Kisah Jenderal Oerip Soemohardjo, Sosok Panglima TNI Pertama yang Ganti Nama Setelah Jatuh dari Pohon Kemiri
loading...
A
A
A
Ia lalu diterima pada sekolah perwira (Inlandsche Oficier) di Jatinegara. Mengetahui hal itu, ayahnya tidak setuju. Namun, ayahnya tak kuasa membantah keinginan putra sulungnya itu.
Di sekolah perwira di Jatinegara, Oerip berlatih menjadi seorang infantri. Empat tahun kemudian ia sudah dilantik sebagai perwira Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda dengan pangkat Letnan Dua.
Sepanjang menjadi serdadu KNIL, Oerip Soemohardjo telah banyak mendapat penugasan beragam. Namun, pasca Belanda mengalami kekalahan, Jepang menawan para tentara Belanda, termasuk Oerip.
Beberapa waktu setelahnya, Oerip dibebaskan oleh Jepang. Sempat ditawari untuk bergabung, dia menolaknya dan memilih pergi ke Gentan untuk menjadi petani.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Oerip heran mengapa pemerintah tak kunjung membentuk angkatan perang untuk menghadapi ancaman. Untungnya, pemerintah akhirnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Saat itu, pemerintah mengumpulkan bekas-bekas serdadu KNIL yang bersedia bergabung TKR. Pada pemanggilan ini, nama Oerip tak luput menjadi salah satu yang terdaftar.
Beberapa waktu setelah berdirinya TKR, Oerip Soemohardjo ditunjuk menjadi Kepala Staf Umum. Momen ini menandai juga kembalinya Oerip ke dunia militer.
Oerip Soemohardjo wafat pada 17 November 1948. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Melihat kontribusi dalam perjuangannya demi bangsa Indonesia, Oerip mendapat banyak penghargaan. Di antaranya seperti Bintang Sakti (1959), Bintang Mahaputra (1960), Bintang Republik Indonesia Adipurna (1967), dan lain sebagainya.
Di sekolah perwira di Jatinegara, Oerip berlatih menjadi seorang infantri. Empat tahun kemudian ia sudah dilantik sebagai perwira Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda dengan pangkat Letnan Dua.
Sepanjang menjadi serdadu KNIL, Oerip Soemohardjo telah banyak mendapat penugasan beragam. Namun, pasca Belanda mengalami kekalahan, Jepang menawan para tentara Belanda, termasuk Oerip.
Beberapa waktu setelahnya, Oerip dibebaskan oleh Jepang. Sempat ditawari untuk bergabung, dia menolaknya dan memilih pergi ke Gentan untuk menjadi petani.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Oerip heran mengapa pemerintah tak kunjung membentuk angkatan perang untuk menghadapi ancaman. Untungnya, pemerintah akhirnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Saat itu, pemerintah mengumpulkan bekas-bekas serdadu KNIL yang bersedia bergabung TKR. Pada pemanggilan ini, nama Oerip tak luput menjadi salah satu yang terdaftar.
Beberapa waktu setelah berdirinya TKR, Oerip Soemohardjo ditunjuk menjadi Kepala Staf Umum. Momen ini menandai juga kembalinya Oerip ke dunia militer.
Oerip Soemohardjo wafat pada 17 November 1948. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Melihat kontribusi dalam perjuangannya demi bangsa Indonesia, Oerip mendapat banyak penghargaan. Di antaranya seperti Bintang Sakti (1959), Bintang Mahaputra (1960), Bintang Republik Indonesia Adipurna (1967), dan lain sebagainya.