatmar.
Di Jakarta yakni Mako Kormar, Pasmar II, brigif-2 Mar, Menart-2 Mar, Menbanpur-2 Mar, Yontaifib-2 Mar, Denjaka, Lanmar Jakarta, dan Rumkitalmar Cilandak, sedangkan Brigif 3 Mar yang sekarang berada di Jakarta.
Di Belawan terdapat Yonmarhanlan I, di Makassar, Yonmarhanlan IV, di Jayapura Yonmarhanla V, dan di Bitung Yormarhanlam VI.
(maf)