Akademisi Sebut Sistem Demokrasi Indonesia Berada di Persimpangan Jalan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Protes dan kritikan terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus disuarakan sejumlah akademisi kampus di Tanah Air. Mahasiswa dan sivitas akademika menilai Jokowi mencederai sistem demokrasi di Indonesia.
Akademisi Prof Muradi mengatakan, apa yang disuarakan sivitas akademika bukan gerakan sembarangan. Karena itu, pemerintah seharusnya berhenti melakukan tindakan merusak demokrasi.
"Buat saya sih simpel, ini bukan gerakan main-main. Mereka ingin presiden itu berhenti melakukan tindakan yang sifatnya mengintervensi demokrasi. Demokrasi itu saya perlu garis bawahi posisi presiden itu kan aktif dalam konteks dia melakukan pembenahan. Kalau dia normalnya itu cawe-cawe harusnya itu ya separtai dan itu kan tidak separtai," kata Muradi dalam 33 jam Live Podcast Gerakan Aktivis Menjaga Demokrasi, Selasa (13/2/2023).
Muradi juga menyebut sistem demokrasi Indonesia saat ini sedang di persimpangan jalan. "Kita dalam dua posisi dilema, kita mau ke depan demokrasi atau berbelok kembali ke belakang. Demokrasi itu sekarang ada di simpang jalan. Saran saya pastinya lurus ke depan karena untuk mencapai sistem demokrasi seperti ini sangat panjang setelah 32 tahun mencapai reformasi," ujarnya.
Akademisi Prof Muradi mengatakan, apa yang disuarakan sivitas akademika bukan gerakan sembarangan. Karena itu, pemerintah seharusnya berhenti melakukan tindakan merusak demokrasi.
"Buat saya sih simpel, ini bukan gerakan main-main. Mereka ingin presiden itu berhenti melakukan tindakan yang sifatnya mengintervensi demokrasi. Demokrasi itu saya perlu garis bawahi posisi presiden itu kan aktif dalam konteks dia melakukan pembenahan. Kalau dia normalnya itu cawe-cawe harusnya itu ya separtai dan itu kan tidak separtai," kata Muradi dalam 33 jam Live Podcast Gerakan Aktivis Menjaga Demokrasi, Selasa (13/2/2023).
Muradi juga menyebut sistem demokrasi Indonesia saat ini sedang di persimpangan jalan. "Kita dalam dua posisi dilema, kita mau ke depan demokrasi atau berbelok kembali ke belakang. Demokrasi itu sekarang ada di simpang jalan. Saran saya pastinya lurus ke depan karena untuk mencapai sistem demokrasi seperti ini sangat panjang setelah 32 tahun mencapai reformasi," ujarnya.
(abd)