Hebat! Cuma dengan 5 Prajurit, Jenderal Kopassus Ini Kalahkan Ratusan Pemberontak PRRI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sepak terjang Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin (LB) Moerdani atau dikenal Benny Moerdani di medan operasi tidak ada habisnya untuk diceritakan. Keberaniannya menyabung nyawa di berbagai palagan pertempuran selalu meninggalkan kisah-kisah heroik.
Salah satunya saat menaklukan pemberontakan bersenjata Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Hussein di Pekanbaru, Riau pada 1958 silam.
Pemberontakan bersenjata oleh PRRI/Permesta yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi ini merupakan respons ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Benny Moerdani yang saat itu masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) ditugaskan untuk menguasai Kota Pekanbaru yang masih dikuasai musuh dengan persenjataan lengkap karena baru mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Pria kelahiran Cepu, Blora, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1932 ini kemudian diterjunkan dari pesawat untuk menguasai sasaran. Meski belum pernah berlatih terjun payung, namun sebagai Komandan Kompi A Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) kini bernama Kopassus, Benny Moerdani berhasil terjun dengan selamat.
Benny Moerdani menerima Yang Di Pertuan Agung Malaysia Sultan Iskandar. Foto/istimewa
Bersama pasukannya, Benny Moerdani yang dikemudian hari menjadi Panglima TNI ini melakukan penyerbuan. Benny Moerdani mampu memimpin pasukannya dan memukul mundur pemberontak yang berada di sekitar Lapangan Udara Simpang Tiga Pekanbaru.
Padahal, PRRI saat itu memiliki senjata dan perlengkapan perang lebih canggih dibandingkan TNI. Namun karena para pemberontak tidak punya kemampuan dan mental bertempur yang memadai, mereka relatif dengan mudah dapat ditumpas. Mereka kocar kacir melarikan diri ke arah hutan, sebagian lagi menyerah.
Setelah berhasil menguasai lapangan udara, Benny ditantang oleh komandannya Letkol Udara Wiriadinata yang datang belakangan, untuk pergi ke kota. Sebab, Markas kegiatan PRRI berada di pusat Kota Pekanbaru.
Salah satunya saat menaklukan pemberontakan bersenjata Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Hussein di Pekanbaru, Riau pada 1958 silam.
Pemberontakan bersenjata oleh PRRI/Permesta yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi ini merupakan respons ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Benny Moerdani yang saat itu masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) ditugaskan untuk menguasai Kota Pekanbaru yang masih dikuasai musuh dengan persenjataan lengkap karena baru mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Pria kelahiran Cepu, Blora, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1932 ini kemudian diterjunkan dari pesawat untuk menguasai sasaran. Meski belum pernah berlatih terjun payung, namun sebagai Komandan Kompi A Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) kini bernama Kopassus, Benny Moerdani berhasil terjun dengan selamat.
Benny Moerdani menerima Yang Di Pertuan Agung Malaysia Sultan Iskandar. Foto/istimewa
Bersama pasukannya, Benny Moerdani yang dikemudian hari menjadi Panglima TNI ini melakukan penyerbuan. Benny Moerdani mampu memimpin pasukannya dan memukul mundur pemberontak yang berada di sekitar Lapangan Udara Simpang Tiga Pekanbaru.
Padahal, PRRI saat itu memiliki senjata dan perlengkapan perang lebih canggih dibandingkan TNI. Namun karena para pemberontak tidak punya kemampuan dan mental bertempur yang memadai, mereka relatif dengan mudah dapat ditumpas. Mereka kocar kacir melarikan diri ke arah hutan, sebagian lagi menyerah.
Setelah berhasil menguasai lapangan udara, Benny ditantang oleh komandannya Letkol Udara Wiriadinata yang datang belakangan, untuk pergi ke kota. Sebab, Markas kegiatan PRRI berada di pusat Kota Pekanbaru.