Penyuluh Kostratani Banjarnegara Siap Terapkan Pertanian Cerdas Iklim
loading...
A
A
A
BANJARNEGARA - Para penyuluh Kostratani Banjarnegara siap menerapkan pertanian cerdas iklim (CSA). Terlebih, para mendapatkan pelatihan Training of Trainer (ToT) Proyek SIMURP berbasis Climate Smart Agriculture (CSA), 3-7 Agustus 2020. Kegiatan ini dilakukan secara e-learning, di Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara.
ToT CSA SIMURP di Banjarnegara diikuti 10 peserta, terdiri dari penyuluh pertanian pendamping lokasi SIMURP dari Balai Penyuluhan Kecamatan Rakit, Kecamatan Wanadadi, koordinator penyuluh pertanian kecamatan dan petugas SIMURP kabupaten.
Kementerian Pertanian memberikan dukungan kepada penyuluh pertanian di Kabupaten Banjarnegara untuk menerapkan pertanian cerdas iklim. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga berharap penyuluh pertanian bisa menyerap banyak pengetahuan dari kegiatan ToT CSA SIMURP.
“Penyuluh adalah garda terdepan pertanian Indonesia. Penyuluh berperan untuk mendampingi petani di lapangan memberikan masukan agar pertanian berjalan lancar dan produktivitas tidak terganggu,” tuturnya, Rabu (5/8/2020).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan, ToT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta tentang pertanian cerdas iklim atau CSA, serta mempersiapkan peserta sebagai fasilitator kegiatan Training of Farmer (ToF).
“Pengetahuan penyuluh mengenai CSA SIMURP bias dilaksanakan dengan berbagai kegiatan pelatihan. Mengapa CSA penting? Karena CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi, Indeks Pertanaman, peningkatan pendapatan petani, serta menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Jadi pertanian dilakukan dengan cerdas dalam mengantisipasi perubahan iklim,” tuturnya.
Selain itu, Proyek SIMURP harus mampu memperkuat BPP. Sebab, program utama Kementerian pertanian dilaksanakan di BPP. Oleh karenaitu, BPP yang telah menerima sarana IT menjadi BPP Kostratani yang dapat memanfaatkan seoptimal mungkin sarana prasana IT dalam menyediakan data-data pertanian yang terkoneksi dengan AWR Kementerian Pertanian.
“BPP rumahnya penyuluh, dan penerapan teknologi ke depannya BPP akan ramai karena adanya teknologi. Penyuluh harus memanfaatkan pelatihan ini dan bersungguh-sungguh untuk belajar agar dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya,” jelasnya.
Dedi Nursyamsi menjelaskan, BPP harus berperan sebagai Pusat Data dan Informasi, BPP harus punya data-data yang berkaitan dengan kondisi BPP misalnya luas areal, jumlah poktan, gapoktan, komoditas. kemudian BPP juga menjadi gerakan pembangunan Pertanian, pusat pembelajaran, dengan memanfaatkan demplot dan penelitian.
Pelaksanaan ToT SIMURP di hari kedua ini peserta mendapatkan materi tentang Mitigasi dan Perubahan Iklim, Penerapan Waktu Tanam Berdasarkan Kalender Tanam (Katam), Penggunaan Varietas Unggul Padi Adaptif Cekaman Iklim (Pemilihan Varietas Unggul Rendah Emisi) dan Penerapan CSA dalam Agribisnis High Value Crop (Budidaya Cabai). (SWR/EZ)
ToT CSA SIMURP di Banjarnegara diikuti 10 peserta, terdiri dari penyuluh pertanian pendamping lokasi SIMURP dari Balai Penyuluhan Kecamatan Rakit, Kecamatan Wanadadi, koordinator penyuluh pertanian kecamatan dan petugas SIMURP kabupaten.
Kementerian Pertanian memberikan dukungan kepada penyuluh pertanian di Kabupaten Banjarnegara untuk menerapkan pertanian cerdas iklim. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga berharap penyuluh pertanian bisa menyerap banyak pengetahuan dari kegiatan ToT CSA SIMURP.
“Penyuluh adalah garda terdepan pertanian Indonesia. Penyuluh berperan untuk mendampingi petani di lapangan memberikan masukan agar pertanian berjalan lancar dan produktivitas tidak terganggu,” tuturnya, Rabu (5/8/2020).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan, ToT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta tentang pertanian cerdas iklim atau CSA, serta mempersiapkan peserta sebagai fasilitator kegiatan Training of Farmer (ToF).
“Pengetahuan penyuluh mengenai CSA SIMURP bias dilaksanakan dengan berbagai kegiatan pelatihan. Mengapa CSA penting? Karena CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi, Indeks Pertanaman, peningkatan pendapatan petani, serta menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Jadi pertanian dilakukan dengan cerdas dalam mengantisipasi perubahan iklim,” tuturnya.
Selain itu, Proyek SIMURP harus mampu memperkuat BPP. Sebab, program utama Kementerian pertanian dilaksanakan di BPP. Oleh karenaitu, BPP yang telah menerima sarana IT menjadi BPP Kostratani yang dapat memanfaatkan seoptimal mungkin sarana prasana IT dalam menyediakan data-data pertanian yang terkoneksi dengan AWR Kementerian Pertanian.
“BPP rumahnya penyuluh, dan penerapan teknologi ke depannya BPP akan ramai karena adanya teknologi. Penyuluh harus memanfaatkan pelatihan ini dan bersungguh-sungguh untuk belajar agar dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya,” jelasnya.
Dedi Nursyamsi menjelaskan, BPP harus berperan sebagai Pusat Data dan Informasi, BPP harus punya data-data yang berkaitan dengan kondisi BPP misalnya luas areal, jumlah poktan, gapoktan, komoditas. kemudian BPP juga menjadi gerakan pembangunan Pertanian, pusat pembelajaran, dengan memanfaatkan demplot dan penelitian.
Pelaksanaan ToT SIMURP di hari kedua ini peserta mendapatkan materi tentang Mitigasi dan Perubahan Iklim, Penerapan Waktu Tanam Berdasarkan Kalender Tanam (Katam), Penggunaan Varietas Unggul Padi Adaptif Cekaman Iklim (Pemilihan Varietas Unggul Rendah Emisi) dan Penerapan CSA dalam Agribisnis High Value Crop (Budidaya Cabai). (SWR/EZ)
(alf)