Merawat Semangat Bhinneka Tunggal Ika Usai Pemilu 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Syamsul Ma'arif mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa usai Pemilu 2024. Di tengah maraknya propaganda perpecahan di ruang digital, nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika harus diperkuat.
Menurut Prof Syamsul Ma'arif, keanekaragaman adalah modal sosial yang luar biasa bagi Indonesia. Modal ini harus dioptimalkan dan tidak boleh dihilangkan. Tidak banyak negara di dunia yang mampu menaungi begitu banyak suku dan bangsa di atas satu platform sama yakni Pancasila dan UUD 1945.
"Penguatan nilai-nilai kebersamaan, kohesi, dan musyawarah mufakat sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," kata Prof Syamsul dalam keterangannya dikutip, Rabu (14/4/2024).
Ia juga menekankan pentingnya memahami nilai-nilai kearifan lokal yang mempertemukan dan mengharmoniskan perbedaan. Pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. "Pemerintah harus men-support upaya-upaya yang menjumpakan dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan," kata Prof Syamsul.
Menurut akademisi yang juga menjabat sebagai Ketua FKPT Jawa Tengah periode 2022-2025 ini, kerukunan dan kebersamaan elemen masyarakat juga dipengaruhi oleh peran dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Para tokoh harus bisa menjadi teladan dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian melalui perspektif ajaran agamanya masing-masing. Tokoh agama dan tokoh masyarakat seringkali menjadi acuan bagi tingkatan grass root dalam berperilaku, bertutur kata, hingga dalam caranya menentukan sikap bernegara.
"Masyarakat sipil juga harus berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan," katanya.
Prof Syamsul mengajak masyarakat menjadikan Pemilu 2024 sebagai momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Ia beranggapan bahwa Pemilu adalah pintu untuk merayakan demokrasi dan menjadi bangsa yang hebat. Bangsa Indonesia harus belajar menghargai perbedaan dalam hal memilih pemimpin yang diidealkan bersama.
Ia mengemukakan cara untuk menangkal narasi intoleransi dan radikalisme di ruang digital. Di antaranya adalah keinginan tinggi untuk memperkaya literasi, sehingga masyarakat Indonesia menjadi cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, masyarakat Indonesia, baik secara daring ataupun luring, perlu merayakan pesta demokrasi dengan mengedepankan persaudaraan. Dalam momentum seperti Pemilu 2024 nanti, perbedaan pilihan adalah suatu keniscayaan. Tidak hanya berbeda pilihan dengan tetangga ataupun teman, bahkan dalam satu keluarga saja bisa beda pilihan dan pandangan politiknya.
"Kita harus merayakan demokrasi dengan cara yang damai dan mengedepankan persaudaraan," kata Prof Syamsul.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan segala perubahan gaya hidup masyarakat dan kecanggihan teknologi di era modern, sebaiknya tidak melunturkan semangat gotong royong yang menjadi local wisdom bagi bangsa Indonesia.
"Mari kita rawat kebersamaan dengan saling peduli dan tidak individualis. Kita harus memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah secara bersama-sama," ujarnya.
Berdemokrasi yang sehat berarti mengerti bahwa Pemilu adalah sarana untuk bersatu, bukan bermusuhan. Beda pilihan tidak masalah, yang penting masyarakat yang memiliki hak pilih yakin dengan pilihannya masing-masing.
Keyakinan atas calon yang didukung perlu didasarkan pada alasan yang masuk akal. Yakin jika pilihannya adalah yang terbaik bagi Indonesia, namun tanpa perlu menjatuhkan pilihan dari orang lain.
"Mari kita bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus literat dan memilih pemimpin sesuai dengan pilihan masing-masing. Beda pilihan tidak masalah, yang penting kita punya presiden," ujarnya dengan nada yang santai.
Mengakhiri penjelasannya, Prof Syamsul menekankan pentingnya agar sesama anak bangsa harus saling menghormati dan menjaga stabilitas harmoni kebhinekaan Indonesia. Jika ada yang beda sedikit, biarkan saja selama tidak merusak. Perbedaan adalah jembatan untuk mengukir kebersamaan dan merajut Indonesia yang lebih hebat dan bermartabat.
Menurut Prof Syamsul Ma'arif, keanekaragaman adalah modal sosial yang luar biasa bagi Indonesia. Modal ini harus dioptimalkan dan tidak boleh dihilangkan. Tidak banyak negara di dunia yang mampu menaungi begitu banyak suku dan bangsa di atas satu platform sama yakni Pancasila dan UUD 1945.
"Penguatan nilai-nilai kebersamaan, kohesi, dan musyawarah mufakat sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," kata Prof Syamsul dalam keterangannya dikutip, Rabu (14/4/2024).
Ia juga menekankan pentingnya memahami nilai-nilai kearifan lokal yang mempertemukan dan mengharmoniskan perbedaan. Pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. "Pemerintah harus men-support upaya-upaya yang menjumpakan dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan," kata Prof Syamsul.
Menurut akademisi yang juga menjabat sebagai Ketua FKPT Jawa Tengah periode 2022-2025 ini, kerukunan dan kebersamaan elemen masyarakat juga dipengaruhi oleh peran dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Para tokoh harus bisa menjadi teladan dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian melalui perspektif ajaran agamanya masing-masing. Tokoh agama dan tokoh masyarakat seringkali menjadi acuan bagi tingkatan grass root dalam berperilaku, bertutur kata, hingga dalam caranya menentukan sikap bernegara.
"Masyarakat sipil juga harus berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan," katanya.
Prof Syamsul mengajak masyarakat menjadikan Pemilu 2024 sebagai momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Ia beranggapan bahwa Pemilu adalah pintu untuk merayakan demokrasi dan menjadi bangsa yang hebat. Bangsa Indonesia harus belajar menghargai perbedaan dalam hal memilih pemimpin yang diidealkan bersama.
Ia mengemukakan cara untuk menangkal narasi intoleransi dan radikalisme di ruang digital. Di antaranya adalah keinginan tinggi untuk memperkaya literasi, sehingga masyarakat Indonesia menjadi cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, masyarakat Indonesia, baik secara daring ataupun luring, perlu merayakan pesta demokrasi dengan mengedepankan persaudaraan. Dalam momentum seperti Pemilu 2024 nanti, perbedaan pilihan adalah suatu keniscayaan. Tidak hanya berbeda pilihan dengan tetangga ataupun teman, bahkan dalam satu keluarga saja bisa beda pilihan dan pandangan politiknya.
"Kita harus merayakan demokrasi dengan cara yang damai dan mengedepankan persaudaraan," kata Prof Syamsul.
Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan segala perubahan gaya hidup masyarakat dan kecanggihan teknologi di era modern, sebaiknya tidak melunturkan semangat gotong royong yang menjadi local wisdom bagi bangsa Indonesia.
"Mari kita rawat kebersamaan dengan saling peduli dan tidak individualis. Kita harus memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah secara bersama-sama," ujarnya.
Berdemokrasi yang sehat berarti mengerti bahwa Pemilu adalah sarana untuk bersatu, bukan bermusuhan. Beda pilihan tidak masalah, yang penting masyarakat yang memiliki hak pilih yakin dengan pilihannya masing-masing.
Keyakinan atas calon yang didukung perlu didasarkan pada alasan yang masuk akal. Yakin jika pilihannya adalah yang terbaik bagi Indonesia, namun tanpa perlu menjatuhkan pilihan dari orang lain.
"Mari kita bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus literat dan memilih pemimpin sesuai dengan pilihan masing-masing. Beda pilihan tidak masalah, yang penting kita punya presiden," ujarnya dengan nada yang santai.
Mengakhiri penjelasannya, Prof Syamsul menekankan pentingnya agar sesama anak bangsa harus saling menghormati dan menjaga stabilitas harmoni kebhinekaan Indonesia. Jika ada yang beda sedikit, biarkan saja selama tidak merusak. Perbedaan adalah jembatan untuk mengukir kebersamaan dan merajut Indonesia yang lebih hebat dan bermartabat.
(abd)