Sowan Buya Syakur di Ponpes Cadangpinggan, GAMKI Harap Pemilu 2024 Berlangsung Damai

Senin, 09 Oktober 2023 - 17:56 WIB
loading...
Sowan Buya Syakur di...
Silaturahmi Kebangsaan GAMKI mendatangi Pondok Pesantren Cadangpinggan di Indramayu, Jawa Barat. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia ( GAMKI ) mengajak partai politik dan para calon presiden menjalankan politik kegembiraan jelang Pemilu 2024 . GAMKI menolak segala bentuk politisasi agama dalam pesta demokrasi lima tahunan nanti.

"Kami berharap Pemilu 2024 dapat kita jalankan dengan kegembiraan. GAMKI menolak dengan tegas jika ada oknum ataupun kelompok yang melakukan politisasi identitas, ataupun politisasi agama. Mari kita lakukan politik santun dan beradab, yakni politik untuk kegembiraan rakyat," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GAMKI Sahat Martin Philip Sinurat melalui keterangannya di Jakarta, Senin (9/10/2023).

Menurut Sahat, sebagai pemilih yang akan mendominasi pesta demokrasi pada tahun 2024 mendatang, generasi muda harus menjadi contoh dan garda terdepan dalam mewujudkan Pemilu yang cerdas, damai, dan berintegritas.



"Generasi muda harus aktif dan masif melakukan gerakan edukasi kepada masyarakat. Sebagai gerakan untuk melakukan edukasi, GAMKI melakukan Silaturahmi Kebangsaan ke berbagai tokoh lintas agama dengan topik utama bagaimana agar terwujud Pemilu yang damai tanpa polarisasi," ujar Sahat.

Ia menyampaikan, Silaturahmi Kebangsaan dilakukan sejak September 2023 hingga menjelang pelaksanaan Pemilu 2024. "Silaturahmi Kebangsaan GAMKI bertujuan untuk merajut kebersamaan lintas agama dan menjaga Indonesia sebagai milik kita bersama. GAMKI mengajak pemuda lintas agama untuk berkolaborasi bersama dengan kegembiraan, tanpa tersekat-sekat oleh perbedaan agama," kata Sahat.

Sebagai kunjungan pertama Silaturahmi Kebangsaan, GAMKI mendatangi Pondok Pesantren Cadangpinggan di Indramayu, Jawa Barat. GAMKI bertemu dengan KH Abdul Syakur Yasin yang akrab disapa Buya Syakur.

Buya Syakur sebagai pendiri dan pengasuh Ponpes Cadangpinggan menyampaikan pandangan mengenai Indonesia yang seringkali terjebak dengan isu intoleransi.



"Indonesia tercipta juga atas kerja dan keringat kalian yang sering disebut minoritas. Oleh karena itu jangan kalian malu atau takut untuk beribadah dan menjalankan keyakinan beragama," kata Buya Syakur yang sampai saat ini aktif menulis dan menerbitkan buku.

Buya Syakur yang pernah menjadi Ketua PPI Kairo menekankan, keberagaman akan menjadi indah bila satu dengan yang lain tidak saling mendominasi serta mewajarkan istilah mayoritas dan minoritas.

"Saya berharap anak muda selalu bersatu, bekerja sama lintas agama, sehingga bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045," katanya.

Menurut Buya Syakur, Indonesia terbentuk sebagai sebuah mukjizat yang diberikan Tuhan dengan aneka ragam budaya, bahasa, agama, suku. "Manusia mungkin tidak menyembah berhala, namun sikap dan perilaku manusia itu yang sering melakukan penghakiman terhadap seorang atau kelompok dengan mengatakan yang berbeda dengan mereka akan masuk neraka. Yang menjadi berhala bukan agama tetapi diri sendiri," ujarnya.

Buya Syakur meminta komitmen para pemuda untuk menjaga negara Indonesia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan lain-lain. "Jangan mudah terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu. Tidak ada warga negara kelas dua dan kelas tiga di Indonesia. Semua setara di negeri kita," katanya.

Karena itu, Buya Syakur meminta agar calon pemimpin pada Pemilu Legislatif dan Pemiihan Presiden dilihat dari gagasan, kapasitas, rekam jejak dan program kerja. Bukan berdasarkan politik identitas atas kesamaan suku, agama, dan ras.

Pada momen Silahturahmi Kebangsaan yang dilakukan GAMKI, Buya Syakur juga melakukan talkshow bersama Ketua Umum GAMKI Sahat Sinurat dan Ketua Umum DPP Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI) Muhammad Natsir Sahib, yang berbicara banyak mengenai pemuda dan persatuan.

"Kunjungan ke pondok pesantren bukan hal baru bagi saya, hal ini saya lakukan saat menjadi Ketua Umum GMKI tahun 2017 lalu, safari ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur di antaranya, Ponpes Lirboyo di Kediri dan Ponpes Tebu Ireng di Jombang," kata Sahat.

Kunjungan GAMKI kali ini diharapkan menjadi gerakan awal untuk mendinginkan dan menyejukkan suasana menjelang Pemilu 2024, seperti yang dipesankan Presiden Joko Widodo pada momen Pengukuhan dan Pembukaan Rakernas GAMKI di Medan bulan Agustus lalu.

"Semoga pintu Ponpes Cadangpinggan tetap terbuka bagi kami, sehingga di waktu selanjutnya, teman-teman GAMKI sebagai pemuda Kristen dapat datang dan menjadi santrinya Buya Syakur sehingga bisa belajar tentang indahnya keberagaman dan saling mengenal satu dengan yang lain," kata Sahat yang disambut tawa Buya Syakur dan para peserta lainnya.

Sahat Sinurat menyampaikan harapan agar Pemilu tahun depan dapat berjalan damai. "Siapa pun pemimpin yang terpilih adalah pemimpin seluruh rakyat Indonesia yang harus kita dukung dan hormati bersama," ujarnya.

"Pemuda lintas agama harus menjadi agen pembawa damai yang bisa mendinginkan dan menyejukkan suasana jelang pemilu, jangan malah memanaskan dan memperkeruh situasi. Dengan demikian, melalui Pemilu yang gembira, kita berharap bisa terpilih pemimpin yang mau mendengar aspirasi rakyat dan siap berjuang untuk rakyat," katanya.

Selain bertemu Buya Syakur, GAMKI juga diajak melihat komplek Ponpes Cadangpinggan, bertemu dengan para santri dan bertukar pikiran tentang bagaimana santri-santri muda di sana bisa mengembangkan potensi dan bakatnya di era modern.

"Kami melihat mereka bukan lagi sebagai santri tradisional, tapi bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Melalui pendidikan dengan pendekatan modern seperti pemanfaatan teknologi digital, entrepreneur, otomotif, dan bidang-bidang lain yang bermanfaat di lapangan kerja seusai menempuh pendidikan di ponpes," kata Sahat.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1247 seconds (0.1#10.140)