Politikus PDIP Said Abdullah Soroti Jargon Pemilu Damai dan Riang Gembira

Selasa, 16 Januari 2024 - 19:32 WIB
loading...
Politikus PDIP Said Abdullah Soroti Jargon Pemilu Damai dan Riang Gembira
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Said Abdullah. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) Said Abdullah menyoroti jargon pemilu damai dan riang gembira yang didengungkan oleh salah satu peserta Pemilu 2024 . Menurutnya, jargon itu perlu diwaspadai karena bisa jadi tirai untuk membungkus segala kecurangan sistematis dan menutup potensi kritis rakyat atas penyelenggaraan pemilu yang cacat.

"Saya utarakan hal ini bukan berarti tidak setuju pemilu damai dan bergembira ria, 100% saya setuju. Namun syarat itu saja tidak cukup, syarat pemilu demokratis terjadi bila semua kontestan diperlakukan sama dan adil. Alat-alat negara duduk pada porsinya, sebab pemilu adalah gelanggang kompetisi bagi masyarakat sipil, partai-partai, kandidat capres dan cawapres, caleg, dan para pemilih," kata Said Abdullah dalam keterangannya, Selasa (16/1/2024)

Perlakuan adil dan setara, netralitas aparat negara, penyelenggara yang profesional, dan imparsial, kata Said, harus dimaknai sebagai syarat objektif pemilu damai dan riang gembira. Bila kondisi objektif itu tidak terpenuhi, maka ada potensi kerawanan bagi tumbuhnya demokrasi dan tertib sipil.



"Kita tentu tak ingin pengalaman buruk suksesi kepemimpinan di negara yang saat ini mengalami konflik, Irak, Suriah, Afghanistan, terjadi dalam pelaksanaan Pemilu di negeri ini. Tak ada sepercik pun bahkan bayangan kepahitan yang menyengsarakan dan menimbulkan petaka, sehingga berjatuhan air mata, darah, dan nyawa rakyat mewarnai pelaksanaan Pemilu," ujar Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR ini.

Harapan ideal, pemilu menjadi sarana suksesi penuh kedamaian, itu diyakini akan dapat terwujud jika seluruh pihak berusaha keras mengawal proses Pemilu agar dalam koridor demokrasi, yang jujur, adil, bebas, dan rahasia. Kebutuhan saat ini, semua pihak taat dan penuh kesungguhan mengawal seluruh proses pemilu agar berjalan sesuai sesuai semangat demokrasi. Dinamika sosial, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini mewujud menjadi kekuatan luar biasa, yang memonitor ketat sehingga mudah terdeteksi berbagai tindakan yang menyimpang dari aturan permainan sekecil apa pun.

Menurut Said, kamera panoptisis (pengawas) dari rakyat akan menguak segala kecurangan dan tipu muslihat, mengakali demokrasi demi kekuasaan. Para politisi, terutama yang masih berpikir menggunakan paradigma lama harus mempertimbangkan realitas dinamika sosial ini, yang kini terjadi hampir seluruh pelosok negeri.

Pertama, masyarakat makin mudah mendapatkan akses informasi dan komunikasi, sehingga sekecil apa pun tindakan penyalahgunaan kekuasaan misalnya, mudah dan sangat cepat diketahui oleh rakyat seluruh negeri. Kedua, masyarakat Indonesia saat ini praktis bukan lagi menjadi konsumen berita. Masyarakat telah menjadi bagian sebagai pembuat berita, sehingga sepak terjang oknum-oknum, yang mengotori pelaksanaan Pemilu hanya dalam hitungan detik tersebar ke seluruh negeri bahkan dunia.



"Wartawan-wartawan dadakan yang bermodal sederhana, seperangkat ponsel saat ini ada pada setiap tempat," katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2076 seconds (0.1#10.140)