Ganjar Pranowo dan Mahfud MD Dinilai Sosok Paling Menghargai Pahlawan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Adrian Tjokroaminoto yang merupakan keturunan ke-4 atau canggah dari Pahlawan Nasional HOS Tjokroaminoto menyatakan pemimpin ideal adalah mereka yang memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kepahlawanan dan sejarah Indonesia.
Menurut dia, penting bagi masyarakat untuk dapat mengenali karakter pemimpin yang tulus dalam membela kepentingan rakyat.
“Kita harus cermat melihat calon pemimpin. Menurut saya, karakter dan sifat pemimpin harus murni membela kepentingan rakyat,” ujar Adrian dalam momentum Peringatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023).
Dia menekankan penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah sebagai dasar kebangsaan bagi calon pemimpin Indonesia.
Dia mengutip kata-kata Bung Karno, sang proklamator dan Presiden pertama RI yang menyatakan Indonesia tidak boleh melupakan sejarah atau "Jas Merah".
"Tidak boleh kita meninggalkan sejarah, karena memegang teguh pada sejarah adalah fondasi untuk melanjutkan eksistensi suatu bangsa. Melalui pemahaman sejarah, para pemimpin akan memiliki pandangan yang jelas terkait arah tujuan memajukan bangsa," katanya.
Alasan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yakni kepribadian dan karakter mereka dengan tegas memegang nilai-nilai sejarah perjuangan Indonesia, termasuk penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan nasional.
"Diketahui Ganjar Pranowo maupun Mahfud MD sering melakukan ziarah ke makam para pahlawan atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menunjukkan komitmen mereka dalam upaya patriotisme untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan," ungkap Adrian.
Dia menilai Ganjar-Mahfud sebagai pasangan yang sangat cocok untuk Pilpres 2024. Ganjar diakui sebagai figur yang tidak melupakan sejarah karena dekat masyarakat. Selain itu, Ganjar senang mengunjungi museum dan secara rutin melakukan ziarah ke makam pahlawan nasional.
“Hal serupa berlaku untuk Pak Mahfud. Reputasinya tidak diragukan. Terlebih lagi, beliau menjabat sebagai Ketua Tim Dewan Gelar Kepahlawanan, sehingga beliau pasti memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kepahlawanan dan sejarah bangsa,” ujar pemuda yang aktif dalam Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia dan Kaum Syarikat Islam tersebut.
Tjokroaminoto secara khusus terkait dengan organisasi Sarekat Islam. Organisasi ini awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) dan didirikan oleh Kyai Haji Samanhudi pada tahun 1905 di Surakarta. SDI muncul tiga tahun sebelum berdirinya Budi Utomo. Pada awalnya, fokus organisasi ini adalah melindungi kepentingan pedagang pribumi.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini berkembang menjadi kekuatan signifikan dan mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu kontribusi besar Tjokroaminoto adalah upayanya dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat Indonesia. Dia menekankan pentingnya persatuan di antara suku dan agama yang berbeda di Indonesia.
Selain itu, dia mempromosikan pendidikan merata dan peluang kerja yang adil bagi semua warga negara.
Tjokroaminoto juga dikenal sebagai pemimpin yang memiliki visi. Dia memiliki pandangan kuat mengenai pencapaian kemerdekaan Indonesia dan meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan.
Sebagai bagian dari upayanya, dia mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan mereka dan memberikan peluang masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
HOS Tjokroaminoto juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam membela hak-hak perempuan di Indonesia. Dia menyadari pentingnya kontribusi perempuan dalam pergerakan nasional dan mengadvokasi kesetaraan gender.
Namun, perjalanan perjuangannya tidak selalu lancar. Dia menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam upayanya mencapai kemerdekaan Indonesia.
Tjokroaminoto sering kali ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda. Meskipun demikian, dia tidak pernah menyerah dan terus berjuang dengan gigih melawan penindasan untuk meraih kemerdekaan.
HOS Tjokroaminoto meninggal pada 17 Desember 1934. Pengabdiannya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kesetaraan di Indonesia diakui dengan pemberian gelar pahlawan nasional.
Menurut dia, penting bagi masyarakat untuk dapat mengenali karakter pemimpin yang tulus dalam membela kepentingan rakyat.
“Kita harus cermat melihat calon pemimpin. Menurut saya, karakter dan sifat pemimpin harus murni membela kepentingan rakyat,” ujar Adrian dalam momentum Peringatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023).
Dia menekankan penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah sebagai dasar kebangsaan bagi calon pemimpin Indonesia.
Dia mengutip kata-kata Bung Karno, sang proklamator dan Presiden pertama RI yang menyatakan Indonesia tidak boleh melupakan sejarah atau "Jas Merah".
"Tidak boleh kita meninggalkan sejarah, karena memegang teguh pada sejarah adalah fondasi untuk melanjutkan eksistensi suatu bangsa. Melalui pemahaman sejarah, para pemimpin akan memiliki pandangan yang jelas terkait arah tujuan memajukan bangsa," katanya.
Ganjar-Mahfud Dianggap Sangat Menghargai Pahlawan
Ketika ditanya sosok yang dapat memahami nilai kepahlawanan dan menghargai pahlawan dalam konteks Pemilihan Presiden 2024, Adrian berpendapat bahwa pasangan Ganjar-Mahfud merupakan jawabannya.Alasan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yakni kepribadian dan karakter mereka dengan tegas memegang nilai-nilai sejarah perjuangan Indonesia, termasuk penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan nasional.
"Diketahui Ganjar Pranowo maupun Mahfud MD sering melakukan ziarah ke makam para pahlawan atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menunjukkan komitmen mereka dalam upaya patriotisme untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan," ungkap Adrian.
Dia menilai Ganjar-Mahfud sebagai pasangan yang sangat cocok untuk Pilpres 2024. Ganjar diakui sebagai figur yang tidak melupakan sejarah karena dekat masyarakat. Selain itu, Ganjar senang mengunjungi museum dan secara rutin melakukan ziarah ke makam pahlawan nasional.
“Hal serupa berlaku untuk Pak Mahfud. Reputasinya tidak diragukan. Terlebih lagi, beliau menjabat sebagai Ketua Tim Dewan Gelar Kepahlawanan, sehingga beliau pasti memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kepahlawanan dan sejarah bangsa,” ujar pemuda yang aktif dalam Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia dan Kaum Syarikat Islam tersebut.
Profil HOS Tjokroaminoto
Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang lebih dikenal HOS Tjokroaminoto merupakan tokoh kunci dalam pergerakan nasional Indonesia yang memainkan peran signifikan dalam perjuangan menuju kemerdekaan.Tjokroaminoto secara khusus terkait dengan organisasi Sarekat Islam. Organisasi ini awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) dan didirikan oleh Kyai Haji Samanhudi pada tahun 1905 di Surakarta. SDI muncul tiga tahun sebelum berdirinya Budi Utomo. Pada awalnya, fokus organisasi ini adalah melindungi kepentingan pedagang pribumi.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini berkembang menjadi kekuatan signifikan dan mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu kontribusi besar Tjokroaminoto adalah upayanya dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat Indonesia. Dia menekankan pentingnya persatuan di antara suku dan agama yang berbeda di Indonesia.
Selain itu, dia mempromosikan pendidikan merata dan peluang kerja yang adil bagi semua warga negara.
Tjokroaminoto juga dikenal sebagai pemimpin yang memiliki visi. Dia memiliki pandangan kuat mengenai pencapaian kemerdekaan Indonesia dan meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan.
Sebagai bagian dari upayanya, dia mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan mereka dan memberikan peluang masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
HOS Tjokroaminoto juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam membela hak-hak perempuan di Indonesia. Dia menyadari pentingnya kontribusi perempuan dalam pergerakan nasional dan mengadvokasi kesetaraan gender.
Namun, perjalanan perjuangannya tidak selalu lancar. Dia menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam upayanya mencapai kemerdekaan Indonesia.
Tjokroaminoto sering kali ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda. Meskipun demikian, dia tidak pernah menyerah dan terus berjuang dengan gigih melawan penindasan untuk meraih kemerdekaan.
HOS Tjokroaminoto meninggal pada 17 Desember 1934. Pengabdiannya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kesetaraan di Indonesia diakui dengan pemberian gelar pahlawan nasional.
(jon)