Kemhan: Sistem Persenjataan Indonesia di Atas Israel
A
A
A
JAKARTA - Kunjungan Raja Swedia Carl XVI Gustaf ke Indonesia pada Senin 22 Mei 2017 bertujuan meningkatkan hubungan ekonomi dan bisnis, termasuk kerja sama bidang pertahanan.
Indonesia dan Swedia berencana melakukan kerja sama di bidang militer termasuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pesawat tempur JAS 39 Gripen.
Hal ini sebagai tindak lanjut hasil pertemuan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahanan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist di Stockholm, Swedia, awal Mei 2017.
Pembelian sistem teknologi militer jet tempur JAS 39 Gripen yang diproduksi SAAB sebagai bagian dari peremajaan alutsista yang sudah tua.
“Kementerian Pertahanan memang sedang membicarakan masalah pembelian alutsista dari Swedia. Mengenai berapa jumlahnya dan mekanismenya, sedang dalam pembicaraan,” kata Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Pertahanan, Kolonel (Arm) Totok Sugiarto kepada SINDOnews, Selasa (23/5/2017).
Pembelian alutsista dari negara Skandinavia itu juga berlandaskan UU Pertahanan Negara, yakni harus ada kesediaan memberikan produksi offset, koordinasi secara sistem government to government (G to G), dan transfer teknologi yang melibatkan industri pertahanan lokal dari BUMN. (Baca Juga: Indonesia Masuk 20 Besar Militer Terkuat di Dunia )
Menurut Totok, pembelian tersebut sebagai wujud dari pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Sejauh ini, kata lelaki kelahiran Madiun itu, kekuatan alutsista Indonesia di atas Israel.
“Saat ini keberadaan alutsista Indonesia di atas Israel, dari segi jumlah dan teknologi. Jadi kita harus bangga. Namun masih di bawah Pakistan,” terangnya.
Dengan pembelian serta produksi dari industri pertahanan dalam negeri, kata dia, hal itu akan meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia dalam menghadapi ancaman potensial dan ancaman faktual.
Selain dari Swedia, Kemhan juga akan membeli alutsista dari Rusia dengan sistem imbal dagang.
Indonesia dan Swedia berencana melakukan kerja sama di bidang militer termasuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan pesawat tempur JAS 39 Gripen.
Hal ini sebagai tindak lanjut hasil pertemuan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahanan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist di Stockholm, Swedia, awal Mei 2017.
Pembelian sistem teknologi militer jet tempur JAS 39 Gripen yang diproduksi SAAB sebagai bagian dari peremajaan alutsista yang sudah tua.
“Kementerian Pertahanan memang sedang membicarakan masalah pembelian alutsista dari Swedia. Mengenai berapa jumlahnya dan mekanismenya, sedang dalam pembicaraan,” kata Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Pertahanan, Kolonel (Arm) Totok Sugiarto kepada SINDOnews, Selasa (23/5/2017).
Pembelian alutsista dari negara Skandinavia itu juga berlandaskan UU Pertahanan Negara, yakni harus ada kesediaan memberikan produksi offset, koordinasi secara sistem government to government (G to G), dan transfer teknologi yang melibatkan industri pertahanan lokal dari BUMN. (Baca Juga: Indonesia Masuk 20 Besar Militer Terkuat di Dunia )
Menurut Totok, pembelian tersebut sebagai wujud dari pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Sejauh ini, kata lelaki kelahiran Madiun itu, kekuatan alutsista Indonesia di atas Israel.
“Saat ini keberadaan alutsista Indonesia di atas Israel, dari segi jumlah dan teknologi. Jadi kita harus bangga. Namun masih di bawah Pakistan,” terangnya.
Dengan pembelian serta produksi dari industri pertahanan dalam negeri, kata dia, hal itu akan meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia dalam menghadapi ancaman potensial dan ancaman faktual.
Selain dari Swedia, Kemhan juga akan membeli alutsista dari Rusia dengan sistem imbal dagang.
(dam)