TNI Angkatan Laut Terus Melatih Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana
loading...
A
A
A
JAKARTA - TNI Angkatan Laut mengambil peran dalam upaya menanggulangi dampak bahaya bencana alam . Salah satu program yang dilaksanakan adalah Pelatihan Penanggulangan Bencana Alam yang pada tahun 2024 ini dilaksanakan di wilayah kerja Lanal Kendari, Selasa (5/3/2024).
Bencana yang banyak terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana.
Selain itu, kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya sikap sadar bencana dan dalam penanganannya memerlukan aplikasi sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan manajemen bencana serta pemahaman masyarakat dalam upaya penyelamatan diri dari bahaya akibat bencana alam.
Namun, sikap sadar bencana masih belum menjadi perilaku sehari–hari masyarakat. Untuk itu, diperlukan model pembelajaran dalam rangka membangun kesadaran terhadap pentingnya memahami karakteristik ancaman bencana.
Terkait kondisi tersebut, TNI Angkatan Laut mengambil peran dalam upaya menanggulangi dampak bahaya bencana alam. Salah satu program yang dilaksanakan adalah Pelatihan Penanggulangan Bencana Alam yang di tahun 2024 ini dilaksanakan di wilayah kerja Lanal Kendari, Selasa (5/3/2024).
Pelatihan serupa juga telah dilaksanakan di Lanal Banten pada tanggal 26 sampai dengan 28 Februari 2024. Kegiatan pelatihan di wilayah kerja Lanal Kendari yang mengambil tema "TNI Angkatan Laut Menyelenggarakan Pelatihan Penanggulangan Bencana Alam untuk Menciptakan Masyarakat yang Tangguh dalam Menghadapi Bencana" di bawah komando langsung Danlanal Kendari Kolonel Laut (P) I Gede Dharma Yoga.
Puncak kegiatan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut (Kadispotmaral) Brigadir Jenderal TNI (Mar) Gatot Mardiyono. Opsla yang diakhiri dengan simulasi kesiapsiagaan bencana dan evakuasi mandiri masyarakat pesisir terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami yang melibatkan personel TNI, Polri, Pemda setempat, BPBD, Basarnas, BMKG, pelajar dan masyarakat maritim.
Menurut Kepala Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut Brigadir Jenderal TNI (Mar) Gatot Mardiyono, selaku Penanggung Jawab Pelatihan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Penanggulangan Bencana merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh TNI AL melalui Dispotmaral yang dilaksanakan tiap tahun dan diutamakan di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana serta tercipta situasi yang aman dan kondusif dalam rangka memperkokoh Kemanunggalan TNI Angkatan Laut dan Rakyat," ujarnya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (6/3/2024).
Materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, penanganan korban gempa bumi dan tsunami, sistem komando penanganan darurat bencana, mekanisme penanganan kelompok rentan, penyandang disabilitas dan pengungsi, manajemen kesiapsiagaan bencana, prosedur pelaksanan proses evakuasi mandiri dari ancaman risiko.
"Kegiatan diakhiri dengan simulasi kesiapsiagaan bencana dan evakuasi mandiri masyarakat pesisir terhadap gempa bumi dan tsunami," katanya.
Bencana yang banyak terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana.
Selain itu, kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya sikap sadar bencana dan dalam penanganannya memerlukan aplikasi sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan manajemen bencana serta pemahaman masyarakat dalam upaya penyelamatan diri dari bahaya akibat bencana alam.
Namun, sikap sadar bencana masih belum menjadi perilaku sehari–hari masyarakat. Untuk itu, diperlukan model pembelajaran dalam rangka membangun kesadaran terhadap pentingnya memahami karakteristik ancaman bencana.
Terkait kondisi tersebut, TNI Angkatan Laut mengambil peran dalam upaya menanggulangi dampak bahaya bencana alam. Salah satu program yang dilaksanakan adalah Pelatihan Penanggulangan Bencana Alam yang di tahun 2024 ini dilaksanakan di wilayah kerja Lanal Kendari, Selasa (5/3/2024).
Pelatihan serupa juga telah dilaksanakan di Lanal Banten pada tanggal 26 sampai dengan 28 Februari 2024. Kegiatan pelatihan di wilayah kerja Lanal Kendari yang mengambil tema "TNI Angkatan Laut Menyelenggarakan Pelatihan Penanggulangan Bencana Alam untuk Menciptakan Masyarakat yang Tangguh dalam Menghadapi Bencana" di bawah komando langsung Danlanal Kendari Kolonel Laut (P) I Gede Dharma Yoga.
Puncak kegiatan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut (Kadispotmaral) Brigadir Jenderal TNI (Mar) Gatot Mardiyono. Opsla yang diakhiri dengan simulasi kesiapsiagaan bencana dan evakuasi mandiri masyarakat pesisir terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami yang melibatkan personel TNI, Polri, Pemda setempat, BPBD, Basarnas, BMKG, pelajar dan masyarakat maritim.
Menurut Kepala Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut Brigadir Jenderal TNI (Mar) Gatot Mardiyono, selaku Penanggung Jawab Pelatihan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Penanggulangan Bencana merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh TNI AL melalui Dispotmaral yang dilaksanakan tiap tahun dan diutamakan di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana serta tercipta situasi yang aman dan kondusif dalam rangka memperkokoh Kemanunggalan TNI Angkatan Laut dan Rakyat," ujarnya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (6/3/2024).
Materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, penanganan korban gempa bumi dan tsunami, sistem komando penanganan darurat bencana, mekanisme penanganan kelompok rentan, penyandang disabilitas dan pengungsi, manajemen kesiapsiagaan bencana, prosedur pelaksanan proses evakuasi mandiri dari ancaman risiko.
"Kegiatan diakhiri dengan simulasi kesiapsiagaan bencana dan evakuasi mandiri masyarakat pesisir terhadap gempa bumi dan tsunami," katanya.
(zik)