Penurunan Angka Stunting Belum Optimal, Jokowi Minta Ditingkatkan

Jum'at, 06 April 2018 - 12:30 WIB
Penurunan Angka Stunting Belum Optimal, Jokowi Minta Ditingkatkan
Penurunan Angka Stunting Belum Optimal, Jokowi Minta Ditingkatkan
A A A
JAKARTA - Program penurunan angka stunting, atau pendek lantaran tumbuh kembang anak bermasalah, dinilai belum maksimal. Salah satunya terkait bantuan makanan bergizi dari pemerintah yang masih harus ditambah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, program penuntasan masalah tubuh pendek ini harus lebih ditingkatkan. "Selama ini kita sudah tiga tahun ini membagikan biskuit untuk ibu hamil dan balita. Saya lihat itu belum cukup. Perlu dilengkapi lagi dengan ikan, susu, telur, dan kacang hijau," katanya saat membuka rapat terbatas (ratas) penurunan stunting di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (5/4/2018).

Selain persoalan makanan, masalah layanan dasar lain juga perlu diperhatikan. Di antaranya tentang sanitasi, ketersediaan air bersih, dan MCK (mandi cuci kakus) juga harus diperhatikan. "Mengedukasi publik dan gerakan hidup sehat harus lebih digencarkan lagi. Ini agar lingkungan tempat tumbuh kembang anak-anak menjadi sebuah lingkungan yang sehat," katanya.

Jokowi kembali menegaskan bahwa masalah tumbuh kembang pada anak ini menjadi perhatian serius pemerintah. Pasalnya, hal tersebut bisa menjadi kendala peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. "Stunting atau gagal tumbuh merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, ancaman terhadap ke mampuan daya saing bangsa," paparnya.

Stunting, atau masalah kurang gizi kronis, selain berdampak pada pertumbuhan fisik juga berpengaruh pada perkembangan otak anak serta memengaruhi daya serap dan prestasi di sekolah. "Selain itu, memengaruhi produktivitas, kemudian memengaruhi kreativitas di usia-usia yang produktif," ujarnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun meminta semua pihak untuk bekerja sama dalam menangani masalah ini. Terutama pihak-pihak yang terkait baik pemerintah pusat sampai desa. "Upaya penurunan angka stunting adalah kerja bersama yang harus melibatkan semua elemen masyarakat. Terutama ibu-ibu PKK. Juga perlu pengaktifan kembali secara maksimal fungsi-fungsi posyandu di kampung-kampung, di desa-desa," tuturnya.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek memastikan bahwa stunting mengganggu perkembangan otak. Dia mengatakan dampak dari kekurangan gizi secara kronis ini akan membuat anak tidak menjadi cerdas. "Otaknya juga ikut kerdil. Perkembangan otak terganggu. IQ juga terganggu sehingga anak ini tidak akan menjadi anak cerdas. Ini tentu merugikan," ujarnya.

Nila mengatakan, berdasarkan riset kesehatan pada 2013 diketahui ada 37,2% atau 8-9 juta anak mengalami stunting. Arsipnya, dari 10 anak 4 di antaranya menderita stunting. "Ini sangat merugikan dan kita mau (dapat) bonus demografi. Karena itu, stunting perlu jadi perhatian. Karena anak yang stunting nantinya akan melahirkan anak stunting lagi. Which is satu lingkaran yang akan terjadi di sini," katanya.

Lebih lanjut Nila mengakui bahwa memang masih dibutuhkan intervensi secara masif baik dalam hal gaya hidup ataupun pola makan. Dia mengatakan hal ini tidak bisa hanya intervensi dari kesehatan, tapi juga hal lain.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7147 seconds (0.1#10.140)