Selangkah Lagi, Indonesia Tambah 11 Sukhoi
A
A
A
JAKARTA - Rencana pemerintah untuk memperkuat pertahanan udara dengan menambah 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 tinggal selangkah lagi. Pemerintah tinggal menandatangani perjanjian pembelian dengan pemerintah Rusia.
"Sudah, tinggal tanda tangan pada November," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu di Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Ke-11 pesawat Sukhoi SU-35 yang dipesan Indonesia dari Rusia memiliki persenjataan lengkap dengan total harga sekitar Rp16 triliun. "Senjatanya lebih dari lengkap karena dapat pengurangan diskon, jadi ada tambahannya. Semuanya itu Rp16 triliun," ungkap Ryamizard.
Pemerintah kedua negara menyepakati pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi-35 dari Rusia senilai USD1,14 miliar atau sekitar Rp15,162 triliun. Untuk pembelian 11 unit pesawat Sukhoi SU-35 ini, Indonesia menawarkan pembayaran dengan skema imbal dagang.
Nilai imbal yang telah disepakati kedua belah pihak yaitu 50% dari kontrak nilai jual 11 unit pesawat. Pembelian Sukhoi yang diatur melalui mekanisme imbal beli tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Artinya, Indonesia membeli Sukhoi dari Rusia dan Rusia sebagai negara penjual berkewajiban membeli sejumlah komoditas ekspor Indonesia. Pesawat tersebut direncanakan tiba di Indonesia pada 2019.
Namun, Ryamizard mengatakan pembelian 11 pesawat tempur tersebut masih kurang. Pasalnya, kebutuhan untuk alutsista Indonesia sekitar satu skadron atau 16 pesawat tempur. "Idealnya kita butuh satu skadron, harusnya kalau mau beli satu skadron, itu masih kurang. Satu skadron itu 16 pesawat, masih kurang 5 lagi," ujarnya.
Menko Polhukam Wiranto mengatakan, rencananya Sukhoi SU-35 tersebut akan menggantikan pesawat F-5 yang sudah tua. Menurut Wiranto, kerja sama dengan Rusia ini juga akan ada alih teknologi. Di mana kontennya dari dalam negeri dan berlangsung selama lima tahun.
"Yang kedua ada alih teknologi secara berangsur-angsur. Kontennya nanti adalah 80% dari dalam negeri. Itu berangsur-angsur selama lima tahun. Nanti peningkatannya dari 30% meningkat 10% setiap tahun," paparnya.
Selain itu, Indonesia juga bisa mendirikan pabrik sparepart untuk Sukhoi. Sehingga semakin membuat teknologi Indonesia berkembang. "Kita juga nanti akan membuat pabrik sparepart di Indonesia dalam rangka alih teknologi Sukhoi. Kita dapat satu kesempatan untuk mempelajari teknologi yang lebih maju tentang pesawat terbang," ujar Wiranto.
"Sudah, tinggal tanda tangan pada November," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu di Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Ke-11 pesawat Sukhoi SU-35 yang dipesan Indonesia dari Rusia memiliki persenjataan lengkap dengan total harga sekitar Rp16 triliun. "Senjatanya lebih dari lengkap karena dapat pengurangan diskon, jadi ada tambahannya. Semuanya itu Rp16 triliun," ungkap Ryamizard.
Pemerintah kedua negara menyepakati pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi-35 dari Rusia senilai USD1,14 miliar atau sekitar Rp15,162 triliun. Untuk pembelian 11 unit pesawat Sukhoi SU-35 ini, Indonesia menawarkan pembayaran dengan skema imbal dagang.
Nilai imbal yang telah disepakati kedua belah pihak yaitu 50% dari kontrak nilai jual 11 unit pesawat. Pembelian Sukhoi yang diatur melalui mekanisme imbal beli tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Artinya, Indonesia membeli Sukhoi dari Rusia dan Rusia sebagai negara penjual berkewajiban membeli sejumlah komoditas ekspor Indonesia. Pesawat tersebut direncanakan tiba di Indonesia pada 2019.
Namun, Ryamizard mengatakan pembelian 11 pesawat tempur tersebut masih kurang. Pasalnya, kebutuhan untuk alutsista Indonesia sekitar satu skadron atau 16 pesawat tempur. "Idealnya kita butuh satu skadron, harusnya kalau mau beli satu skadron, itu masih kurang. Satu skadron itu 16 pesawat, masih kurang 5 lagi," ujarnya.
Menko Polhukam Wiranto mengatakan, rencananya Sukhoi SU-35 tersebut akan menggantikan pesawat F-5 yang sudah tua. Menurut Wiranto, kerja sama dengan Rusia ini juga akan ada alih teknologi. Di mana kontennya dari dalam negeri dan berlangsung selama lima tahun.
"Yang kedua ada alih teknologi secara berangsur-angsur. Kontennya nanti adalah 80% dari dalam negeri. Itu berangsur-angsur selama lima tahun. Nanti peningkatannya dari 30% meningkat 10% setiap tahun," paparnya.
Selain itu, Indonesia juga bisa mendirikan pabrik sparepart untuk Sukhoi. Sehingga semakin membuat teknologi Indonesia berkembang. "Kita juga nanti akan membuat pabrik sparepart di Indonesia dalam rangka alih teknologi Sukhoi. Kita dapat satu kesempatan untuk mempelajari teknologi yang lebih maju tentang pesawat terbang," ujar Wiranto.
(amm)