Momen Seru Siti Atikoh Main Angklung Sambil Joget Bersama Ribuan Warga Lampung
loading...
A
A
A
LAMPUNG - Ada keseruan saat Siti Atikoh Supriyanti berkunjung ke Lapangan Merdeka Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah. Istri capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo itu berbaur dengan ribuan warga yang hadir untuk memainkan angklung bersama.
Diketahui, Lapangan Merdeka Kota Gajah menjadi tempat dilaksanakannya Pagelaran Budaya dan Pemeran UMKM. Atikoh hadir di sana dalam rangkaian kegiatan safari politik ke Lampung-Palembang yang dimulai sejak kemarin.
Di momen tersebut, seorang dirigen berdiri di atas panggung sebelum angklung digerakkan. Atikoh tampak memperhatikan gerakan dirigen sebelum membunyikan angklung bernomor tiga.
Kemudian, panitia memutar lagu “Rungkad”. Atikoh sesekali menggoyangkan angklung sembari memperhatikan perintah dirigen agar nada yang keluar berirama dengan musik.
Beberapa warga kemudian berjoget ketimbang menggoyangkan angklung. Hal itu yang memicu Atikoh juga ikut berjoget ketika musik hendak berakhir.
Ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu banyak terlihat tersenyum saat berjoget dengan didampingi beberapa ibu yang awalnya memegang angklung. Setelah lagu berakhir, Atikoh diminta panitia acara untuk naik ke panggung utama untuk menerima cenderamata angklung yang sudah dibingkai.
Seusai menerima cenderamata, Atikoh kemudian diminta panitia acara untuk bernyanyi dengan diiringi gitar. Atikoh mengatakan angklung menjadi alat musik yang berfilosofi tinggi karena baru berirama saat dimainkan bersama. Artinya, angklung mengajarkan rakyat arti kebersamaan dengan mengedepankan toleransi agar tercipta kesempurnaan.
"Jadi kalau kita lihat filosofi angklung sendiri luar biasa sekali. Bagaimana kita, kalau bunyinya cuma satu not itu enggak akan muncul keindahan, tetapi dengan imperfection itu bisa menciptakan perfection dengan kita bersatu menjadi satu, bisa memahami perbedaan, toleransi, itulah kebinekaan," kata Atikoh.
Dia merasa bersyukur 1.000 orang kompak menggerakkan angklung agar tercipta harmoni. "Ini juga luar biasa tadi kami juga main angklung sama-sama, hampir 1.000 orang yang mana mayoritas baru pertama kali main angklung, tetapi ternyata tercipta harmoni," kata dia.
Diketahui, Lapangan Merdeka Kota Gajah menjadi tempat dilaksanakannya Pagelaran Budaya dan Pemeran UMKM. Atikoh hadir di sana dalam rangkaian kegiatan safari politik ke Lampung-Palembang yang dimulai sejak kemarin.
Di momen tersebut, seorang dirigen berdiri di atas panggung sebelum angklung digerakkan. Atikoh tampak memperhatikan gerakan dirigen sebelum membunyikan angklung bernomor tiga.
Kemudian, panitia memutar lagu “Rungkad”. Atikoh sesekali menggoyangkan angklung sembari memperhatikan perintah dirigen agar nada yang keluar berirama dengan musik.
Beberapa warga kemudian berjoget ketimbang menggoyangkan angklung. Hal itu yang memicu Atikoh juga ikut berjoget ketika musik hendak berakhir.
Ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu banyak terlihat tersenyum saat berjoget dengan didampingi beberapa ibu yang awalnya memegang angklung. Setelah lagu berakhir, Atikoh diminta panitia acara untuk naik ke panggung utama untuk menerima cenderamata angklung yang sudah dibingkai.
Seusai menerima cenderamata, Atikoh kemudian diminta panitia acara untuk bernyanyi dengan diiringi gitar. Atikoh mengatakan angklung menjadi alat musik yang berfilosofi tinggi karena baru berirama saat dimainkan bersama. Artinya, angklung mengajarkan rakyat arti kebersamaan dengan mengedepankan toleransi agar tercipta kesempurnaan.
"Jadi kalau kita lihat filosofi angklung sendiri luar biasa sekali. Bagaimana kita, kalau bunyinya cuma satu not itu enggak akan muncul keindahan, tetapi dengan imperfection itu bisa menciptakan perfection dengan kita bersatu menjadi satu, bisa memahami perbedaan, toleransi, itulah kebinekaan," kata Atikoh.
Dia merasa bersyukur 1.000 orang kompak menggerakkan angklung agar tercipta harmoni. "Ini juga luar biasa tadi kami juga main angklung sama-sama, hampir 1.000 orang yang mana mayoritas baru pertama kali main angklung, tetapi ternyata tercipta harmoni," kata dia.
(cip)