Yenny Wahid Berikan Pendidikan Politik ke Santri di Jawa Timur

Sabtu, 25 November 2023 - 11:16 WIB
loading...
Yenny Wahid Berikan...
Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menyambangi Ponpes Alkhoziny Sidoarjo Jawa Timur, Sabtu (25/11/2023). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menyambangi Pondok Pesantren Alkhoziny Sidoarjo Jawa Timur, Sabtu (25/11/2023). Yenny Wahid memberikan pendidikan politik kepada para santri.

Para santri pun antusias dengan pendidikan politik tersebut. Ketika sedang menjelaskan, Yenny ditanya oleh santri terkait dengan keikutsertaan dalam politik praktis.

Direktur Wahid Fondation ini mengatakan, seorang santri boleh ikut berpolitik praktis. Dengan catatan sudah cukup umur sesuai dengan yang diatur dalam konstitusi.

"Apakah santri boleh berpolitik praktis? boleh, kalau sudah umurnya cukup. Karena setiap orang punya hak dalam sistem demokrasi yang kita anut. Dalam sistem demokrasi setiap orang yang sudah cukup umur menurut Undang-Undang itu maka mempunyai hak untuk memilih pemimpin. Dan pemimpin itulah yang akan membuat kebijakan untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Yenny.

Yenny yang kini menjadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menjelaskan, ulama dan umaro atau pemimpin memiliki tugas masing-masing.

"Umaro punya tugas kebijakan publik, ulama tugasnya berkewajiban mengingatkan umaro pada kebijakan publiknya agar kebijakan publiknya betul-betul mengacu pada kesejahteraan di masyarakat," ujarnya.

Yenny mengutip dalil yang berbunyi 'kebijakan seorang pemimpin itu selalu harus ada hubungan dengan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya'.



"Jadi tugasnya ulama jelas sekali mengingatkan umaro. Ulama jangan dipengaruhi umaro, ulama harus jernih untuk mengingatkan kalau ada yang keliru," jelasnya.

Yenny menegaskan bahwa ulama tidak boleh punya ego, punya ambisi sendiri dalam politik. Namun ambisinya bagaimana untuk kesejahteraan masyarakat banyak.

"Jadi dalam berpolitik siasat atau wasilat adalah alat, tujuannya menciptakan negara yang aman, adil, dan sejahtera," katanya.

Dikatakan Yenny, semua warga negara baik itu ulama atau masyarakat umum sama-sama memiliki kewajiban untuk membangun negara Indonesia, menjaga negara ini agar aman, tenteram dan tidak ada konflik.

Begitu pun dengan santri, saat ini belum boleh berpolitik praktis karena umurnya belum cukup. Namun yang paling penting adalah santri harus berprestasi. "Berprestasi itu tidak diukur dari jabatan politik aja tapi juga prestasi lainnya," katanya.

Yenny mencontohkan mengajar anak-anak upaya pintar merupakan prestasi, menjadi kiai dan bu nyai yang menuntun para santri untuk bisa mendapat ilmu yang barokah juga prestasi, menjadi dokter yang mengabdikan diri kepada masyarakat juga prestasi, menjadi pengusaha yang sukses tapi sering sedekah juga prestasi.

"Jadi boleh santri berpolitik nanti, terutama yang masih belajar. Tapi punya kewajiban untuk membangun negara kita bersama dengan yang lain," pungkasnya.

(hab)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1051 seconds (0.1#10.140)