Jokowi Kenakan Pakaian Adat, Politikus PDIP: Bukti Peduli Kebinekaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Komisi III DPR Herman Herry mengapresiasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengenakan pakaian adat suku Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat pidato kenegaraan di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, tadi.
Sebagai putra daerah asal NTT, Herman Herry mengaku bangga. Herman mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi. "Sebagai putra asal NTT, saya merasa bangga atas pakaian adat asal NTT yang dikenakan Bapak Presiden Jokowi saat pidato kenegaraan di DPR," ujar Herman, kepada wartawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
(Baca juga: Sidang Pertama DPR 2020-2021 Dihadiri 98 Anggota Secara Fisik, 231 Virtual )
Menurut dia, hal tersebut sebagai bentuk perhatian dan kepedulian Presiden Jokowi atas keberagaam bangsa Indonesia. Maka itu, kata dia, sikap Presiden Jokowi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan patut diapresiasi.
"Tentu saya mengucapkan terima kasih sekaligus mengapresiasi atas kepedulian Bapak Presiden Jokowi terhadap pakaian adat daerah di Tanah Air. Saya kira hal itu sebagai bentuk kepedulian Bapak Presiden Jokowi atas keberagaman dan kebinekaan kita bangsa Indonesia," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
( i)
Sekadar diketahui, pakaian adat itu memiliki nama sama sesuai daerah asalnya yang mendiami Pulau Hai Rawu di daerah Sabu, Kabupaten Kupang yakni Sabu. Baju adat suku Sabu untuk laki-laki berbeda dengan perempuan.
Untuk laki-laki, atasannya menggunakan kemeja putih lengan panjang, sedangkan bawahannya maupun selendang yang dikenakan merupakan sarung tenun. Selain itu pada bagian kepala terdapat ikat kepala yang disebut lehu ketu. Ikat kepala ini berupa mahkota dengan tiga tiang yang terbuat dari emas.
Adapun aksesoris lainnya berupa kalung disebut mutisalak, kalung habas, sepasang gelang emas, dan sabuk yang memiliki saku. Sementara pada perempuan baju adat suku sabu ini berupa kebaya dan juga dikombinasikan dengan sarung tenun yang membalut di sekeliling kebaya.
Pada bagian pingga wanita suku sabu juga dilengkapi dengan sabuk berupa pending atau ikat pinggang.
Sebagai putra daerah asal NTT, Herman Herry mengaku bangga. Herman mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi. "Sebagai putra asal NTT, saya merasa bangga atas pakaian adat asal NTT yang dikenakan Bapak Presiden Jokowi saat pidato kenegaraan di DPR," ujar Herman, kepada wartawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
(Baca juga: Sidang Pertama DPR 2020-2021 Dihadiri 98 Anggota Secara Fisik, 231 Virtual )
Menurut dia, hal tersebut sebagai bentuk perhatian dan kepedulian Presiden Jokowi atas keberagaam bangsa Indonesia. Maka itu, kata dia, sikap Presiden Jokowi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan patut diapresiasi.
"Tentu saya mengucapkan terima kasih sekaligus mengapresiasi atas kepedulian Bapak Presiden Jokowi terhadap pakaian adat daerah di Tanah Air. Saya kira hal itu sebagai bentuk kepedulian Bapak Presiden Jokowi atas keberagaman dan kebinekaan kita bangsa Indonesia," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
( i)
Sekadar diketahui, pakaian adat itu memiliki nama sama sesuai daerah asalnya yang mendiami Pulau Hai Rawu di daerah Sabu, Kabupaten Kupang yakni Sabu. Baju adat suku Sabu untuk laki-laki berbeda dengan perempuan.
Untuk laki-laki, atasannya menggunakan kemeja putih lengan panjang, sedangkan bawahannya maupun selendang yang dikenakan merupakan sarung tenun. Selain itu pada bagian kepala terdapat ikat kepala yang disebut lehu ketu. Ikat kepala ini berupa mahkota dengan tiga tiang yang terbuat dari emas.
Adapun aksesoris lainnya berupa kalung disebut mutisalak, kalung habas, sepasang gelang emas, dan sabuk yang memiliki saku. Sementara pada perempuan baju adat suku sabu ini berupa kebaya dan juga dikombinasikan dengan sarung tenun yang membalut di sekeliling kebaya.
Pada bagian pingga wanita suku sabu juga dilengkapi dengan sabuk berupa pending atau ikat pinggang.
(dam)