Kader Ingin Kongres ke-32 HMI Segera Dituntaskan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kongres ke-32 Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) yang dilaksanakan di Pontianak, Kalimantan Barat, hingga kini belum juga tuntas. Padahal, kongres telah berlangsung pada 24–29 November 2023.
Terus molornya pelaksanaan Kongres mulai menimbulkan spekulasi. Kader HMI ingin kongres segera menghasilkan ketua umum.
"Molornya Kongres ke-32 ini tentu akan menimbulkan spekulasi, bahwa ada kepentingan-kepentingan besar yang menjadi penghambat terselesaikannya Kongres HMI," kata Demisioner Wasekjend PB HMI dan mahasiswa Pascasarjana IPB University, Oktaria Saputra, dalam keterangannya, Kamis (7/12/2023).
Oktaria mengaku awalnya menaruh harapan besar Kongres HMI ini berlangsung dengan khidmat, dan dipenuhi dengan gagasan-gagasan yang esensial. Tapi semenjak agenda akbar HMI ini dibuka oleh Presiden Jokowi pada 24 November 2023, Oktaria melihat forum sudah berjalan tidak semestinya.
"Ini menimbulkan tanda tanya, apa sebenarnya yang terjadi selama Kongres berlangsung? Dimana arti kata yang disematkan bahwa HMI adalah gudangnya gagasan? Rumahnya para intelektual? Saya mengamati, Kongres HMI yang ke-32 di Pontianak berjalan tanpa nilai. Tercermin dari gejolak-gejolak tak penting yang selalu terjadi, berulang-ulang kali," tandasnya.
Ia mencontohkan terjadinya kekacauan (chaos) yang malah dianggap bagian daripada dinamika. "Menurut saya itu hanya alibi semata. Okelah kalau ada chaos, tapi intensitasnya jangan terus-terusan. Baiklah kalau chaos terjadi, tapi harus didominasi oleh diskusi intelektual di forum sehingga mampu memberikan kepuasan tersendiri sekali pun terjadi dinamika forum," tandasnya.
"Persoalan kedua yang muncul, forum Kongres terlalu molor, berlarut-larut dalam ketidakpastian. Forum yang diagendakan ditutup tanggal 30 November, sampai pada hari ini belum ada kejelasan kapan akan selesai," lanjutnya.
Ia juga menilai terlalu banyak penundaan karena alasan-alasan yang tak masuk akal. Hal itu beriringan dengan sering terjadinya konfrontasi di forum. "Kita juga bisa melihat, forum sudah tak lagi sehat. Sebab satu per satu delegasi cabang mulai meninggalkan Pontianak untuk kembali ke daerahnya masing-masing," katanya.
Di tengah situasi yang tidak pasti mengenai Kongres ini, MW KAHMI Kalimantan Barat sebenarnya sudah beberapa kali mengeluarkan imbauan berupa poin-poin tentang Kongres. Ada kekhawatiran dan kecemasan yang tertuang di dalamnya.
Intinya, kata dia, KAHMI Kalbar menghendaki Kongres segera dituntaskan dalam situasi yang kondusif. "Saya pikir, harapan kader HMI seluruh Indonesia sudah terwakilkan oleh suara MW KAHMI Kalbar," tandasnya.
Menurut dia, elemen yang bertanggung jawab atas molornya pelaksanaan Kongres adalah Steering Cammittee, Demisioner Ketua Umum, dan juga para kandidat. Ia pun berharap persoalan yang terjadi di dalam Kongres bisa diselesaikan.
"Sekiranya Kongres dapat terselesaikan dalam waktu dekat. Kader HMI seluruh Indonesia sudah menanti-nanti, siapakah Ketua Umum PB HMI periode mendatang," katanya.
Terus molornya pelaksanaan Kongres mulai menimbulkan spekulasi. Kader HMI ingin kongres segera menghasilkan ketua umum.
"Molornya Kongres ke-32 ini tentu akan menimbulkan spekulasi, bahwa ada kepentingan-kepentingan besar yang menjadi penghambat terselesaikannya Kongres HMI," kata Demisioner Wasekjend PB HMI dan mahasiswa Pascasarjana IPB University, Oktaria Saputra, dalam keterangannya, Kamis (7/12/2023).
Oktaria mengaku awalnya menaruh harapan besar Kongres HMI ini berlangsung dengan khidmat, dan dipenuhi dengan gagasan-gagasan yang esensial. Tapi semenjak agenda akbar HMI ini dibuka oleh Presiden Jokowi pada 24 November 2023, Oktaria melihat forum sudah berjalan tidak semestinya.
"Ini menimbulkan tanda tanya, apa sebenarnya yang terjadi selama Kongres berlangsung? Dimana arti kata yang disematkan bahwa HMI adalah gudangnya gagasan? Rumahnya para intelektual? Saya mengamati, Kongres HMI yang ke-32 di Pontianak berjalan tanpa nilai. Tercermin dari gejolak-gejolak tak penting yang selalu terjadi, berulang-ulang kali," tandasnya.
Ia mencontohkan terjadinya kekacauan (chaos) yang malah dianggap bagian daripada dinamika. "Menurut saya itu hanya alibi semata. Okelah kalau ada chaos, tapi intensitasnya jangan terus-terusan. Baiklah kalau chaos terjadi, tapi harus didominasi oleh diskusi intelektual di forum sehingga mampu memberikan kepuasan tersendiri sekali pun terjadi dinamika forum," tandasnya.
"Persoalan kedua yang muncul, forum Kongres terlalu molor, berlarut-larut dalam ketidakpastian. Forum yang diagendakan ditutup tanggal 30 November, sampai pada hari ini belum ada kejelasan kapan akan selesai," lanjutnya.
Ia juga menilai terlalu banyak penundaan karena alasan-alasan yang tak masuk akal. Hal itu beriringan dengan sering terjadinya konfrontasi di forum. "Kita juga bisa melihat, forum sudah tak lagi sehat. Sebab satu per satu delegasi cabang mulai meninggalkan Pontianak untuk kembali ke daerahnya masing-masing," katanya.
Di tengah situasi yang tidak pasti mengenai Kongres ini, MW KAHMI Kalimantan Barat sebenarnya sudah beberapa kali mengeluarkan imbauan berupa poin-poin tentang Kongres. Ada kekhawatiran dan kecemasan yang tertuang di dalamnya.
Intinya, kata dia, KAHMI Kalbar menghendaki Kongres segera dituntaskan dalam situasi yang kondusif. "Saya pikir, harapan kader HMI seluruh Indonesia sudah terwakilkan oleh suara MW KAHMI Kalbar," tandasnya.
Menurut dia, elemen yang bertanggung jawab atas molornya pelaksanaan Kongres adalah Steering Cammittee, Demisioner Ketua Umum, dan juga para kandidat. Ia pun berharap persoalan yang terjadi di dalam Kongres bisa diselesaikan.
"Sekiranya Kongres dapat terselesaikan dalam waktu dekat. Kader HMI seluruh Indonesia sudah menanti-nanti, siapakah Ketua Umum PB HMI periode mendatang," katanya.
(abd)