Refleksi Akhir Tahun, KLHK Ungkap Sejumlah Pencapaian Pengendalian Lingkungan
loading...
A
A
A
BOGOR - Pengendalian kerusakan lingkungan menjadi fokus utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal ini dijabarkan dalam refleksi kinerja 2023 di Auditorium Dr Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (/12/2023).
Hadir dalam kegiatan tersebut 13 Pejabat Tinggi Madya unit kerja operasional KLHK. Mereka memberikan keterangan kepada publik terkait capaian pekerjaan prioritas masing-masing unit kerja di tahun 2023.
Dalam arahannya Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan, KLHK dan perbaikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup pada angka 72.54 dengan yang menonjol Indeks Kualitas Udara (IKU) 88,87. Pembelajaran isu kualitas udara yang lalu membuat kinerja jauh lebih bagus.
"Terdapat yang agak berat yaitu Indeks Kualitas Air (IKA), kita sedang upayakan salah satunya adalah perluasan monitoring dan sudah kami laporkan kepada Bapak Presiden dan beliau mendukung perbaikan langkah yang akan kita laksanakan," kata Menteri Siti dalam keterangannya, Jumat (29/12/2023).
Menteri LHK juga mendukung langkah-langkah untuk penilaian indikator kinerja dunia usaha yang telah mengintegrasikan penilaian inovasi sosial, eco-inovasi, dan telah memasukan penilaian green leadership yang sebelumnya telah kita mulai dengan penilaian kepada pemerintah daerah dan DPRD.
"Hal ini baik, karena berarti kita semua mulai melakukan internalisasi pada setiap entitas," papar Siti.
Sementara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro menyampaikan, refleksi akhir tahun mulai dari persoalan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), infrastruktur pemantauan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan, pemulihan kerusakan lingkungan, hingga Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper).
"Refleksi akhir tahun ini merupakan bukti bahwa selama setahun, Dirjen PPKL telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup secara kontinyu," ucapnya.
Untuk IKLH, Sigit mengungkapkan, nilai IKLH tahun 2023 meningkat 0,12 poin dan mencapai target nasional. Indeks Kualitas Udara (IKU) juga meningkat 0,61 poin dan mencapai target nasional.
"Indeks Kuatitas Air (IKA) meningkat 0,71 poin, tetapi belum mencapai target nasional. Begitu juga Indeks kualitas lahan meningkat 1,07 poin tetapi belum mencapai target nasional," ujarnya.
Mengenai Infrastruktur Pemantauan Kualitas Lingkungan, Sigit Reliantoro memaparkan, sejumlah sistem yang selama ini dipergunakan Ditjen PPKL yakni jumlah stasiun Onlimo sejak tahun 2015-2023 sebanyak 194 unit dan jumlah stasiun yang terintegrasi sebanyak 154 unit.
"Stasiun Onlimo berada pada 101 DAS di 33 provinsi dan 225 kabupaten kota. Dari sisi jumlatah Stasiun Onlimo tahun 2023 sebanyak 121 unit yang berada pada 25 provinsi," ungkapnya.
Kemudian kata Sigit, ada juga Sparing yaitu sistem pemantauan secara otomatis, terus menerus, dan dalam jaringan yang dipergunakan untuk memantau, mencatat, dan melaporkan kegiatan pengukuran kadar suatu parameter dan/atau debit pembuangan air limbah ke media air.
Sampai tahun 2023, jumlah industri yang telah terkoneksi sebanyak 370 industri dari total 486 industri wajib Sparing atau sekitar 76,13 persen.
Kemudian Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinu (Sispek) yakni suatu sistem yang menerima dan mengelota data pemantauan emisi cerobong industri yang dilakukan dengan pengukuran secara terus menerus atau Continuous Emissions Monitoring System (Cems). Jumlah industri yang telah mengintegrasikan sebanyak 122 industri dan 310 cerobong.
"Selain itu, Melalui AQMS dilakukan sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien secara otomatis kontinyu 24 jam dengan data real time. Sejak tahun 2015-2023, telah dibangun 68 unit Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA)," tuturnya.
"Data tahun 2023 menunjukkan Kota Kupang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Manokwari memiliki jumlah hari baik terbanyak dan sebanyak 23 lokasi menunjukkan konsentrasi Parameter PM 2.5 memenuhi baku mutu," tutupnya.
Hadir dalam kegiatan tersebut 13 Pejabat Tinggi Madya unit kerja operasional KLHK. Mereka memberikan keterangan kepada publik terkait capaian pekerjaan prioritas masing-masing unit kerja di tahun 2023.
Dalam arahannya Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan, KLHK dan perbaikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup pada angka 72.54 dengan yang menonjol Indeks Kualitas Udara (IKU) 88,87. Pembelajaran isu kualitas udara yang lalu membuat kinerja jauh lebih bagus.
"Terdapat yang agak berat yaitu Indeks Kualitas Air (IKA), kita sedang upayakan salah satunya adalah perluasan monitoring dan sudah kami laporkan kepada Bapak Presiden dan beliau mendukung perbaikan langkah yang akan kita laksanakan," kata Menteri Siti dalam keterangannya, Jumat (29/12/2023).
Menteri LHK juga mendukung langkah-langkah untuk penilaian indikator kinerja dunia usaha yang telah mengintegrasikan penilaian inovasi sosial, eco-inovasi, dan telah memasukan penilaian green leadership yang sebelumnya telah kita mulai dengan penilaian kepada pemerintah daerah dan DPRD.
"Hal ini baik, karena berarti kita semua mulai melakukan internalisasi pada setiap entitas," papar Siti.
Sementara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro menyampaikan, refleksi akhir tahun mulai dari persoalan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), infrastruktur pemantauan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan, pemulihan kerusakan lingkungan, hingga Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper).
"Refleksi akhir tahun ini merupakan bukti bahwa selama setahun, Dirjen PPKL telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup secara kontinyu," ucapnya.
Untuk IKLH, Sigit mengungkapkan, nilai IKLH tahun 2023 meningkat 0,12 poin dan mencapai target nasional. Indeks Kualitas Udara (IKU) juga meningkat 0,61 poin dan mencapai target nasional.
"Indeks Kuatitas Air (IKA) meningkat 0,71 poin, tetapi belum mencapai target nasional. Begitu juga Indeks kualitas lahan meningkat 1,07 poin tetapi belum mencapai target nasional," ujarnya.
Mengenai Infrastruktur Pemantauan Kualitas Lingkungan, Sigit Reliantoro memaparkan, sejumlah sistem yang selama ini dipergunakan Ditjen PPKL yakni jumlah stasiun Onlimo sejak tahun 2015-2023 sebanyak 194 unit dan jumlah stasiun yang terintegrasi sebanyak 154 unit.
"Stasiun Onlimo berada pada 101 DAS di 33 provinsi dan 225 kabupaten kota. Dari sisi jumlatah Stasiun Onlimo tahun 2023 sebanyak 121 unit yang berada pada 25 provinsi," ungkapnya.
Kemudian kata Sigit, ada juga Sparing yaitu sistem pemantauan secara otomatis, terus menerus, dan dalam jaringan yang dipergunakan untuk memantau, mencatat, dan melaporkan kegiatan pengukuran kadar suatu parameter dan/atau debit pembuangan air limbah ke media air.
Sampai tahun 2023, jumlah industri yang telah terkoneksi sebanyak 370 industri dari total 486 industri wajib Sparing atau sekitar 76,13 persen.
Kemudian Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinu (Sispek) yakni suatu sistem yang menerima dan mengelota data pemantauan emisi cerobong industri yang dilakukan dengan pengukuran secara terus menerus atau Continuous Emissions Monitoring System (Cems). Jumlah industri yang telah mengintegrasikan sebanyak 122 industri dan 310 cerobong.
"Selain itu, Melalui AQMS dilakukan sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien secara otomatis kontinyu 24 jam dengan data real time. Sejak tahun 2015-2023, telah dibangun 68 unit Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA)," tuturnya.
"Data tahun 2023 menunjukkan Kota Kupang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Manokwari memiliki jumlah hari baik terbanyak dan sebanyak 23 lokasi menunjukkan konsentrasi Parameter PM 2.5 memenuhi baku mutu," tutupnya.
(abd)