Peringati Hari Paskah, Uskup Agung Suharyo Ingatkan Bahaya Keserakahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengungkapkan, saat ini Indonesia masih dipenuhi dengan keserakahan. Hal tersebut dia sampaikan seusai memimpin ibadah Paskah di Gedung Pastoral Gereja Katolik Katedral, pada Minggu (31/3/2024) pagi.
"Ada satu hal yang saya sampaikan di ibadah, Lilin Paskah simbol dalam perayaan Paskah, umat dapat bergerak dari kegelapan menuju terang. Itulah yang disebut pembebasan menjadi pribadi yang semakin merdeka. Paskah aktual dalam kehidupan saat ini," ujar Suharyo.
Suharyo mengungkapkan berbagai peristiwa yang terlihat dalam berbagai pemberitaan menunjukkan bahwa manusia belum bebas dari keserakahan.
"Saat ini yang kita baca di media dan medsos adalah peristiwa-peristiwa yang mengungkapkan kita masih dalam perbudakan. Kita diperbudak oleh keserakahan. Banyak berita mengenai Tindak Pidana Perdagangan Orang bukan hanya dari mereka kelompok ekonomi lemah namun juga dari mereka yang berpendidikan tinggi," ungkapnya.
Suharyo juga menyinggung terkait korupsi izin pertambangan dengan nilai fantastis yang merusak alam Indonesia dan merugikan negara. "Korupsi yang sedang ditangani dan tindakan pidana pencucian uang yang jumlahnya melebihi Rp270 triliun, mengerikan sekali," lanjut Suharyo.
Suharyo melihat hulu dan hilir dari berbagai hal buruk tersebut semua adalah keserakahan. Suharyo melihat keserakahan itu dapat masuk ke dalam sistem yang akan sangat berpengaruh dan merusak.
"Keserakahan itu bila masuk dalam sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, sistem budaya. Itulah perbudakan yang saya lihat hari-hari ini. Di setiap zaman ada perbudakan dalam berbagai bentuk," terangnya.
Untuk itu, Suharyo meminta umat Kristiani di berbagai belahan dunia untuk bersama-sama meninggalkan berbagai bentuk keserakahan tersebut di momen Paskah 2024.
"Paskah harus bermakna di dalam rangka pembebasan perbudakan itu. Tidak mudah menyadari perbudakan itu. Umat Kristiani harus mampu membebaskan diri dari perbudakan itu dan mengalirkan arus pembebasan," pungkasnya.
"Ada satu hal yang saya sampaikan di ibadah, Lilin Paskah simbol dalam perayaan Paskah, umat dapat bergerak dari kegelapan menuju terang. Itulah yang disebut pembebasan menjadi pribadi yang semakin merdeka. Paskah aktual dalam kehidupan saat ini," ujar Suharyo.
Suharyo mengungkapkan berbagai peristiwa yang terlihat dalam berbagai pemberitaan menunjukkan bahwa manusia belum bebas dari keserakahan.
"Saat ini yang kita baca di media dan medsos adalah peristiwa-peristiwa yang mengungkapkan kita masih dalam perbudakan. Kita diperbudak oleh keserakahan. Banyak berita mengenai Tindak Pidana Perdagangan Orang bukan hanya dari mereka kelompok ekonomi lemah namun juga dari mereka yang berpendidikan tinggi," ungkapnya.
Suharyo juga menyinggung terkait korupsi izin pertambangan dengan nilai fantastis yang merusak alam Indonesia dan merugikan negara. "Korupsi yang sedang ditangani dan tindakan pidana pencucian uang yang jumlahnya melebihi Rp270 triliun, mengerikan sekali," lanjut Suharyo.
Suharyo melihat hulu dan hilir dari berbagai hal buruk tersebut semua adalah keserakahan. Suharyo melihat keserakahan itu dapat masuk ke dalam sistem yang akan sangat berpengaruh dan merusak.
"Keserakahan itu bila masuk dalam sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, sistem budaya. Itulah perbudakan yang saya lihat hari-hari ini. Di setiap zaman ada perbudakan dalam berbagai bentuk," terangnya.
Untuk itu, Suharyo meminta umat Kristiani di berbagai belahan dunia untuk bersama-sama meninggalkan berbagai bentuk keserakahan tersebut di momen Paskah 2024.
"Paskah harus bermakna di dalam rangka pembebasan perbudakan itu. Tidak mudah menyadari perbudakan itu. Umat Kristiani harus mampu membebaskan diri dari perbudakan itu dan mengalirkan arus pembebasan," pungkasnya.
(cip)