Misteri Meroketnya Suara PSI, Pengamat: Jika Tak Halal, Merusak Demokrasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jika meroketnya suara PSI karena dengan cara-cara yang tak halal, maka akan merusak Pemilu 2024 dan demokrasi Indonesia. Pandangan ini disampaikan oleh Pengamat Politik, Ujang Komarudin.
"Kalau dugaan itu benar terjadi, itu berbahaya, itu sama saja merusak Pemilu, merusak demokrasi, merusak kedaulatan suara rakyat," kata Ujang, Minggu (3/3/2024).
"Karena mendapatkan suaranya dengan cara yang tak halal, sehingga semua harus saling memberikan nilan dengan cara objektif," tambah Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini.
Menurutnya, kenaikan PSI ini berbeda dengan kenaikan suara Partai Gelora, kenaikan itu dianggap hasil kerja para kadernya. Lonjakan suara Gelora dianggap kerja keras yang dilakukan para calegnya untuk mendapatkan hasil maksimal.
"Kalau kita bicara soal kenaikan roket PSI dan Gelora tentu punya perbedaan. Gelora dianggap dia hasil kerja keras kadernya, hasil kerja keras caleg-calegnya untuk bisa memperoleh hasil maksimal," tutupnya.
Sementara Pengamat Politik UIN Jakarta sekaligus Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyebutkan, melonjaknya raihan suara PSI beberapa waktu terakhir sulit masuk di akal jika menggunakan rumus matematika Pemilu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta untuk memberikan penjelasakan secara jelas atas melonjak tajamnya suara PSI yang terjadi saat ini.
"Kalau menggunakan matematika pemilu agak tidak normal. Agak sulit sebenarnya mendapatkan matoritas di satu TPS dan TPS-TPS tertentu lainnya," kata Adi Pray dalam iNews Today, Minggu (13/3/2024).
Dia menilai, KPU harus memberikan penjelasan kepada publik atas peristiwa melonjaknya suara PSI yang tidak normal saat ini. Hal itu perlu disampaikan agar publik tidak menudingan pada pada penyelenggara pemilu.
"Harusnya KPU mampu menjelaskan apa yang membuat angka PSI naik secara signifikan. Hal ini terjadi ketika beberapa waktu lalu paslon pilpres tertentu suaranya hilang dan itu merasa dirugikan, sebut saja pasangan AMIN. Dulu suaranya melonjak kok hilang sampai 3 juta. Padahal waktu itu menggelar konferensi pers. Apa yang terjadi pada sirekap. Ada salah input ada salah data data," jelasnya.
"Kalau dugaan itu benar terjadi, itu berbahaya, itu sama saja merusak Pemilu, merusak demokrasi, merusak kedaulatan suara rakyat," kata Ujang, Minggu (3/3/2024).
"Karena mendapatkan suaranya dengan cara yang tak halal, sehingga semua harus saling memberikan nilan dengan cara objektif," tambah Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini.
Menurutnya, kenaikan PSI ini berbeda dengan kenaikan suara Partai Gelora, kenaikan itu dianggap hasil kerja para kadernya. Lonjakan suara Gelora dianggap kerja keras yang dilakukan para calegnya untuk mendapatkan hasil maksimal.
"Kalau kita bicara soal kenaikan roket PSI dan Gelora tentu punya perbedaan. Gelora dianggap dia hasil kerja keras kadernya, hasil kerja keras caleg-calegnya untuk bisa memperoleh hasil maksimal," tutupnya.
Sementara Pengamat Politik UIN Jakarta sekaligus Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyebutkan, melonjaknya raihan suara PSI beberapa waktu terakhir sulit masuk di akal jika menggunakan rumus matematika Pemilu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta untuk memberikan penjelasakan secara jelas atas melonjak tajamnya suara PSI yang terjadi saat ini.
"Kalau menggunakan matematika pemilu agak tidak normal. Agak sulit sebenarnya mendapatkan matoritas di satu TPS dan TPS-TPS tertentu lainnya," kata Adi Pray dalam iNews Today, Minggu (13/3/2024).
Dia menilai, KPU harus memberikan penjelasan kepada publik atas peristiwa melonjaknya suara PSI yang tidak normal saat ini. Hal itu perlu disampaikan agar publik tidak menudingan pada pada penyelenggara pemilu.
"Harusnya KPU mampu menjelaskan apa yang membuat angka PSI naik secara signifikan. Hal ini terjadi ketika beberapa waktu lalu paslon pilpres tertentu suaranya hilang dan itu merasa dirugikan, sebut saja pasangan AMIN. Dulu suaranya melonjak kok hilang sampai 3 juta. Padahal waktu itu menggelar konferensi pers. Apa yang terjadi pada sirekap. Ada salah input ada salah data data," jelasnya.
(maf)