Ketum PP Muhammadiyah: Puasa Mampu Taklukkan Hawa Nafsu dan Segala Keangkuhan Diri
loading...
A
A
A
Mereka yang angkuh atau sombong diri, kata Haedar, sering dengan mudah menegasikan orang lain. Dirinyalah pejuang kebenaran sejati. Orang lain termasuk sesama seiman dianggap pengecut, lembek, dan pengkhianat hanya karena berbeda pandangan dan cara dalam perjuangan kehidupan yang tidak sejalan dengan dirinya.
Adapun pihak lain di luar dirinya diposisikan menjualbelikan kebenaran, bahkan kompromi dan membenarkan kemungkaran, karena tidak berkesesuaian dengan pandangannya. Dalil Al-Qur'an dan Hadis Nabi pun dengan mudah dipakai menstigma pihak lain.
"Tahta, harta, dan kedigdayaan dunia sering menjadikan manusia angkuh diri atau sombong. Orang berilmu pun bisa terjangkiti kesombongan. Dirinya merasa paling benar dan paling tinggi ilmunya, yang lain dianggap bodoh dan rendah. Orang berilmu kadang mudah mengeritik pihak lain dengan keangkuhan keilmuannya," terang dia.
Padahal menurutnya puasa itu menaklukkan diri yang bermahkotakan hawa nafsu serba digdaya, yang oleh Jalaluddin Rumi disebut “ibu dari semua berhala”. Dimana seseorang dapat menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis adalah penanda menaklukkan segala kuasa diri yang bersifat serba inderawi dan serba dunia. Puasa dapat membebaskan diri dari segala sangkar besi kedigdayaan.
"Maka, jadikan puasa sebagai ruang refleksi tertinggi yang menembus jantung mata hati terdalam. Agar terbentuk karakter insan bertaqwa yang autentik nan rendah hati. Dirinya hanya hamba biasa di bawah Kuasa Tuhan Yang Maha Segala. Semoga dengan berpuasa menjadikan diri setiap insan muslim siapa pun dia, makin rendah hati dan tidak terjangkiti virus angkuh diri!" tutup Haedar.
Adapun pihak lain di luar dirinya diposisikan menjualbelikan kebenaran, bahkan kompromi dan membenarkan kemungkaran, karena tidak berkesesuaian dengan pandangannya. Dalil Al-Qur'an dan Hadis Nabi pun dengan mudah dipakai menstigma pihak lain.
"Tahta, harta, dan kedigdayaan dunia sering menjadikan manusia angkuh diri atau sombong. Orang berilmu pun bisa terjangkiti kesombongan. Dirinya merasa paling benar dan paling tinggi ilmunya, yang lain dianggap bodoh dan rendah. Orang berilmu kadang mudah mengeritik pihak lain dengan keangkuhan keilmuannya," terang dia.
Padahal menurutnya puasa itu menaklukkan diri yang bermahkotakan hawa nafsu serba digdaya, yang oleh Jalaluddin Rumi disebut “ibu dari semua berhala”. Dimana seseorang dapat menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis adalah penanda menaklukkan segala kuasa diri yang bersifat serba inderawi dan serba dunia. Puasa dapat membebaskan diri dari segala sangkar besi kedigdayaan.
Baca Juga
"Maka, jadikan puasa sebagai ruang refleksi tertinggi yang menembus jantung mata hati terdalam. Agar terbentuk karakter insan bertaqwa yang autentik nan rendah hati. Dirinya hanya hamba biasa di bawah Kuasa Tuhan Yang Maha Segala. Semoga dengan berpuasa menjadikan diri setiap insan muslim siapa pun dia, makin rendah hati dan tidak terjangkiti virus angkuh diri!" tutup Haedar.
(kri)