Menanti Laporan Kinerja Ekonomi Kuartal II

Senin, 03 Agustus 2020 - 07:07 WIB
loading...
Menanti Laporan Kinerja Ekonomi Kuartal II
Lesunya perekonomian di kuartal kedua juga sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Ilustrasi/SINDOnews
A A A
SEJUMLAH kalangan memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi alias minus. Ini menandakan bahwa pengaruh pandemi virus korona (Covid-19) terhadap perekonomian nyata adanya.

Aktivitas ekonomi pada periode April-Juni 2020 memang tertekan karena pada saat bersamaan diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Imbasnya, dengan pembatasan yang sangat masif ini, hanya beberapa sektor usaha yang tetap beroperasi. Sisanya terpaksa harus menahan diri.

Jika sesuai jadwal, laporan kinerja perekonomian Indonesia kuartal kedua tahun ini akan dirilis pada Rabu, (5/8). Data-data ekonomi kuartalan ini menarik dicermati kendati banyak pihak menyebutkan Indonesia akan jatuh ke jurang resesi seperti dialami banyak negara lain di dunia.

Singapura, Jerman, Korea Selatan, dan Amerika Serikat (AS) sudah resmi masuk resesi karena dua kuartal berturut-turut perekonomiannya mengalami kontraksi. Data ini menjadi alarm bagi ekonomi dalam negeri mengingat negara-negara itu merupakan mitra dagang Indonesia.

Dengan minusnya pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia, sudah dipastikan pasar ekspor nasional bakal terpengaruh karena konsumsi di negara tujuan sedang lesu. Maka itu, akan lebih baik jika pemerintah segera mencari peluang di pasar baru di negara nontradisional di samping negara-negara langganan ekspor.

Kekhawatiran terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup masuk akal mengingat dampak pandemi Covid-19 menghantam semua sektor, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang biasanya "kebal" krisis. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pernah menyebutkan, lebih dari 20 juta unit UKM terdampak pandemi. Sungguh bukan angka yang sedikit, apalagi sektor ini yang paling bersinggungan langsung dengan konsumen. Mereka termasuk kelompok usaha yang merasakan langsung adanya transaksi masyarakat sehari-hari. Adapun Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan, setidaknya sekitar 6 juta orang telah kehilangan pekerjaan akibat Covid-19.

Lesunya perekonomian di kuartal kedua juga sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter itu menyebutkan, pada kuartal II/2020, SKDU mengalami penurunan yang tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar -35,75%. Angka itu terkontraksi lebih dalam dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya -5,56%. Sebagai informasi, pada periode tiga bulan pertama 2020, angka pertumbuhan ekonomi tumbuh 2,97%.

Menurut BI, penurunan kegiatan dunia usaha terjadi pada seluruh sektor ekonomi dengan penurunan terdalam pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa. Hal tersebut terutama disebabkan oleh penurunan permintaan dan gangguan pasokan akibat pandemi Covid-19.

Melihat data-data yang mengindikasikan pelemahan aktivitas ekonomi tersebut, wajar apabila banyak kalangan yang merasa pesimistis dengan kinerja produk domestik bruto (PDB) di kuartal kedua. Namun, bukan berarti tidak ada harapan terhadap prospek ekonomi di masa mendatang. Apalagi, pemerintah melalui Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional sudah bertekad bahwa pemulihan ekonomi menjadi prioritas di masa pandemi, tanpa melupakan masalah kesehatan.

Masalah kesehatan ini tetap menjadi perhatian karena sampai Minggu (2/7) jumlah kasus positif akibat virus korona belum juga mereda. Kemarin terdapat penambahan 1.519 kasus baru sehingga total menjadi 111.455 kasus di seluruh Indonesia. Kondisi ini jelas tidak bisa dikesampingkan karena penyebaran Covid-19 terbukti masih terus terjadi. Ini juga menjadi peringatan kepada semua pihak agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan di tengah upaya pemulihan yang sedang gencar-gencarnya dilakukan.

Upaya-upaya pemulihan yang sedang dilaksanakan, termasuk memberikan sejumlah insentif kepada pelaku usaha, diharapkan bisa membantu kembali bergeraknya roda ekonomi kuartal ketiga. Periode itu digadang-gadang menjadi titik balik karena kuartal kedua sulit diharapkan.

Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin pekan lalu mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga memiliki kesempatan untuk tumbuh positif apabila ada rasa aman di masyarakat untuk kembali beraktivitas. Satgas, kata pria yang juga menjabat wakil menteri BUMN itu, memang diberi tugas khusus oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar bisa menjaga pertumbuhan ekonomi, terutama pada kuartal ketiga (Juli-September 2020). Hal tersebut penting agar pertumbuhannya sebisa mungkin jangan sampai negatif. Ini penting agar APBN tetap sehat kendati dipastikan mengalami defisit di atas 5%, angka yang tak biasa jika dalam kondisi normal.
(ras)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0954 seconds (0.1#10.140)