Wamenag: Pemuda Buddhis Miliki Peran Strategis Songsong Indonesia Emas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Agama ( Wamenag ) Saiful Rahmat Dasuki menilai peran pemuda Buddhis sangat besar dalam mewujudkan Indonesia Emas pada 2045 mendatang. Prinsip-prinsip kuat dan positif yang dianut umat Buddha seperti kegigihan, kejujuran serta tak mudah menyerah menjadi modal besar bangsa ini dalam membangun peradaban yang lebih maju.
"Apa yang dilakukan Sang Buddha memotivasi kita untuk meneladani kegigihan Beliau dalam menggapai tujuan. Seorang pemuda, tidak boleh pesimistis dan mudah putus asa dalam meraih impian dan cita-cita. Pemuda harus senantiasa dinamis, enerjik, berpikir positif, gigih, berintegritas, dan termotivasi untuk senantiasa belajar dan mengembangkan diri. Apalagi sebentar lagi kita akan menyongsong Indonesia Emas 2045," kata Wamenag saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Moderasi Beragama dan Talk Show "Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia" di Aula HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).
Melalui semangat peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, Wamenag mendorong para pemuda untuk menyiapkan dengan matang peluang besar di Indonesia Emas tersebut. Sebab waktu yang tersisa sekitar dua dasawarsa bukanlah masa yang panjang. Di sisi lain, bangsa ini juga memiliki potensi bonus demografi yang juga perlu dikelola dengan baik. Di sinilah, menurutnya, peran pemuda sangatlah strategis untuk memahami akan potensi sekaligus saling bersinergi.
"Bonus demografi yang menjadi modal utama Indonesia Emas tidak boleh disia-siakan dan berlalu begitu saja. Indonesia harus mempersiapkan semua itu dengan sebaik-baiknya dari sekarang, terutama mempersiapkan SDM generasi muda. Karena itu peran pemuda Buddhis sangat berarti dalam menyongsong Indonesia Emas," katanya.
Wamenag juga menilai pemuda Buddhis memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyukseskan Pemilu agar bisa terlaksana dengan aman jujur dan adil. Pemuda harus memiliki kesadaran tinggi bahwa Pemilu bukanlah agenda bangsa yang membahayakan sehingga bisa merenggangkan atau memisahkan ikatan persatuan. Menurutnya, Pemilu adalah pesta dan proses demokrasi yang berulang.
"Jangan sampai Pemilu membuat kita tercerai berai dan masyarakat terbelah. Cukup berbeda pada pilihan kita saja, setelah itu akan terbentuk pemerintah yang baru dan kemudian kita bisa menyatu. Karena itulah perlu komitmen bersama seluruh komponen anak bangsa terutama para pemuda untuk mewujudkannya," kata Wamenag.
Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, FGD Moderasi Beragama dan Talk show "Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia" digelar untuk memberikan ruang dan semangat baru bagi pemuda dalam menghadapi Indonesia Emas. Supriyadi optimistis Indonesia akan bisa terwujud karena dalam sejarahnya para pemuda terbukti aktif dalam kontribusinya terhadap kemajuan bangsa.
"Ada 300 pemuda yang kita undang dalam acara ini, namun faktanya lebih dari itu yang hadir. Mereka berasal dari berbagai unsur organisasi pemuda dan beragam aliran. Ini menunjukkan ada kekuatan besar bahwa pemuda Buddhis memiliki spirit yang tinggi untuk memajukan Indonesia lewat momentum peringatan Sumpah Pemuda kali ini," terang Supriyadi.
Sementara para pemuda Buddhis mengapresiasi positif atas digelarnya kegiatan ini. Lewat ajang ini, mereka mengaku bisa berdiskusi, berdialog dan menyamakan persepsi untuk kemajuan bangsa ke depan. Ketua Umum Pemuda Theravada Indonesia Michael Kirana mengatakan, kegiatan ini menjadi sarana yang efektif untuk meneguhkan kembali para generasi muda akan pentingnya makna persatuan bangsa. Apalagi saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi Pemilu pada 2024.
"Kami kembali diingatkan untuk semakin mencintai Tanah Air. Pemuda juga memiliki peran besar dalam menjaga keharmonisan, ketertiban dan keamanan masyarakat," ujar Michael yang memiliki anggota sekitar 4.000 pemuda-pemudi ini.
Rasa optimisme juga disampaikan Ketua OKK Gemabudhi Anes Dwi Prasetya. Anes mengatakan, kegiatan ini sangatlah positif karena mampu menyatukan para pemuda Buddhis. Dia mengakui, banyaknya aliran selama ini juga berpotensi memicu gesekan yang sangat merugikan bagi kerukunan beragama.
"Acara ini sangat luar biasa. Ini momentum yang sangat tepat untuk menyatukan pemuda agar memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya menggapai tujuan yang lebih luas yakni persatuan dan kedamaian. Kegiatan ini perlu ditradisikan ke depan," kata Anes.
"Apa yang dilakukan Sang Buddha memotivasi kita untuk meneladani kegigihan Beliau dalam menggapai tujuan. Seorang pemuda, tidak boleh pesimistis dan mudah putus asa dalam meraih impian dan cita-cita. Pemuda harus senantiasa dinamis, enerjik, berpikir positif, gigih, berintegritas, dan termotivasi untuk senantiasa belajar dan mengembangkan diri. Apalagi sebentar lagi kita akan menyongsong Indonesia Emas 2045," kata Wamenag saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Moderasi Beragama dan Talk Show "Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia" di Aula HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).
Melalui semangat peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, Wamenag mendorong para pemuda untuk menyiapkan dengan matang peluang besar di Indonesia Emas tersebut. Sebab waktu yang tersisa sekitar dua dasawarsa bukanlah masa yang panjang. Di sisi lain, bangsa ini juga memiliki potensi bonus demografi yang juga perlu dikelola dengan baik. Di sinilah, menurutnya, peran pemuda sangatlah strategis untuk memahami akan potensi sekaligus saling bersinergi.
"Bonus demografi yang menjadi modal utama Indonesia Emas tidak boleh disia-siakan dan berlalu begitu saja. Indonesia harus mempersiapkan semua itu dengan sebaik-baiknya dari sekarang, terutama mempersiapkan SDM generasi muda. Karena itu peran pemuda Buddhis sangat berarti dalam menyongsong Indonesia Emas," katanya.
Wamenag juga menilai pemuda Buddhis memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyukseskan Pemilu agar bisa terlaksana dengan aman jujur dan adil. Pemuda harus memiliki kesadaran tinggi bahwa Pemilu bukanlah agenda bangsa yang membahayakan sehingga bisa merenggangkan atau memisahkan ikatan persatuan. Menurutnya, Pemilu adalah pesta dan proses demokrasi yang berulang.
"Jangan sampai Pemilu membuat kita tercerai berai dan masyarakat terbelah. Cukup berbeda pada pilihan kita saja, setelah itu akan terbentuk pemerintah yang baru dan kemudian kita bisa menyatu. Karena itulah perlu komitmen bersama seluruh komponen anak bangsa terutama para pemuda untuk mewujudkannya," kata Wamenag.
Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, FGD Moderasi Beragama dan Talk show "Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia" digelar untuk memberikan ruang dan semangat baru bagi pemuda dalam menghadapi Indonesia Emas. Supriyadi optimistis Indonesia akan bisa terwujud karena dalam sejarahnya para pemuda terbukti aktif dalam kontribusinya terhadap kemajuan bangsa.
"Ada 300 pemuda yang kita undang dalam acara ini, namun faktanya lebih dari itu yang hadir. Mereka berasal dari berbagai unsur organisasi pemuda dan beragam aliran. Ini menunjukkan ada kekuatan besar bahwa pemuda Buddhis memiliki spirit yang tinggi untuk memajukan Indonesia lewat momentum peringatan Sumpah Pemuda kali ini," terang Supriyadi.
Sementara para pemuda Buddhis mengapresiasi positif atas digelarnya kegiatan ini. Lewat ajang ini, mereka mengaku bisa berdiskusi, berdialog dan menyamakan persepsi untuk kemajuan bangsa ke depan. Ketua Umum Pemuda Theravada Indonesia Michael Kirana mengatakan, kegiatan ini menjadi sarana yang efektif untuk meneguhkan kembali para generasi muda akan pentingnya makna persatuan bangsa. Apalagi saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi Pemilu pada 2024.
"Kami kembali diingatkan untuk semakin mencintai Tanah Air. Pemuda juga memiliki peran besar dalam menjaga keharmonisan, ketertiban dan keamanan masyarakat," ujar Michael yang memiliki anggota sekitar 4.000 pemuda-pemudi ini.
Rasa optimisme juga disampaikan Ketua OKK Gemabudhi Anes Dwi Prasetya. Anes mengatakan, kegiatan ini sangatlah positif karena mampu menyatukan para pemuda Buddhis. Dia mengakui, banyaknya aliran selama ini juga berpotensi memicu gesekan yang sangat merugikan bagi kerukunan beragama.
"Acara ini sangat luar biasa. Ini momentum yang sangat tepat untuk menyatukan pemuda agar memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya menggapai tujuan yang lebih luas yakni persatuan dan kedamaian. Kegiatan ini perlu ditradisikan ke depan," kata Anes.
(abd)