Denny JA Minta Elite Politik Lebih Rileks Respons Hasil Survei Pilpres 2024

Kamis, 12 Oktober 2023 - 12:00 WIB
loading...
A A A
"Itu artinya survei memotret sikap responden di hari ini, hari survei dilakukan," kata Denny JA.

Dikatakan Denny JA, pesona capres bisa naik dan turun. Capres yang sangat populer di survei bulan Juni, misalnya bisa jatuh tiga bulan lagi di bulan September.

"Itu karena ia membuat blunder," kata Denny JA.

Sebaliknya, capres yang buncit di bulan Desember, bisa jauh lebih tinggi di bulan Febuari, dua bulan ke depan. Itu karena sosialisasi sang capres yang fenomenal.

"Contohnya, Pilkada DKI 2017. Bulan Januari 2017, LSI Denny memotret Anies nomor buncit saat itu. Tapi di bulan April 2017, LSI Denny JA mengumumkan Anies akan menang di Pilkada DKI, mengalahkan Ahok," kata Denny JA.

Mengapa LSI Denny JA di Pilkada 2017 mengumumkan posisi Anies yang berbeda antara bulan Januari ke April, kata Denny JA, itu karena elektabilitas Anies memang berubah di lapangan. Survei yang kredibel mampu memotret perubahan itu.

"Perhatikan saja beberapa publikasi LSI Denny JA di pilpres kali ini. Walau Anies selalu buncit, juga di survei lembaga lain, selalu ada teks: pelajaran dari pilkada DKI. Yang nomor buncit selalu potensial menyusul," kata Denny JA.

Disampaikan Denny JA, hasil survei yang dilakukan berdasarkan satu wilayah akan berbeda ketika dibandingkan dengan skala nasional.

"Tapi tentu saja, Indonesia, dari Aceh hingga Papua jauh lebih luas dan kompleks dibandingkan DKI. Apa yang terjadi di DKI 2017 (pilkada) belum tentu juga terjadi untuk skala Indonesia 2024 (pilpres)," lanjutnya.

Tiga tips, lanjut Denny JA, bisa menjadi panduan bagi elite untuk menilai hasil survei itu kredibel atau tidak. Elite politik yang sudah kawakan sudah terbiasa dengan kondisi itu. Memang akan beda jika polisi itu tergolong “The New Kids on The Block.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5748 seconds (0.1#10.140)