Soal Mundurnya Maruarar Sirait dari PDIP, Ini Kata Pengamat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hengkangnya Maruarar Sirait dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menimbulkan banyak pertanyaan.
Pengamat Politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai salah satu alasan hengkangnya Ara panggilan akrab Maruarar yakni karena ketidakpuasan politikus muda terhadap partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Hal ini (ketidakpuasan terhadap PDIP) mungkin saja menjadi salah satu alasannya,” ujar Arifki saat dihubungi, Kamis (18/1).
Arifki menuturkan hengkangnya Ara merupakan kekecewaan karena tokoh muda tidak memiliki ruang-ruang strategis di partai berlogo banteng tersebut. Sehingga Ara memilih untuk hengkang dari PDIP.
Terlebih, Ara bukan satu-satunya tokoh muda PDIP yang telah menyatakan mundur. Terdapat tokoh muda lainnya yakni Budiman Sudjatmiko yang memilih membela pasangan Capres dan Cawapres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Arifki melihat hal ini semakin membuat PDIP kesulitan untuk meraup lebih banyak suara. Karena secara langsung PDIP kehilangan para politisi muda yang memiliki jam terbang dan loyalitas tinggi pada partai.
“Secara kompetensi dan jam terbang (Ara dan Budiman) sangat luas,” ungkap Arifki.
Diberitakan sebelumnya, Ara memutuskan keluar dari PDIP. Dia menyambangi Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat pada Senin 15 januari 2024 lalu.
"Saya ucapkan terima kasih ke Bu Mega, sudah izinkan saya berbakti kepada PDIP. Dan saya berdiskusi dengan keluarga terdekat. Saya memutuskan untuk pamit dari PDIP hari ini," kata Ara.
Ara menyampaikan dirinya memilih untuk tegak lurus dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena menurutnya, Jokowi adalah pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyat.
Hal ini dibuktikan dengan berbagai temuan lembaga survei yang menyebut bahwa kepercayaan publik terhadap mantan Wali Kota Solo itu mencapai 75-80%. Maka dengan adanya temuan tersebut, Ara meyakini Jokowi adalah pemimpin yang patut untuk diikuti jejak politiknya.
Diketahui, Ara menjadi kader PDIP sejak tahun 1999. Jejaknya mengikuti karier sang ayah, Sabam Sirait yang telah lama menjadi kader PDI.
Pengamat Politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai salah satu alasan hengkangnya Ara panggilan akrab Maruarar yakni karena ketidakpuasan politikus muda terhadap partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Hal ini (ketidakpuasan terhadap PDIP) mungkin saja menjadi salah satu alasannya,” ujar Arifki saat dihubungi, Kamis (18/1).
Arifki menuturkan hengkangnya Ara merupakan kekecewaan karena tokoh muda tidak memiliki ruang-ruang strategis di partai berlogo banteng tersebut. Sehingga Ara memilih untuk hengkang dari PDIP.
Terlebih, Ara bukan satu-satunya tokoh muda PDIP yang telah menyatakan mundur. Terdapat tokoh muda lainnya yakni Budiman Sudjatmiko yang memilih membela pasangan Capres dan Cawapres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Arifki melihat hal ini semakin membuat PDIP kesulitan untuk meraup lebih banyak suara. Karena secara langsung PDIP kehilangan para politisi muda yang memiliki jam terbang dan loyalitas tinggi pada partai.
“Secara kompetensi dan jam terbang (Ara dan Budiman) sangat luas,” ungkap Arifki.
Diberitakan sebelumnya, Ara memutuskan keluar dari PDIP. Dia menyambangi Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat pada Senin 15 januari 2024 lalu.
"Saya ucapkan terima kasih ke Bu Mega, sudah izinkan saya berbakti kepada PDIP. Dan saya berdiskusi dengan keluarga terdekat. Saya memutuskan untuk pamit dari PDIP hari ini," kata Ara.
Ara menyampaikan dirinya memilih untuk tegak lurus dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena menurutnya, Jokowi adalah pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyat.
Hal ini dibuktikan dengan berbagai temuan lembaga survei yang menyebut bahwa kepercayaan publik terhadap mantan Wali Kota Solo itu mencapai 75-80%. Maka dengan adanya temuan tersebut, Ara meyakini Jokowi adalah pemimpin yang patut untuk diikuti jejak politiknya.
Diketahui, Ara menjadi kader PDIP sejak tahun 1999. Jejaknya mengikuti karier sang ayah, Sabam Sirait yang telah lama menjadi kader PDI.
(kri)