Cegah Paham Radikal, BNPT dan Enam Kampus Jalin Kerja Sama

Rabu, 19 September 2018 - 17:14 WIB
Cegah Paham Radikal, BNPT dan Enam Kampus Jalin Kerja Sama
Cegah Paham Radikal, BNPT dan Enam Kampus Jalin Kerja Sama
A A A
JAKARTA - Perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN/PTS) di Jawa Tengah berkomitmen untuk mencegah masuknya paham radikal negatif ke dalam lingkungan kampus.

Hal itu dibuktikan dengan ditandatanginya perjanjian kerja sama/Memorandum of Understanding (MoU) antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT) dan enam PTN/PTS di Semarang, Jawa Tengah, Selasa 18 September 2018.

Enam PTN/PTS itu, yakni Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Semarang, Politeknik Negeri Semarang (Polines), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang dan Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin).

Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius menjelaskan, penandatanganan MoU tindak lanjut dari pertemuannya dengan 300 rektor perguruan tinggi se- Jawa Tengah yang dilaksanakan pada Agustus 2018, ketika itu para rektor terinspirasi untuk melakukan kerja sama.

"Beberapa saat lalu saya memberikan pencerahan kepada 300 lebih rektor atau pengelola perguruan tinggi di Jawa tengah. Saat itu saya jelaskan dinamikanya, di situlah mereka terinspirasi untuk mengadakan kerja sama dengan BNPT. Kita siap untuk itu dan kita berikan tim asisteni untuk mereka,” ungkap Suhardi usai penandatanganan MoU di Unnes Semarang.

Dari kerja sama ini, kata dia, akan ada berbagai "produk" yang dihasilkan dalam upaya penanggulangan radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus.

Menurut dia, bentuk kerja sama yang ditandatangani terkait masalah pendidikan, pelatihan, pengkajian, penelitian, pengabdian masyarakat dan pengembangan dalam rangka penanggulangan terorisme.

“Kerja sama ini akan memberikan suatu produk, bagaimana mencari jalan terbaik untuk supaya mereka (mahasiswa) betul-betul punya daya tahan dan mereka memainkan peran-peran positif,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang dilanjutkan kuliah umum di hadapan mahasiswa baru Unnes, Suhardi menjelaskan pentingnya mempersiapka mahasiswa baru untuk menghadapi tantangan zaman.

Terlebih, sambung dia, mahasiswa baru nantinya akan menjadi tenaga pendidik bagi generasi bangsa di masa depan.

“Mahasiswa Unnes itu ada kekhususan, sama dengan saya sebelumnya di UNP di Padang, juga UPI di Bandung. Adik-adik ini dipersiapkan bukan hanya sebagai ilmuan, tetapi sebagai pendidik. Oleh sebab itu anda ini punya kelebihan bagaimana mencari formula, bagaimana mentransfer ilmu dan daya tahan kepada nanti calon-calon muridnya nanti,” tuturnya.

Dalam kuliah umumnya, mantan Kapolda Jawa Barat ini mengingatkan mahasiswa baru mengenai kemungkinan-kemungkinan akan didekatinya mereka oleh kelompok radikal.

Menurut dia, kelompok radikal memiliki berbagai cara untuk merekrut anggotanya. “Mahasiswa baru itu menjadi tempat masuknya (paham radikal terorisme). Entry point-nya sekarang, ketika masuk mahasiswa baru harus hati-hati dalam memilih memilih mentor. Kalau ada yang aneh-aneh laporkan. Sasaran brain washing itu usia kalian ini, rasa ingin tahunya tinggi, sementara emosional nya masih labil, belum stabil. Hati-hati kalau nanti diajak atau ditemani mencari kost-kostan, lalu diajak masuk perkumpulannya,” tutur Suhardi.

Suhardi juga menekankan perlunya peningkatan nilai kebangsaan. Hal itu menyikapi mulai melemahnya dan terekduksinya nilai kebangsaan dalam diri anak muda.
Menurut dia, dibutuhkan hati jika ingin membahas dan mengembalikan nilai cinta kebangsaan pada seseorang.“Membahas masalah kebangsaan jangan pakai akal dan logika saja, tidak bisa. Tetapi pakai hati. Hati itu tidak bisa bohong, hati tahu mana yang salah, mana yang benar,” ujarnya.Dia juga mengingatkan mahasiswa agar memiliki ahklak yang baik agar meraih sukses pada masa mendatang. Sebab keterampilan dan kemampuan saja tidak akan cukup.
“Nantinya kalian akan jadi kaum profesional. Memang untuk jadi profesional kita butuh knowledge dan skill, tapi jangan lupa akhlak. Pintar saja tapi tidak punya akhlak, mau jadi apa? Harus ada akhlak biar tahu mana yang baik dan benar,” ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.

Acara juga dihadiri Wakapolda Jateng Brigjen Pol Ahmad Luthfi, Gubernur Akpol yang diwakili Kombes Pol Burhanudin, dan pimpinan dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Tengah.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2117 seconds (0.1#10.140)