KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI

Minggu, 26 November 2023 - 05:00 WIB
loading...
KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI
Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tercatat pernah menjalani karier militer sebagai Panglima Kodam (Pangdam) III/Siliwangi. Foto/MPI/Aldhi Chandra
A A A
JAKARTA - Sejumlah sosok yang menduduki posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tercatat pernah menjalani karier militer sebagai Panglima Kodam (Pangdam) III/Siliwangi. Tidak mengagetkan jika para mantan Pangdam Siliwangi ini terpilih menjadi KSAD, sebab mereka memiliki rekam jejak dan sepak terjang yang mumpuni.

Dikutip dari situs resmi TNI, ada enam sosok KSAD yang pernah menduduki jabatan Pangdam Siliwangi. Bahkan, empat nama di antaranya berhasil melesat menjadi Panglima TNI.



Yang terbaru adalah Pangdam Siliwangi Periode 2021-2022 Jenderal TNI Agus Subiyanto yang baru dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Istana Negara, Jakarta, Rabu 25 Oktober 2023. Hanya dalam waktu sebulan, Agus Subiyanto kemudian mendapat promosi kilat menjadi Panglima TNI pada Rabu 22 November 2023 lalu.

KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi

1. Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution

KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI

Abdul Haris Nasution merupakan sosok pertama yang menjabat Pangdam Siliwangi. Dia merupakan salah satu jenderal bintang 5 di Indonesia. Bukan tanpa alasan, penyematan tersebut sesuai dengan jasa dan berbagai perjuangan yang turut dilakukannya untuk Indonesia.

Melihat dari riwayatnya, Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tepatnya pada 3 Desember 1918 dari pasangan HA Halim Nasution dan H Zahra Lubis.

Setelah lulus jenjang pendidikan menengah atas, Nasution diketahui sempat menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tak berselang lama, dia tertarik untuk masuk ke dunia militer.

Semua berawal sekitar tahun 1940, kala itu Nasution menjadi siswa Corps Opleiding Reserve Officien (CORO) di Bandung. Beberapa saat setelahnya, dia diangkat sebagai Cadet Vaandrig.

Pada era pendudukan Jepang, Nasution bekerja sebagai pegawai di Kota Praja Bandung. Tak lama, dia berhenti dan memilih bergabung bersama Angkatan Muda Bandung.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution menjabat sebagai penasihat di BKR Bandung.

Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat. Lalu pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.

Pada 17 Februari 1948, muncul Perpres Nomor 9 yang berisi keputusan pengangkatan Nasution menjadi Wakil Panglima Besar. Kariernya semakin cemerlang setelah pengkuan kedaulatan penuh RI pada 1949.

Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden 4 Juli 1959, Nasution ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada 1962.

Beberapa tahun berselang, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu target penculikan jenderal TNI AD yang dilakukan PKI pada 30 September 1965. Adapun peristiwa kelam tersebut dikenal sebagai G30S/PKI.

Dalam insiden tersebut, Nasution menjadi satu-satunya jenderal yang selamat. Sedangkan beberapa rekannya yang tertangkap harus kehilangan nyawanya. Dia berhasil lolos meskipun kakinya sempat tertembak.

Selama pengabdiannya, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution cukup banyak memberikan sumbangsih. Selain pemikiran brilian mengenai konsep perang gerilya dan dwifungsi, beberapa strateginya terbukti menghasilkan keberhasilan operasi militer yang dilakukan TNI.

Di akhir hayatnya, AH Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 dalam usia 81 tahun. Jenderal bintang lima ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.

2. Jenderal TNI Edi Sudradjat

KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI

Edi Sudrajat merupakan salah satu lulusan terbaik Akademi Militer yang pernah menjabat Pangdam Siliwangi. Pada lulusan tersebut, Edi Sudrajat berhasil terpilih sebagai lulusan terbaik angkatan dan meraih penghargaan Adhi Makayasa.

Dikutip dari perpusnas.go.id, Jenderal Edi Sudrajat lahir di Jambi pada 22 April 1938. Dia juga merupakan lulusan Akademi Militer Nasional angkatan pertama tahun 1960.

Setelah lulus, Edi Sudrajat ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri 515/Tanggul, Jember selama 2 tahun 1961-1962, dan sempat ikut dalam Operasi Trikora.

Kemudian Edi ditugaskan dalam operasi keamanan terhadap Republik Maluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka, dan Gerakan 30 September pada tahun 1960-an. Pada 1980, ketika Edi Sudrajat berpangkat Brigadir Jenderal, dia menjabat sebagai Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad.

Setahun kemudian Panglima Kodam II/Bukit Barisan di Medan dijabatnya setelah pangkatnya naik menjadi jenderal bintang dua atau Mayor Jenderal hingga tahun 1983. Kemudian dia dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Pangdam Kodam III/Siliwangi di Bandung pada tahun 1983-1985.

Pada tahun 1985 sampai 1986, Edi diangkat menjadi Asisten Operasi Kasum ABRI. Setelah pangkatnya menjadi Letnan Jenderal, dia dipercaya untuk jabatan Wakil Kepala Staf TNI AD dari tahun 1986 hingga 1988. Hingga akhirnya diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) hingga 1993.

Tahun tersebut sekaligus menjadi pencapaian tertinggi Edi Sudrajat. Karena pada 1993 dirinya diangkat menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk menggantikan Try Soetrisno.

Edi Sudrajat adalah perwira tinggi pertama lulusan Akademi Militer Nasional yang menjadi Panglima ABRI. Selain itu, pada tahun yang sama ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan VI era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Jenderal (Purn) Edi Sudradjat meninggal dunia sekitar pukul 13.15, Jumat 1 Desember 2006 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dia sudah lama menderita sakit dan terakhir dirawat di RSPAD sejak 19 November 2006. Sudrajat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sabtu 2 Desember pukul 10.00 WIB.

3. Jenderal TNI George Toisutta

KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI

George Toisutta merupakan Pangdam Siliwangi lainnya berkarier cemerlang karena berhasil menjadi pimpinan kesatuan Angkatan Darat. Lulusan Akademi Militer, Magelang tahun 1976 ini menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 2009 sampai 2011 menggantikan Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo.

Dalam karier militernya, George Toisutta menduduki sejumlah posisi penting. Ketika pecah bintang menjadi Brigjen, George Toisutta mengemban jabatan sebagai Kasdivif 1/Kostrad, Kasgartap 1/Kodam Jaya, dan Kasdam Jaya.

Kariernya semakin cemerlang ketika tembus bintang dua dengan mengemban amanat sebagai Pangkoops TNI di Aceh, Panglima Divisi 1/Kostrad, Pangdam XVII/Trikora, dan Pangdam III/Siliwangi.

Tak berhenti di situ, pria kelahiran Makassar 1 Juni 1953 ini kembali mendapat promosi Pangkostrad dan menyandang bintang tiga di pundaknya. Adapun posisi tersebut diembannya sejak 13 November 2007 hingga 17 Februari 2010 atau sekitar 2 tahun lebih 2 bulan.

Puncak kariernya militernya ketika diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi KSAD dan berhasil menambah satu lagi bintang di pundaknya menjadi jenderal bintang empat.

George Toisutta meninggal dunia pada hari Rabu 12 Juni 2019 saat menjalani perawatan karena sakit kanker usus di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. George Toisutta dimakamkan di TPU Dadi Kota Makassar, di samping makam ibundanya.

4. Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo

KSAD yang Pernah Duduki Jabatan Pangdam III/Siliwangi, Nomor 6 Promosi Kilat Jadi Panglima TNI

Pramono Edhie Wibowo menjabat sebagai Pangdam Siliwangi pada periode 2009-2010. Kariernya cemerlang dengan berhasil menjabat Komandan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) dan (KSAD).

Pria kelahiran Magelang 5 Mei 1955 ini merupakan anak dari sosok tokoh militer ternama di Indonesia Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Dia juga merupakan ipar dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pramono Edhie merupakan adik dari Ani Yudhoyono.

Sebagai seorang anak dari jenderal, Pramono Edhie akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Dengan latar belakang keluarga militer, membuat perjalanan karier Pramono Edhie kian bersinar.

Setelah lulus Akademi Militer pada 1978, dia ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha. Kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pramono Edhie semakin sering menjabat di posisi strategis seperti Perwira Intel Operasi grup I Kopassus, hingga wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996.

Masa setelah Reformasi, Pramono Edhie terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Di tahun yang sama juga dia menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0790 seconds (0.1#10.140)