Aksi Nyata Lebih Dibutuhkan Dibanding Boikot
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pakar dan ulama menilai aksi bantuan nyata lebih dibutuhkan dibanding melakukan boikot menyusul agresi Israel ke Palestina. Warga di lokasi terdampak konflik tersebut akan lebih merasakan bantuan langsung.
Hal tersebut juga dilakukan Masjid Istiqlal. Imam Besar Masjid Istiqlal, Profesor Nasarudin Umar menjelaskan bahwa perbuatan baik yang akan dilakukan pribadi atau institusi yang ingin memberikan bantuan jangan dihentikan.
"Kami tidak melihat itu. Siapa pun yang ingin berbuat baik, baik pribadi atau institusi kami terima," kata Nasarudin Umar dalam keterangan dikutip, Sabtu (6/4/2024).
Setali tiga uang, Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) Andi YH Djuwaeli menilai bantuan lebih dibutuhkan warga Palestina dibanding ramai-ramai melakukan aksi boikot. Menurutnya, publik juga tidak perlu saling menjatuhkan sebuah instansi tertentu menyusul gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang tengah menggaung.
Dia melanjutkan, tidak sedikit instansi yang disinyalir terafiliasi dengan Israel telah berbuat banyak kegiatan positif di Indonesia. "Banyak hal yang masyarakat belum tahu dan hafal tentang perusahaan ini jadi dimaklumi saja," katanya.
Apalagi, sambung dia, dengan banyaknya informasi tidak jelas atau bahkan menyudutkan yang bertebaran di media sosial. Dia melanjutkan, informasi itu pada akhirnya dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang akan suatu hal hingga akhirnya larut dalam gerakan BDS. "Jadi tentang isu yang negatif ini lebih baik kita lawan saja dengan kegiatan yang positif," katanya.
Pegiat ekonomi keumatan ini melanjutkan, peredaran informasi hoaks atau yang disebarkan oleh buzzer di media sosial sebaiknya tidak perlu dilawan. Dia mengatakan, hal tersebut justru hanya akan membuat kisruh kondisi saat ini di dalam negeri. "Lebih bagus kita aksi nyata saja kan lebih bermanfaat bagi seluruh masyarakat," katanya.
Seperti diketahui, gerakan BDS yang saat ini didengungkan menyasar sejumlah perusahaan multinasional yang sudah lama beraktivitas di Indonesia. Salah satunya, adalah Danone Indonesia yang disudutkan sebagai perusahaan yang terafiliasi Israel. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) juga telah merilis daftar nama-nama perusahaan yang jelas terafiliasi dalam mendukung agresi Israel ke Palestina. Di antara nama-nama perusahaan tersebut, tidak ada nama Danone.
Banyak tokoh agama dan pakar ekonomi mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak dalam narasi boikot yang banyak berisi disinformasi dan hoaks dalam menentukan kriteria siapa yang dianggap mendukung Israel. Mereka mengajak masyarakat untuk bijak menyikapi isu boikot ini.
Hal tersebut juga dilakukan Masjid Istiqlal. Imam Besar Masjid Istiqlal, Profesor Nasarudin Umar menjelaskan bahwa perbuatan baik yang akan dilakukan pribadi atau institusi yang ingin memberikan bantuan jangan dihentikan.
"Kami tidak melihat itu. Siapa pun yang ingin berbuat baik, baik pribadi atau institusi kami terima," kata Nasarudin Umar dalam keterangan dikutip, Sabtu (6/4/2024).
Setali tiga uang, Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) Andi YH Djuwaeli menilai bantuan lebih dibutuhkan warga Palestina dibanding ramai-ramai melakukan aksi boikot. Menurutnya, publik juga tidak perlu saling menjatuhkan sebuah instansi tertentu menyusul gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang tengah menggaung.
Dia melanjutkan, tidak sedikit instansi yang disinyalir terafiliasi dengan Israel telah berbuat banyak kegiatan positif di Indonesia. "Banyak hal yang masyarakat belum tahu dan hafal tentang perusahaan ini jadi dimaklumi saja," katanya.
Apalagi, sambung dia, dengan banyaknya informasi tidak jelas atau bahkan menyudutkan yang bertebaran di media sosial. Dia melanjutkan, informasi itu pada akhirnya dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang akan suatu hal hingga akhirnya larut dalam gerakan BDS. "Jadi tentang isu yang negatif ini lebih baik kita lawan saja dengan kegiatan yang positif," katanya.
Pegiat ekonomi keumatan ini melanjutkan, peredaran informasi hoaks atau yang disebarkan oleh buzzer di media sosial sebaiknya tidak perlu dilawan. Dia mengatakan, hal tersebut justru hanya akan membuat kisruh kondisi saat ini di dalam negeri. "Lebih bagus kita aksi nyata saja kan lebih bermanfaat bagi seluruh masyarakat," katanya.
Seperti diketahui, gerakan BDS yang saat ini didengungkan menyasar sejumlah perusahaan multinasional yang sudah lama beraktivitas di Indonesia. Salah satunya, adalah Danone Indonesia yang disudutkan sebagai perusahaan yang terafiliasi Israel. Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) juga telah merilis daftar nama-nama perusahaan yang jelas terafiliasi dalam mendukung agresi Israel ke Palestina. Di antara nama-nama perusahaan tersebut, tidak ada nama Danone.
Banyak tokoh agama dan pakar ekonomi mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak dalam narasi boikot yang banyak berisi disinformasi dan hoaks dalam menentukan kriteria siapa yang dianggap mendukung Israel. Mereka mengajak masyarakat untuk bijak menyikapi isu boikot ini.
(abd)