Ganjar-Mahfud Usung Program Semua Pasti Kerja, dari Anak Muda hingga Lansia

Kamis, 04 Januari 2024 - 08:48 WIB
loading...
Ganjar-Mahfud Usung...
Pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD menjamin adanya perluasan lapangan kerja jika terpilih di Pilpres 2024. FOTO/DOK.MPI
A A A
JAKARTA - Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD menjamin adanya perluasan lapangan kerja. Daya serap industri terhadap tenaga kerja akan ditingkatkan, sehingga semua lulusan pasti mendapat pekerjaan.

Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyebutkan, jumlah penduduk usia kerja saat ini sebanyak 211,59 juta orang. Dari jumlah tersebut, yang sedang bekerja sebanyak 138,63 juta orang, bersekolah 16,78 juta orang, mengurus rumah tangga sebanyak 40,11 juta orang. Sementara yang menganggur ada 7,98 juta orang dan lainnya 8,06 juta.

Wakil Deputi II Generasi Y dan Z Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Achyar Al Rasyid mengatakan, dengan komposisi seperti itu, maka penyediaan lapangan kerja menjadi suatu yang sangat dibutuhkan.



"Perluasan 17 juta lapangan kerja baru yang digagas paslon nomor 3 Ganjar-Mahfud merupakan keharusan. Ini akan dirancang melalui sebuah peta jalan yang terukur dan jelas, baik dan secara regulasi maupun cara-cara inovatif yang tidak biasa untuk membuka investasi perekonomian dan melakukan pemerataan pertumbuhan ekonomi," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (3/1/2023).

Achyar menjelaskan lewat Program Semua Pasti Kerja, Ganjar-Mahfud akan mempersiapkan tenaga kerja lewat berbagai kegiatan pembekalan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas di bidang yang tepat. Anak-anak muda dan calon pekerja pekerja disiapkan agar memenuhi kualifikasi bekerja di industri nasional dan global, ataupun berwirausaha.

Menurutnya, pembukaan 17 Juta lapangan pekerjaan baru di Indonesia bukanlah suatu yang mustahil. Apalagi Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Sambil terus diperbaiki iklim investasi sehingga tercipta ekosistem yang ramah investasi. Kemudian hilirisasi industri yang selama ini lebih banyak di sektor sumber daya alam akan diperluas di berbagai sektor.



"Maka dari itu tugas pemerintah di bawah Ganjar dan Mahfud MD akan melakukan langkah afirmasi. Hal pertama adalah lapangan pekerjaan yang dibuka harus lebih banyak untuk masyarakat Indonesia dan lokal di daerah itu. Lalu, proses bisnis penunjang yang dihasilkan dari berjalannya hilirisasi industri tersebut perlu dipastikan oleh pemerintah diisi oleh anak-anak muda kreatif di wilayah sekitar," kata Achyar.

Memanfaatkan potensi lain yang dapat diwujudkan untuk bisa memperbaiki lingkungan sekitar akibat dampak dari hilirisasi industri merupakan cara lain untuk menyerap tenaga kerja. Pemerintah perlu melibatkan anak-anak muda di wilayah lokal sebagai problem solver-nya, sehingga bertambah lagi potensi pekerjaan yang bisa dihasilkan.

Ada juga beberapa langkah konkret lainnya, seperti pembukaan SMK Gratis di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan industri, baik yang sudah ada maupun yang akan menamkan investasi. "Dapat dipastikan siswa-siswa SMK bisa terampil dan mendapat kerja sebelum lulus," katanya.

Kemudian, Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada di seluruh Indonesia akan diubah cara pengelolaannya menjadi pelatihan minat, bakat, dan potensi yang banyak dibutuhkan oleh pasar kerja termasuk mengkombinasikan dengan terampil secara digital.

"Sebut saja pelatihan menjahit saat ini jika tanpa diimbangi dengan mahirnya para penjahit dalam mempelajari bagaimana membentuk jahitan-jahitan model-model pakaian kekinian melalui internet, maka kita akan tertinggal," ujarnya.

Lansia Juga Bisa Kerja

Tak hanya generasi muda, orang lanjut usia (lansia) juga mendapat perhatian Ganjar-Mahfud. Dengan Program Lansia Pasti Kerja, Ganjar-Mahfud ingin menciptakan kondisi yang mendukung lansia agar tetap bahagia dan mendapatkan kehidupan yang layak di masa senja.

Data Badan Pusat Stastistik (BPS) 2022 menunjukkan, sebanyak 41,11% lansia berada di rumah tangga dengan distribusi pengeluaran 40% terbawah. Itu berarti lebih dari empat dari sepuluh lansia berada dalam kondisi ekonomi yang rentan. Di sisi lain, lansia yang tinggal dalam rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 20% teratas mencapai 21,71% atau sekitar 2 dari 10 lansia.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian BPS membagi status ekonomi rumah tangga lansia ke dalam tiga kelompok yaitu 40% terbawah, 40% menengah, dan 20% teratas.

Data itu menujukkan, tidak ada perbedaan signifikan dalam pola status ekonomi lansia antara perkotaan dan perdesaan. Meskipun persentase tertinggi adalah lansia yang tinggal di rumah tangga pada distribusi pengeluaran 40% terbawah, status ekonomi lansia di perkotaan sedikit lebih merata dibandingkan dengan lansia di perdesaan.

Data itu juga menunjukkan dengan jelas ketika melihat distribusi lansia di perkotaan dan perdesaan pada kelompok ekonomi. Lansia di perkotaan lebih terdistribusi pada kelompok ekonomi tinggi, dengan persentase lansia pada kelompok pengeluaran 20% teratas mencapai 23,56%.

Saat ini, lansia dihadapkan pada beberapa tuntutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang semakin meningkat, termasuk makanan bergizi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan perawatan bagi mereka yang menderita penyakit.

Dalam konteks ini, program workfare dan tunjangan yang diusung oleh Ganjar-Mahfud menjadi sangat relevan. Dengan memberikan pilihan pekerjaan ringan dan sederhana, program ini tidak hanya memberikan peluang bagi lansia untuk tetap produktif tetapi juga membantu memastikan ketersediaan pendapatan yang cukup.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1735 seconds (0.1#10.140)