Sentil Pemerintah soal Riset dan Inovasi, Ganjar Pranowo: Anggaran Kita Belum 1%
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Calon Presiden (Capres) yang diusung Partai Perindo, Ganjar Pranowo mengatakan riset dan inovasi menjadi kunci suksesnya pembangunan di Indonesia. Untuk itu, dirinya siap menaikkan anggaran negara untuk kepentingan pengembangan riset di Indonesia hingga 1% dari PDB.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Makassar, Sabtu (4/11/2023). Di hadapan para cendekiawan itu, Ganjar mengatakan bahwa riset masih belum menjadi prioritas negara saat ini.
"Buktinya, anggaran untuk riset kita itu belum ada satu persen, baru nol koma sekian persen. Dan jika dibandingkan dengan negara lain, kita kalah jauh," ujar Ganjar.
Jika terpilih nanti, kata Ganjar, pihaknya akan menaikkan anggaran riset minimal 1% dari PDB. Dengan anggaran itu, maka riset di Indonesia bisa berjalan dengan optimal.
Anggaran itu akan digunakan untuk menggerakkan perguruan tinggi, kampus, dan pemerintah menggenjot riset dan inovasi dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan bangsa.
"Misalnya kita bicara potensi green energy dan blue energy. Itu kan potensinya besar banget dan belum dikelola secara optimal sampai saat ini. Tapi bagaimana caranya agar kita bisa mengelola potensi itu dengan baik, ya dengan riset," jelasnya.
Tidak hanya optimalisasi potensi ekonomi yang belum dikelola, berbagai sumber daya yang ada saat ini juga bisa dikembangkan lebih optimal. Misalnya kelapa sawit yang selama ini hanya dijual dan diolah menjadi minyak.
"Kenapa tidak kita olah menjadi produk turunan lain yang punya nilai ekonomi lebih tinggi? Menjadi kosmetik misalnya, jadi obat misalnya dan lainnya. Maka penting untuk riset dikakukan, agar produk kita semua memiliki nilai tambah," tegasnya.
Belum lagi soal pangan yang selama ini masih menjadi masalah. Dengan riset yang kuat, maka Indonesia bisa menjadi negara maju sebagai penghasil pangan terbesar di dunia.
"Masa sih kita tidak bisa buat bibit unggul, buat produk beras misalnya, bisa optimal dan cukup untuk pemenuhan pangan kita tanpa harus impor. Tugaskan saja perguruan tinggi misalnya IPB atau lainnya untuk meriset. Para cendekiawan ICMI terlibat. Saya yakin pasti bisa," tuturnya.
Ganjar mengakui memang butuh waktu tidak sebentar untuk mewujudkan itu. Selain itu, anggaran yang diinvestasikan juga tidaklah kecil.
"Tapi bisa asal kita mau. Anggaran riset bisa kita naikkan kalau anggaran negara kita besar. Tidak dikorupsi dan dikelola secara digital," katanya.
Apa yang disampaikan Ganjar mendapat apresiasi dari ratusan peserta Silaknas ICMI. Mereka terlihat sangat puas dan optimistis dengan materi visi-misi yang disampaikan mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
"Paparan Mas Ganjar sangat inspiratif, memberikan banyak informasi yang berharga untuk kita semua. Mas Ganjar benar, semua negara maju memang sangat kuat mengembangkan bidang riset dan inovasi," ucap Dewan Pakar ICMI, Ilham Habibie.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Makassar, Sabtu (4/11/2023). Di hadapan para cendekiawan itu, Ganjar mengatakan bahwa riset masih belum menjadi prioritas negara saat ini.
"Buktinya, anggaran untuk riset kita itu belum ada satu persen, baru nol koma sekian persen. Dan jika dibandingkan dengan negara lain, kita kalah jauh," ujar Ganjar.
Jika terpilih nanti, kata Ganjar, pihaknya akan menaikkan anggaran riset minimal 1% dari PDB. Dengan anggaran itu, maka riset di Indonesia bisa berjalan dengan optimal.
Anggaran itu akan digunakan untuk menggerakkan perguruan tinggi, kampus, dan pemerintah menggenjot riset dan inovasi dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan bangsa.
"Misalnya kita bicara potensi green energy dan blue energy. Itu kan potensinya besar banget dan belum dikelola secara optimal sampai saat ini. Tapi bagaimana caranya agar kita bisa mengelola potensi itu dengan baik, ya dengan riset," jelasnya.
Tidak hanya optimalisasi potensi ekonomi yang belum dikelola, berbagai sumber daya yang ada saat ini juga bisa dikembangkan lebih optimal. Misalnya kelapa sawit yang selama ini hanya dijual dan diolah menjadi minyak.
"Kenapa tidak kita olah menjadi produk turunan lain yang punya nilai ekonomi lebih tinggi? Menjadi kosmetik misalnya, jadi obat misalnya dan lainnya. Maka penting untuk riset dikakukan, agar produk kita semua memiliki nilai tambah," tegasnya.
Belum lagi soal pangan yang selama ini masih menjadi masalah. Dengan riset yang kuat, maka Indonesia bisa menjadi negara maju sebagai penghasil pangan terbesar di dunia.
"Masa sih kita tidak bisa buat bibit unggul, buat produk beras misalnya, bisa optimal dan cukup untuk pemenuhan pangan kita tanpa harus impor. Tugaskan saja perguruan tinggi misalnya IPB atau lainnya untuk meriset. Para cendekiawan ICMI terlibat. Saya yakin pasti bisa," tuturnya.
Ganjar mengakui memang butuh waktu tidak sebentar untuk mewujudkan itu. Selain itu, anggaran yang diinvestasikan juga tidaklah kecil.
"Tapi bisa asal kita mau. Anggaran riset bisa kita naikkan kalau anggaran negara kita besar. Tidak dikorupsi dan dikelola secara digital," katanya.
Apa yang disampaikan Ganjar mendapat apresiasi dari ratusan peserta Silaknas ICMI. Mereka terlihat sangat puas dan optimistis dengan materi visi-misi yang disampaikan mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
"Paparan Mas Ganjar sangat inspiratif, memberikan banyak informasi yang berharga untuk kita semua. Mas Ganjar benar, semua negara maju memang sangat kuat mengembangkan bidang riset dan inovasi," ucap Dewan Pakar ICMI, Ilham Habibie.
(kri)