Aksi Heroik Marinir Kalahkan Pasukan Inggris di Kalimantan dalam Pertempuran Kelabakan

Rabu, 29 November 2023 - 06:02 WIB
loading...
Aksi Heroik Marinir Kalahkan Pasukan Inggris di Kalimantan dalam Pertempuran Kelabakan
Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang kini bernama Korps Marinir merupakan pasukan elite milik TNI AL. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang kini bernama Korps Marinir merupakan pasukan elite milik TNI AL. Tidak ada palagan pertempuran dalam perjalanan bangsa ini yang dilewatinya.

Sepak terjangnya di setiap medan operasi kerap kali menorehkan tinta emas. Salah satunya dalam Operasi Dwikora saat konfrontasi dengan Malaysia yang dilindungi Inggris. Dalam operasi tersebut, prajurit-prajurit petarung KKO berhasil mengalahkan tentara pemenang Perang Dunia (PD) II yakni, Inggris di pedalaman belantara hutan Kalimantan.

Konfrontasi dengan Malaysia berawal ketika Presiden Soekarno mengumumkan Operasi Dwikora. Operasi itu sebagai bentuk penentangan terhadap pembentukan Federasi Malaysia yang terdiri atas Sabah, Brunnei dan Sarawak.



Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru. Soekarno kemudian mengirimkan angkatan bersenjatanya ke Kalimantan. Termasuk pasukan khusus dari Kopassus, Kopasgat maupun KKO AL guna menggagalkan upaya pembentukan Federasi Malaysia.

Dikutip dari buku berjudul “60th Pengabdian Korps Marinir” diceritakan bagaimana aksi-aksi heroik prajurit KKO AL saat mengemban tugas operasi merebut Sabah pada Desember 1963.



”Operasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan data-data intelijen serta menghancurkan pos-pos musuh di sasaran yang telah ditentukan,” tulis buku tersebut dikutip SINDOnews Rabu (28/11/2023).

Aksi Heroik Marinir Kalahkan Pasukan Inggris di Kalimantan dalam Pertempuran Kelabakan

Prajurit KKO AL melakukan persiapan dalam Operasi Dwikora. Foto/Pen Marinir

Para prajurit Korps Baret Ungu ini kemudian menyamar sebagai Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) Detasemen Sabah. Dilengkapi dengan senjata SOR, granat, dan bagi Sukwan menggunakan LE Madsen, mereka mulai masuk ke daerah sasaran.

Sementara itu, pihak musuh Inggris di samping menggunakan sistem pertahanan inkonvensional juga melakukan pembersihan perkampungan dengan mengungsikan penghuninya ke daerah tertentu. Mereka bahkan telah mempersiapkan dan membangun pertahanan dengan sangat kuat.

Meski demikian, hal itu tidak membuat gentar KKO AL. Peleton N.1 di bawah Serda KKO Rebani berhasil masuk daerah musuh hingga baku tembak dengan musuh tidak dapat terelakkan. Dalam pertempuran tersebut, peleton KKO AL berhasil memukul mundur lawan. Selanjutnya, pasukan ini melanjutkan gerakan ke sasaran yang telah ditentukan yaitu Lahat Datu.

Sayangnya, dalam perjalanan pasukan ini kehabisan bahan makanan, sehingga terpaksa mencari makanan di Kampung Serudong yang telah ditinggalkan penghuninya untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Kelabakan.

Ketika mendekati Kampung Kelabakan pasukan KKO AL ini berhasil menangkap seorang penghuni kampung didapat informasi bahwa di Kampung Kelabakan terdapat pos musuh yang cukup kuat bahkan diperlengkapi helikopter.

Berkat infomasi yang cukup lengkap, Komandan Peleton Serda KKO Rebani memutuskan untuk melakukan serangan malam hari. Tepat pada 30 Desember 1963 pukul 21.00 diputuskan untuk melakukan serangan, dengan membagi dua pasukannya dan bersama-sama mendekati sasaran dari arah berlawanan.

Setelah melalui pertempuran sengit pos musuh dapat diduduki, beberapa senjata dapat disita yaitu 1 pucuk BAG Nato, 7 pucuk SOR, 10 stengun dan 1 pucuk pistol.

”Dalam pertempuran ini 1 pasukan KKO AL gugur bernama Prako Gabriel, sementara dari pihak musuh 8 orang tewas dan 38 orang lainnya luka-luka,” tuturnya.

Setelah pertempuran selesai dan berhasil menghancurkan musuh, pasukan gerilya KKO memutuskan untuk kembali ke pangkalan dan tidak menduduki pos musuh mengingat sulitnya mendapatkan makanan.

Namun upaya untuk kembali ke pangkalan tidak mudah, para prajurit harus mencari jalan memutar lantaran sulitnya medan karena hutan yang masih lebat dan penjagaan perbatasan yang kuat. Ditambah perbekalan prajurit yang dibawa sudah habis.

Seiring perubahan politik nasional, konfrontasi dengan Malaysia pun berakhir setelah Presiden Soeharto mengambil alih pucuk kepemimpinan nasional pascatragedi berdarah G30S/PKI.

Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara. Perjanjian perdamaian kedua negara kemudian ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dan diresmikan dua hari kemudian.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)