Perusahaan Tambang Kini Lebih Menghargai Bumi dan Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beragamkegiatan usaha kini berfokus untuk memberikan komitmen terhadap masalah sosial dan lingkungan. Alasannya, harmonisasi aspek sosial, lingkungan dan tata kelola menjadi modal besar untuk usaha yang berkelanjutan.
baca juga: Upaya Perusahaan Tambang Dukung Pemerintah Wujudkan Indonesia Emas
Kegiatan usaha berkelanjutan kini diadopsi oleh banyak sektor terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam. “Sudah menjadi tren dunia bahwa masalah lingkungan dan sosial menjadi perhatian serius dalam kegiatan usaha,” ujar Pakar Lingkungan Alexander Sonny Keraf kepada SINDOnews.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup itu memberikan contoh, di industri pertambangan , perusahaan-perusahaan tambang agresif melakukan transformasi dan inovasi untuk menghadirkan pertambangan berkelanjutan. Tujuannya, tak sekadar menghasilkan profit bagi perusahaan, tetapi juga menghadirkan benefit atau manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi tambang.
Sonny mengungkapkan, dengan konsep green mining, sektor tambang kini semakin memperhatikan masalah lingkungan dan sosial. “Artinya, tidak hanya semata ekologi, tetapi juga dampak sosial,” sebutnya.
Sonny melanjutkan, dulu industri pertambangan memiliki stigma sebagai perusak lingkungan. Tambang selalu identik dengan isu deforestasi, disebut juga sebagai sektor perusak hutan. Namun, stigma itu kini dijawab dengan menghadirkan konsep good mining practise, salah satunya melalui reforestasi. Sehingga kegiatan usaha tak semata profit oriented, namun juga memperhatikan aspek keberlanjutan. “Sekarang, faktor ekonomi, sosial, lingkungan berkembang bersama,” tegasnya.
Sonny menilai, sektor pertambangan tak sekadar mengejar profit, tetapi juga menghadirkan benefit. Hal ini terlihat dari terciptanya ekonomi sirkular di area pertambangan yang dikelola. “Ada benefit ekonomi dalam arti profit agar usaha yang dilakukan bisa berkelanjutan. Kemudian benefit lingkungan, di mana perusahaan memperhatikan kondisi lingkungan, dan ketiga benefit sosial yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” paparnya.
Sejumlah korporasi besar kini menaruh perhatian serius terhadap masalah sosial dan lingkungan untuk tercapainya sustainability atau keberlanjutan dalam menjalankan usahanya. PT Vale misalnya, sebagai badan usaha dengan status Tbk memberikan perhatian besar dalam dua aspek itu.
Dalam laporan berkelanjutan yang dipublikasikan setiap tahun, perusahaan yang memiliki konsesi seluas 118.017 hektare di tiga provinsi itu menekankan pentingnya aspek lingkungan dan sosial dalam menjalankan kegiatan pertambangan. Tiga provinsi yang menjadi wilayah operasinya yakni Sulawesi Tengah (Bahodopi), Sulawesi Selatan (Sorowako), dan Sulawesi Tenggara (Pomalaa dan Sua-sua).
“Kami melakukan penyelarasan sekaligus kemitraan dalam mendukung program pemerintah daerah yang memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan non-tambang berbasis potensi lokal seperti industri agrobisnis, pariwisata serta ekonomi kreatif,” ujar Presdir & CEO PT Vale Indonesia, Tbk Febriany Eddy.
baca juga: Upaya Perusahaan Tambang Dukung Pemerintah Wujudkan Indonesia Emas
Kegiatan usaha berkelanjutan kini diadopsi oleh banyak sektor terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam. “Sudah menjadi tren dunia bahwa masalah lingkungan dan sosial menjadi perhatian serius dalam kegiatan usaha,” ujar Pakar Lingkungan Alexander Sonny Keraf kepada SINDOnews.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup itu memberikan contoh, di industri pertambangan , perusahaan-perusahaan tambang agresif melakukan transformasi dan inovasi untuk menghadirkan pertambangan berkelanjutan. Tujuannya, tak sekadar menghasilkan profit bagi perusahaan, tetapi juga menghadirkan benefit atau manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi tambang.
Sonny mengungkapkan, dengan konsep green mining, sektor tambang kini semakin memperhatikan masalah lingkungan dan sosial. “Artinya, tidak hanya semata ekologi, tetapi juga dampak sosial,” sebutnya.
Sonny melanjutkan, dulu industri pertambangan memiliki stigma sebagai perusak lingkungan. Tambang selalu identik dengan isu deforestasi, disebut juga sebagai sektor perusak hutan. Namun, stigma itu kini dijawab dengan menghadirkan konsep good mining practise, salah satunya melalui reforestasi. Sehingga kegiatan usaha tak semata profit oriented, namun juga memperhatikan aspek keberlanjutan. “Sekarang, faktor ekonomi, sosial, lingkungan berkembang bersama,” tegasnya.
Sonny menilai, sektor pertambangan tak sekadar mengejar profit, tetapi juga menghadirkan benefit. Hal ini terlihat dari terciptanya ekonomi sirkular di area pertambangan yang dikelola. “Ada benefit ekonomi dalam arti profit agar usaha yang dilakukan bisa berkelanjutan. Kemudian benefit lingkungan, di mana perusahaan memperhatikan kondisi lingkungan, dan ketiga benefit sosial yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” paparnya.
Sejumlah korporasi besar kini menaruh perhatian serius terhadap masalah sosial dan lingkungan untuk tercapainya sustainability atau keberlanjutan dalam menjalankan usahanya. PT Vale misalnya, sebagai badan usaha dengan status Tbk memberikan perhatian besar dalam dua aspek itu.
Dalam laporan berkelanjutan yang dipublikasikan setiap tahun, perusahaan yang memiliki konsesi seluas 118.017 hektare di tiga provinsi itu menekankan pentingnya aspek lingkungan dan sosial dalam menjalankan kegiatan pertambangan. Tiga provinsi yang menjadi wilayah operasinya yakni Sulawesi Tengah (Bahodopi), Sulawesi Selatan (Sorowako), dan Sulawesi Tenggara (Pomalaa dan Sua-sua).
“Kami melakukan penyelarasan sekaligus kemitraan dalam mendukung program pemerintah daerah yang memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan non-tambang berbasis potensi lokal seperti industri agrobisnis, pariwisata serta ekonomi kreatif,” ujar Presdir & CEO PT Vale Indonesia, Tbk Febriany Eddy.