Momen Keakraban Ganjar Pranowo dan Atikoh Dengarkan Aspirasi Anak-anak Difabel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kedatangan tamu dari anak-anak difabel yang tergabung dalam "Rumah D Semarang," di Puri Gedeh, Semarang. Dalam momen itu, Ganjar dan istri, Siti Atikoh berbaur dengan anak-anak difabel bahkan mendengarkan aspirasi mereka terkait negara ini.
Momen itu terjadi kala anak-anak difabel yang tergabung dalam Rumah D Semarang menyambangi rumah dinas Ganjar, Puri Gedeh, Semarang, Jateng, Sabtu (2/9/2023) pagi. Mereka sudah kumpul di Puri Gedeh sekitar pukul 09.00 WIB.
Ganjar yang baru selesai mengikuti kegiatan lomba lari maraton di Stadion Jatidiri, Semarang pun langsung menyambut mereka. Sehabis bersih-bersih dan berganti pakaian, Ganjar bersama istrinya, Siti Atikoh pun menerima kedatangan puluhan anak-anak difabel.
Melihat Ganjar dan Atikoh, anak-anak difabel antusias. Mereka berebut bersalaman dengan bakal calon presiden (bacapres) yang didukung Partai Perindo itu.
"Pak Ganjar, Pak Ganjar, Pak Ganjar," seru anak-anak difabel.
Usai bersalaman, Ganjar pun mengajak mereka berbincang. Faradila Rahmadini dari Komunitas Difabel Semarang menjadi salah satu anak yang berbincang dengan Ganjar.
Kepada Ganjar, Faradila menyampaikan prestasi yang pernah diraih. Tak tanggung-tanggung, prestasi yang disampaikan ke Ganjar merupakan lomba tingkat nasional.
"Kemarin saya ikut lomba juara 1 'Difabel Berani Bersuara,' tingkat nasional. Saya juga ikut lomba menulis opini judulnya 'Tentang Pendidikan Inklusif Antara Ada dan Tiada.' Alhamdulilah masuk 10 besar dan itu kategori umum," papar Faradila.
Merespons itu, Ganjar sedikit penasaran dengan lomba menulis opini yang diikuti Faradila. Ganjar bertanya, topik apa yang ditulis Faradila dalam tulisan opini.
"Maksudnya di kalangan kita memang yang sudah inklusif bemar-benar dijaga, tetapi ternyata pada lapangan masih minim sekali tentang pendidikan yang inklusif itu seperti apa?" kata Faradila menjawab pertanyaan Ganjar.
"Yang tidak tahu masyarakatnya, gurunya, muridnya atau gubernurnya?" tanya Ganjar kembali.
"Masyarakatnya, Pak," jawab Faradila.
"Biasanya mereka tidak tahu soal seperti apa?" tanya Ganjar kembali.
"Ya masih memandang kita difabel itu enggak mampu dan cacat, masih seperti itulah Pak," jawab Faradila.
Tak hanya Faradila, Mita yang juga anggota Komunitas Difabel Semarang turut berbincang dengan Ganjar. Ia menyampaikan rasa sayangnya kepada Ganjar.
"Aku senang sama Pak Ganjar," kata Mita.
"Ohh uwuuw terima kasih," sahut Ganjar.
"Semoga sehat Pak Ganjar," jawab Mita.
"Aamiin. Tepuk tangan," ucap Ganjar merespons Mita.
Sementara itu, salah satu perwakilan dari Komunitas Difabel Semarang menyampaikan harapannya kepada negeri ini. Mulanya, ia bertanya harapan Ganjar terkait negara ini. Namun, Ganjar bertanya balik.
"Kalau kamu sendiri harapannya apa?" ucap Ganjar.
"Supaya negara ini bisa terus maju dan mampu," tutur anak difabel.
"Setuju," seru Ganjar disambut tepuk tangan peserta.
Momen itu terjadi kala anak-anak difabel yang tergabung dalam Rumah D Semarang menyambangi rumah dinas Ganjar, Puri Gedeh, Semarang, Jateng, Sabtu (2/9/2023) pagi. Mereka sudah kumpul di Puri Gedeh sekitar pukul 09.00 WIB.
Ganjar yang baru selesai mengikuti kegiatan lomba lari maraton di Stadion Jatidiri, Semarang pun langsung menyambut mereka. Sehabis bersih-bersih dan berganti pakaian, Ganjar bersama istrinya, Siti Atikoh pun menerima kedatangan puluhan anak-anak difabel.
Melihat Ganjar dan Atikoh, anak-anak difabel antusias. Mereka berebut bersalaman dengan bakal calon presiden (bacapres) yang didukung Partai Perindo itu.
"Pak Ganjar, Pak Ganjar, Pak Ganjar," seru anak-anak difabel.
Usai bersalaman, Ganjar pun mengajak mereka berbincang. Faradila Rahmadini dari Komunitas Difabel Semarang menjadi salah satu anak yang berbincang dengan Ganjar.
Kepada Ganjar, Faradila menyampaikan prestasi yang pernah diraih. Tak tanggung-tanggung, prestasi yang disampaikan ke Ganjar merupakan lomba tingkat nasional.
"Kemarin saya ikut lomba juara 1 'Difabel Berani Bersuara,' tingkat nasional. Saya juga ikut lomba menulis opini judulnya 'Tentang Pendidikan Inklusif Antara Ada dan Tiada.' Alhamdulilah masuk 10 besar dan itu kategori umum," papar Faradila.
Merespons itu, Ganjar sedikit penasaran dengan lomba menulis opini yang diikuti Faradila. Ganjar bertanya, topik apa yang ditulis Faradila dalam tulisan opini.
"Maksudnya di kalangan kita memang yang sudah inklusif bemar-benar dijaga, tetapi ternyata pada lapangan masih minim sekali tentang pendidikan yang inklusif itu seperti apa?" kata Faradila menjawab pertanyaan Ganjar.
"Yang tidak tahu masyarakatnya, gurunya, muridnya atau gubernurnya?" tanya Ganjar kembali.
"Masyarakatnya, Pak," jawab Faradila.
"Biasanya mereka tidak tahu soal seperti apa?" tanya Ganjar kembali.
"Ya masih memandang kita difabel itu enggak mampu dan cacat, masih seperti itulah Pak," jawab Faradila.
Tak hanya Faradila, Mita yang juga anggota Komunitas Difabel Semarang turut berbincang dengan Ganjar. Ia menyampaikan rasa sayangnya kepada Ganjar.
"Aku senang sama Pak Ganjar," kata Mita.
"Ohh uwuuw terima kasih," sahut Ganjar.
"Semoga sehat Pak Ganjar," jawab Mita.
"Aamiin. Tepuk tangan," ucap Ganjar merespons Mita.
Sementara itu, salah satu perwakilan dari Komunitas Difabel Semarang menyampaikan harapannya kepada negeri ini. Mulanya, ia bertanya harapan Ganjar terkait negara ini. Namun, Ganjar bertanya balik.
"Kalau kamu sendiri harapannya apa?" ucap Ganjar.
"Supaya negara ini bisa terus maju dan mampu," tutur anak difabel.
"Setuju," seru Ganjar disambut tepuk tangan peserta.
(rca)