Hasto Wardoyo Terima Gelar Doktor Honoris Causa dari UNY
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, menerima penghargaan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (1/8/2020).
Penghargaan diberikan atas prestasi Hasto saat menjabat sebagai Bupati Kulon Progo yang diembannya hampir dua masa jabatan sebelum pada 1 Juli 2019 diangkat dan dipercaya sebagai Kepala BKKBN Pusat di Jakarta.
Hasto putra lokal Kulon Progo yang pernah menjadi dokter Puskesmas. Dalam pengembangan karirnya dia kemudian mengambil spesialisasi ahli kandungan yang banyak mengabdi untuk masyarakat.
Dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk 'Peran Pendidikan Vokasional untuk Mewujudkan Kemandirian di Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo', Hasto menyampaikan bagaimana menyinergikan bidang akademik vokasional dan pemberdayaan masyarkat.
Kedua promotor yaitu Prof Mohammad Bruri Triyono dan Prof Marsigit menganggap posisi Dokter Hasto manakala menjabat sebagai Bupati Kulon Progo selama dua periode (2011-2019) sedemikian strategis. “Promovendus menggerakan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai dorongan ideologis. Terutama dalam bidang vokasional serta kemampuan kreativitas dan inovasinya,” jelasnya.
Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd (Rektor UNY); dr. Hasto Wardoyo, Sp. O.G. (K) (Kepala BKKBN) dan, Prof. Dr. Zamzami, M.Pd (Ketua Senat UNY) foto bersama setelah menerima penghargaan gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Auditorium UNY Yogyakarta (Humas BKKBN, Yogyakarata 1/8)
Kulon Progo mempunyai 12 kapanewon yang terbagi menjadi 87 kelurahan serta memiliki 930 pedukuhan. Sebagai Bupati Kulon Progo saat itu Hasto mencanangkan gerakan Bela dan Beli Kulon Progo yang sangat kuat melekat di masyarakat sampai saat ini.
Ia memperkuat ketahanan ekonomi rakyat melalui sistem bersama yang transparan dan partisipatif. Konsep ini ia realisasikan menjadi mantra: madep mantep mangan panganan dewe, madep mantep ngombe banyune dewe, madep mantep nganggo klambine dewe. Dokter Hasto menuturkan gerakan kemasyarakatan ini secara ideologis membela bangsa sendiri lewat gotong-royong membeli produk masyarakat setempat.
Gagasan Hasto ini sangat cemerlang, menguatkan ekonomi rakyat. Masyarakat diberdayakan supaya tak bergantung semata pada permainan ekonomi makro. Dengan memfokuskan hal mikro, memulai dari industri rumahan, maka Kulon Progo diharapkan mencapai kesejahteraan lahir dan batin.
Tak mengherankan visi besarnya ini bisa dirangkum tiga kata kunci: start small, act now, and think big. Tak tanggung-tanggung, Hasto mencanangkan swasembada kebutuhan beras guna terpenuhinya kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Aksi nyata ini tak berhenti begitu saja. Hasto menautkan kebijakan itu ke ranah pendidikan vokasi. Baginya, pendidikan vokasi harus hadir di masyarakat. Bukan sebatas magang, melainkan pendampingan terpadu. Lulusan vokasi sudah semestinya punya keterampilan, kompetensi, dan karakter soft skills yang mumpuni.
Dokter Hasto meneropong ada peran strategis pendidikan vokasi sebagai pendidikan praktis. “Mengembangkan karier lulusan harus berbasis kompetensi,” ucapnya.
Tomira (Toko Milik Rakyat) sebagai ikon warung kerakyatan di Kulon Progo difungsikan sebagai salah satu pintu masuk transformasi ekonomi mikro dan pendidikan vokasi. Terobosan cerdas Dokter Hasto ini merupakan realisasi ekonomi Pancasila yang mengedepankan kedaulatan ekonomi di tangan rakyat dan basis pendidikan vokasi di Kulon Progo.
Pertimbangan demikianlah yang menarik atensi UNY untuk memberikan apresiasi akademik lewat doktor (HC) kepada salah satu putra terbaik Kulon Progo itu.
“Dan jika dilacak dari rekam jejak Promovendus di dalam menggeluti dunia pemberdayaan masyarakat vokasional selama ini, nampak bahwa perspektif keberpihakan pada ekonomi pancasila, menghadirkan pendidikan dalam peran sosialnya untuk pemberdayaan masyarakat, membangun dan memajukan bangsa,” ungkap Prof. Moch. Bruri Triyono dan Prof. Marsigit selaku Promotor dan Co Promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini.
Perannya membangun desa sudah dipantau UNY sejak lama dalam kapasitasnya sebagai Bupati Kulonprogo dan Mitra UNY dalam pengembangan daerah.
Mulai hari ini, Kepala BKKBN yang juga putra terbaik dari Kulon Progo akan menyandang gelar Doktor Kehormatan bidang Teknologi dan Pemberdayaan Masyarakat Vokasional, atas keberhasilan peran strategisnya dalam mengaplikasikan pengetahuan, data, sains, dan teknologi sebagai dasar dalam pembangunan daerah kelahirannya.
Prof. Sutrisna Wibawa, selaku Rektor UNY dan pembuat SK penganugerahan gelar kehormatan, berharap bahwa pengakuan akademik ini menjadi amanah bagi Kepala BKKBN untuk terus berdedikasi dan berkomitmen dalam pengembangan masyarakat vokasional berbasis teknologi unggul.
"Ilmu vokasi juga dapat berkembang lebih luas, melibatkan multi disiplin dan komponen pemerintahan, serta terus berkembang dan relevan untuk pembangunan masyarakat. Praksis penerapan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk pembangunan, layaknya sudah dilakukan Hasto Wardoyo, harus terus dikuatkan, ditularkan, dan senantiasa dikembangkan sehingga bermanfaat untuk pemberdayaan masyarakat. Pak Hasto adalah satu tokoh langka yang selama kepemimpinannya selalu menggunakan data dan teknologi sebagai acuan pengambilan kebijakan,” ujar Sutrisna.
Pandemi Corona sempat menunda penganugerahan gelar tersebut. Mulanya dengan persetujuan senat tersebut, agenda pemberian Doktor Honoris Causa direncanakan berlangsung pada Maret atau April. Penundaan ini juga menjadi pemberitaan yang cukup viral di media.
“Walaupun demikian, penundaan pada saat itu adalah langkah yang tepat karena kondisi gawat darurat yang membutuhkan keamanan kita untuk menjaga kesehatan, dan bagi Pak Kepala BKKBN untuk terlebih dahulu melaksanakan tugas,” terang Prof. Sutrisna.
Upacara penganugerahan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, di antaranya peserta selalu mengenakan masker, mencuci tangan dan diukur suhu badannya menggunakan termometer infrared sebelum memasuki area kegiatan, serta pengaturan tempat kegiatan, ruang makan, penyajian makanan yang sesuai dengan standar pencegahan COVID-19, dengan tempat duduk jarak antar peserta minimal 1,5 meter.
Tamu yang hadir sangat terbatas hanya keluarga dan VIP. Sedangkan untuk audiens masyarakat umum bisa menyaksikan melalui siaran daring lewat Youtube UNY Official dan bkkbn official. Untuk mendukung penerapan protokol kesehatan tersebut, kegiatan berlangsung dengan pengiriman pemberitahuan dan koordinasi dengan Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Sleman.
Penghargaan diberikan atas prestasi Hasto saat menjabat sebagai Bupati Kulon Progo yang diembannya hampir dua masa jabatan sebelum pada 1 Juli 2019 diangkat dan dipercaya sebagai Kepala BKKBN Pusat di Jakarta.
Hasto putra lokal Kulon Progo yang pernah menjadi dokter Puskesmas. Dalam pengembangan karirnya dia kemudian mengambil spesialisasi ahli kandungan yang banyak mengabdi untuk masyarakat.
Dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk 'Peran Pendidikan Vokasional untuk Mewujudkan Kemandirian di Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo', Hasto menyampaikan bagaimana menyinergikan bidang akademik vokasional dan pemberdayaan masyarkat.
Kedua promotor yaitu Prof Mohammad Bruri Triyono dan Prof Marsigit menganggap posisi Dokter Hasto manakala menjabat sebagai Bupati Kulon Progo selama dua periode (2011-2019) sedemikian strategis. “Promovendus menggerakan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai dorongan ideologis. Terutama dalam bidang vokasional serta kemampuan kreativitas dan inovasinya,” jelasnya.
Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd (Rektor UNY); dr. Hasto Wardoyo, Sp. O.G. (K) (Kepala BKKBN) dan, Prof. Dr. Zamzami, M.Pd (Ketua Senat UNY) foto bersama setelah menerima penghargaan gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Auditorium UNY Yogyakarta (Humas BKKBN, Yogyakarata 1/8)
Kulon Progo mempunyai 12 kapanewon yang terbagi menjadi 87 kelurahan serta memiliki 930 pedukuhan. Sebagai Bupati Kulon Progo saat itu Hasto mencanangkan gerakan Bela dan Beli Kulon Progo yang sangat kuat melekat di masyarakat sampai saat ini.
Ia memperkuat ketahanan ekonomi rakyat melalui sistem bersama yang transparan dan partisipatif. Konsep ini ia realisasikan menjadi mantra: madep mantep mangan panganan dewe, madep mantep ngombe banyune dewe, madep mantep nganggo klambine dewe. Dokter Hasto menuturkan gerakan kemasyarakatan ini secara ideologis membela bangsa sendiri lewat gotong-royong membeli produk masyarakat setempat.
Gagasan Hasto ini sangat cemerlang, menguatkan ekonomi rakyat. Masyarakat diberdayakan supaya tak bergantung semata pada permainan ekonomi makro. Dengan memfokuskan hal mikro, memulai dari industri rumahan, maka Kulon Progo diharapkan mencapai kesejahteraan lahir dan batin.
Tak mengherankan visi besarnya ini bisa dirangkum tiga kata kunci: start small, act now, and think big. Tak tanggung-tanggung, Hasto mencanangkan swasembada kebutuhan beras guna terpenuhinya kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Aksi nyata ini tak berhenti begitu saja. Hasto menautkan kebijakan itu ke ranah pendidikan vokasi. Baginya, pendidikan vokasi harus hadir di masyarakat. Bukan sebatas magang, melainkan pendampingan terpadu. Lulusan vokasi sudah semestinya punya keterampilan, kompetensi, dan karakter soft skills yang mumpuni.
Dokter Hasto meneropong ada peran strategis pendidikan vokasi sebagai pendidikan praktis. “Mengembangkan karier lulusan harus berbasis kompetensi,” ucapnya.
Tomira (Toko Milik Rakyat) sebagai ikon warung kerakyatan di Kulon Progo difungsikan sebagai salah satu pintu masuk transformasi ekonomi mikro dan pendidikan vokasi. Terobosan cerdas Dokter Hasto ini merupakan realisasi ekonomi Pancasila yang mengedepankan kedaulatan ekonomi di tangan rakyat dan basis pendidikan vokasi di Kulon Progo.
Pertimbangan demikianlah yang menarik atensi UNY untuk memberikan apresiasi akademik lewat doktor (HC) kepada salah satu putra terbaik Kulon Progo itu.
“Dan jika dilacak dari rekam jejak Promovendus di dalam menggeluti dunia pemberdayaan masyarakat vokasional selama ini, nampak bahwa perspektif keberpihakan pada ekonomi pancasila, menghadirkan pendidikan dalam peran sosialnya untuk pemberdayaan masyarakat, membangun dan memajukan bangsa,” ungkap Prof. Moch. Bruri Triyono dan Prof. Marsigit selaku Promotor dan Co Promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini.
Perannya membangun desa sudah dipantau UNY sejak lama dalam kapasitasnya sebagai Bupati Kulonprogo dan Mitra UNY dalam pengembangan daerah.
Mulai hari ini, Kepala BKKBN yang juga putra terbaik dari Kulon Progo akan menyandang gelar Doktor Kehormatan bidang Teknologi dan Pemberdayaan Masyarakat Vokasional, atas keberhasilan peran strategisnya dalam mengaplikasikan pengetahuan, data, sains, dan teknologi sebagai dasar dalam pembangunan daerah kelahirannya.
Prof. Sutrisna Wibawa, selaku Rektor UNY dan pembuat SK penganugerahan gelar kehormatan, berharap bahwa pengakuan akademik ini menjadi amanah bagi Kepala BKKBN untuk terus berdedikasi dan berkomitmen dalam pengembangan masyarakat vokasional berbasis teknologi unggul.
"Ilmu vokasi juga dapat berkembang lebih luas, melibatkan multi disiplin dan komponen pemerintahan, serta terus berkembang dan relevan untuk pembangunan masyarakat. Praksis penerapan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk pembangunan, layaknya sudah dilakukan Hasto Wardoyo, harus terus dikuatkan, ditularkan, dan senantiasa dikembangkan sehingga bermanfaat untuk pemberdayaan masyarakat. Pak Hasto adalah satu tokoh langka yang selama kepemimpinannya selalu menggunakan data dan teknologi sebagai acuan pengambilan kebijakan,” ujar Sutrisna.
Pandemi Corona sempat menunda penganugerahan gelar tersebut. Mulanya dengan persetujuan senat tersebut, agenda pemberian Doktor Honoris Causa direncanakan berlangsung pada Maret atau April. Penundaan ini juga menjadi pemberitaan yang cukup viral di media.
“Walaupun demikian, penundaan pada saat itu adalah langkah yang tepat karena kondisi gawat darurat yang membutuhkan keamanan kita untuk menjaga kesehatan, dan bagi Pak Kepala BKKBN untuk terlebih dahulu melaksanakan tugas,” terang Prof. Sutrisna.
Upacara penganugerahan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, di antaranya peserta selalu mengenakan masker, mencuci tangan dan diukur suhu badannya menggunakan termometer infrared sebelum memasuki area kegiatan, serta pengaturan tempat kegiatan, ruang makan, penyajian makanan yang sesuai dengan standar pencegahan COVID-19, dengan tempat duduk jarak antar peserta minimal 1,5 meter.
Tamu yang hadir sangat terbatas hanya keluarga dan VIP. Sedangkan untuk audiens masyarakat umum bisa menyaksikan melalui siaran daring lewat Youtube UNY Official dan bkkbn official. Untuk mendukung penerapan protokol kesehatan tersebut, kegiatan berlangsung dengan pengiriman pemberitahuan dan koordinasi dengan Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Sleman.
(ars)