Projo DIY Laporkan Butet, Jubir Muda TPN: Imajinasi Tidak Bisa Dipenjarakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Muda Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Yogen Sogen menyoroti sikap Pro Jokowi (Projo) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang melaporkan Butet Kertaredjasa atas dugaan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Yogen mengatakan, tindakan Projo DIY menambah catatan gelap demokrasi di Tanah Air. Sebab, menurutnya imajinasi tidak bisa dipenjarakan.
"Imajinasi tidak bisa dipenjarakan, tafsirnya luas. Pantun Mas Butet adalah refleksi terdalam atas benturan peristiwa yang dialami. Ia lahir dari imajinasi. Sekali lagi imajinasi tidak bisa dipenjarakan," kata Yogen, Kamis (1/2/2024).
Yogen kemudian menyinggung peristiwa tersebut seperti yang dialami sastrawan dan budayawan di zaman Orde Baru (Orba) ketika, ekspresinya dibungkam atau diteror.
"Seperti Penyair Wiji Thukul dan sastrawan lainnya di zaman orde baru juga diteror karena mengeritik lewat puisi, tapi kebenaran akan menemukan jalannya,” ujarnya
Yogen menyebut, yang mendominasi selalu terusik jika para seniman, sastrawan dan budayawan sudah mengeritik. Artinya situasi sedang tidak baik-baik saja.
"Kritikan itu untuk menjernihkan akal dan pikiran yang tersesat, Mas Butet sedang mengoreksi dan menginterupsi tabiat penguasa lewat pantun. Sekali lagi, imajinasi tidak bisa dipenjarakan,” tegasnya.
Yogen mengatakan, tindakan Projo DIY menambah catatan gelap demokrasi di Tanah Air. Sebab, menurutnya imajinasi tidak bisa dipenjarakan.
"Imajinasi tidak bisa dipenjarakan, tafsirnya luas. Pantun Mas Butet adalah refleksi terdalam atas benturan peristiwa yang dialami. Ia lahir dari imajinasi. Sekali lagi imajinasi tidak bisa dipenjarakan," kata Yogen, Kamis (1/2/2024).
Yogen kemudian menyinggung peristiwa tersebut seperti yang dialami sastrawan dan budayawan di zaman Orde Baru (Orba) ketika, ekspresinya dibungkam atau diteror.
"Seperti Penyair Wiji Thukul dan sastrawan lainnya di zaman orde baru juga diteror karena mengeritik lewat puisi, tapi kebenaran akan menemukan jalannya,” ujarnya
Yogen menyebut, yang mendominasi selalu terusik jika para seniman, sastrawan dan budayawan sudah mengeritik. Artinya situasi sedang tidak baik-baik saja.
"Kritikan itu untuk menjernihkan akal dan pikiran yang tersesat, Mas Butet sedang mengoreksi dan menginterupsi tabiat penguasa lewat pantun. Sekali lagi, imajinasi tidak bisa dipenjarakan,” tegasnya.
(cip)