Lewat Buku, Ary Ginanjar Ungkap Sejumlah Perjalanan Hidupnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perjalanan hidup Founder ESQ Group, Ary Ginanjar Agustian dikupas dalam buku Hamba Sang Maha Cahaya. Soft launching buku ini bertempat di Main Stage Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) Hal 1 ICE BSD, Jumat 29 September 2023. Penulis buku tersebut adalah Ahmad Fuadi.
Pada kesempatan itu Ary Ginanjar mengatakan, bukunya ini memuat tentang air mata, keresahaan anak manusia, pertanyaan yang tidak dijawab, kemudian makna kehidupan, dan tentang kehancuran, serta kejatuhan ketika sendirian.
"Awalnya saya ragu, pertanyaannya apakah saya siap menceritakan hal-hal yang gelap yang selama ini saya sembunyikan, hal-hal yang sangat menyakitkan yang selama ini saya rahasiakan, orang hanya tau permukaan 5 persen, 90 persen kehidupan saya tidak pernah saya ungkapkan," kata Ary Ginanjar dalam keterangannya, Minggu (1/10/2023).
"Apakah benar saya harus menulis buku ini, apakah tepat buku ini saya tulis karena saya ragu, kenapa tidak dirahasiakan aja semua kisah-kisah ini, akhirnya entah bagaimana seperti tertuntun saja," imbuhnya.
Dalam proses perjalanan penulisan buku tersebut, Ary Ginanjar mengungkapkan, tidak mudah untuk menggali kisah-kisah dalam hidupnya mulai dari kecil yang sudah termakan oleh waktu, namun penulis Ahmad Fuadi mampu secara presisi mengangkat hal tersebut.
"Kisah perjalanan hidup itu yang tadinya seperti puzzle-puzzle yang berserakan gitu ya, puzzle saya dulu di SD, bahkan puzzle saya ketika dulu di TK, kemudian hobinya memanjat tangga selalu jatuh, naik ke atas genteng, hobinya mencari, ternyata itu semua sebuah proses yang dibuat sedemikian rupa untuk melakukan sebuah perjalanan yang panjang ke depan yang pada akhirnya itu terjawab," ungkap Ary Ginanjar.
"Ketika menemukan cahaya itu, saya merasa bahwa pencarian sudah selesai, tapi ternyata episodenya berulang lagi dan tidak pernah selesai sampai saya bertemu cahaya yang paling terang, cahaya di atas cahaya itu. Nah itulah yang menjadi perjalanan kehidupan," tambahnya.
Sehingga kata dia, siapa pun sebenarnya adalah hamba cahaya, cuma ada yang tidak ketemu dan ada yang ketemu, dan buku ini mungkin juga bermanfaat. Pada akhirnya manusia harus mampu menemukan cahaya di balik kegelapan itu.
Ary Ginanjar juga bercerita, saat bukunya telah rampung Ia tidak mau membacanya, dibiarkan begitu saja, dan hanya diletakkan di atas meja saking enggannya untuk membaca karya tersebut.
"Akhirnya saya pergi haji di tahun 2023 kemarin, nah inilah saatnya saya baca buku, jadi saya baca buku dalam perjalanan haji di pesawat saat semua orang tidur karena gelap, saya sendiri baca 10 jam, saya menangis sendirian di pesawat," ungkapnya.
Pada kesempatan itu Ary Ginanjar mengatakan, bukunya ini memuat tentang air mata, keresahaan anak manusia, pertanyaan yang tidak dijawab, kemudian makna kehidupan, dan tentang kehancuran, serta kejatuhan ketika sendirian.
"Awalnya saya ragu, pertanyaannya apakah saya siap menceritakan hal-hal yang gelap yang selama ini saya sembunyikan, hal-hal yang sangat menyakitkan yang selama ini saya rahasiakan, orang hanya tau permukaan 5 persen, 90 persen kehidupan saya tidak pernah saya ungkapkan," kata Ary Ginanjar dalam keterangannya, Minggu (1/10/2023).
"Apakah benar saya harus menulis buku ini, apakah tepat buku ini saya tulis karena saya ragu, kenapa tidak dirahasiakan aja semua kisah-kisah ini, akhirnya entah bagaimana seperti tertuntun saja," imbuhnya.
Dalam proses perjalanan penulisan buku tersebut, Ary Ginanjar mengungkapkan, tidak mudah untuk menggali kisah-kisah dalam hidupnya mulai dari kecil yang sudah termakan oleh waktu, namun penulis Ahmad Fuadi mampu secara presisi mengangkat hal tersebut.
"Kisah perjalanan hidup itu yang tadinya seperti puzzle-puzzle yang berserakan gitu ya, puzzle saya dulu di SD, bahkan puzzle saya ketika dulu di TK, kemudian hobinya memanjat tangga selalu jatuh, naik ke atas genteng, hobinya mencari, ternyata itu semua sebuah proses yang dibuat sedemikian rupa untuk melakukan sebuah perjalanan yang panjang ke depan yang pada akhirnya itu terjawab," ungkap Ary Ginanjar.
"Ketika menemukan cahaya itu, saya merasa bahwa pencarian sudah selesai, tapi ternyata episodenya berulang lagi dan tidak pernah selesai sampai saya bertemu cahaya yang paling terang, cahaya di atas cahaya itu. Nah itulah yang menjadi perjalanan kehidupan," tambahnya.
Sehingga kata dia, siapa pun sebenarnya adalah hamba cahaya, cuma ada yang tidak ketemu dan ada yang ketemu, dan buku ini mungkin juga bermanfaat. Pada akhirnya manusia harus mampu menemukan cahaya di balik kegelapan itu.
Ary Ginanjar juga bercerita, saat bukunya telah rampung Ia tidak mau membacanya, dibiarkan begitu saja, dan hanya diletakkan di atas meja saking enggannya untuk membaca karya tersebut.
"Akhirnya saya pergi haji di tahun 2023 kemarin, nah inilah saatnya saya baca buku, jadi saya baca buku dalam perjalanan haji di pesawat saat semua orang tidur karena gelap, saya sendiri baca 10 jam, saya menangis sendirian di pesawat," ungkapnya.