Ganjar Wajibkan Setiap Kepala Dinas Bikin Satu Inovasi Setiap Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bakal calon presiden (bacapres) yang didukung Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Ganjar Pranowo mengatakan, setiap kepala daerah diwajibkan membuat minimal satu inovasi per tahun. Agar setiap tahunya Pemerintah Jawa Tengah melakukan berbagai pembaruan.
Hal itu dikatakan Ganjar saat memberikan sambutan pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Tahun 2023 Ikatan Apoteker Indonesia di Hotel Grand Mercure, Solo Baru, Sukoharjo.
"Saya pengalaman sedikit saja, saya wajibkan kepala dinas saya itu organize OPDnya itu satu tahun kamu harus punya inovasi. maka kami punya tabungan inovasi itu minimum dalam satu tahun 50," kata Ganjar, Kamis (24/8/2023).
Bukan tanpa sebab Ganjar berbicara iti, hal tersebut bertujuan pentingnya melihat perkembangan zaman yang kian berubah. Agar pihaknya dapat memberikan pelayanan serta kebutuhan masyarakat yang terbaik.
"Jadi intinya publik service intinya. di dalam dia men-general banyak hal yang mesti dia kelola," kata Ganjar.
Hal itu juga berkaitan dengan, sikapnya yang sangat mendukung peningkatan riset guna menyiapkan kekuatan farmakologis dari dalam negeri. Sebab riset perlu dilakukan oleh apoteker untuk mengantisipasi perkembangan penyakit pada masa depan. Menurutnya riset adalah kunci untuk peningkatan idustri kesehatan dalam negeri.
"Musti riset terus-menerus. Ini momentum para apoteker untuk melakukan riset, berkolaborasi dan mengantisipasi perubahan dunia, khususnya soal disease," ucap Ganjar.
Lebih rinci, Ganjar menjelaskan peran apoteker menjadi penting dalam antisipasi perubahan dunia kesehatan. Dirinya tak menginginkan terjadi kepanikan di tengah masyarakat ketika Covid-19 muncul pada tahun 2020 lalu.
"Jangan sampai kemarin kita panik semuanya karena kita tidak punya obat dan hingga akhirnya banjir impor," katanya.
Dirinya mengaku, riset sangat perlu dilakukan secara terus-menerus untuk menyiapkan kekuatan farmakologis dalam negeri menghadapi tantangan dunia kesehatan ke depan. Agar kejadian ketika terjadi pandemi seperti Covid-19 masyarakat tidak kembali panik.
"Penting untuk melihat tren perkembangan zaman dan menyiapkan kekuatan farmakologis dari dalam negeri karena kita kaya soal itu," jelasnya.
Menurutnya, kekuatan farmakologi dalam negeri itu akan memunculkan kemandirian dalam bidang kesehatan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sebelumnya sempat menyampaikan tentang politik kesehatan. Agar masyarkat tidak perlu berobat ke luar negeri. Begitu juga dengan impor obat-obatan dari luar negeri.
"Apakah kita tidak mampu? Kalau saya bilang mampu, tinggal mau apa tidak," ungkapnya.
Dirinya menginginkan para apoteker dan ahli dalam bidang farmasi untuk mengisi slot yang ada di BRIN maupun BRIDA. Hal itu bertujuan untuk memperbanyak riset tentang obat termasuk obat herbal.
Kata Ganjar, salah satu tempat riset untuk obat herbal tersedia di Tawangmangu. Tetapi tetapi saat ini kurang produktif sehingga butuh digenjot kembali.
"Ini bagian dari hilirisasi yang perlu dilakukan. Kita punya hutan yang luas, laut yang luas. Kita punya perguruan tinggi, kita bisa mandiri bidang obat dan obat herbal. Kita punya kamu juga lho," ujarnya.
Hal itu dikatakan Ganjar saat memberikan sambutan pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Tahun 2023 Ikatan Apoteker Indonesia di Hotel Grand Mercure, Solo Baru, Sukoharjo.
"Saya pengalaman sedikit saja, saya wajibkan kepala dinas saya itu organize OPDnya itu satu tahun kamu harus punya inovasi. maka kami punya tabungan inovasi itu minimum dalam satu tahun 50," kata Ganjar, Kamis (24/8/2023).
Bukan tanpa sebab Ganjar berbicara iti, hal tersebut bertujuan pentingnya melihat perkembangan zaman yang kian berubah. Agar pihaknya dapat memberikan pelayanan serta kebutuhan masyarakat yang terbaik.
"Jadi intinya publik service intinya. di dalam dia men-general banyak hal yang mesti dia kelola," kata Ganjar.
Hal itu juga berkaitan dengan, sikapnya yang sangat mendukung peningkatan riset guna menyiapkan kekuatan farmakologis dari dalam negeri. Sebab riset perlu dilakukan oleh apoteker untuk mengantisipasi perkembangan penyakit pada masa depan. Menurutnya riset adalah kunci untuk peningkatan idustri kesehatan dalam negeri.
"Musti riset terus-menerus. Ini momentum para apoteker untuk melakukan riset, berkolaborasi dan mengantisipasi perubahan dunia, khususnya soal disease," ucap Ganjar.
Lebih rinci, Ganjar menjelaskan peran apoteker menjadi penting dalam antisipasi perubahan dunia kesehatan. Dirinya tak menginginkan terjadi kepanikan di tengah masyarakat ketika Covid-19 muncul pada tahun 2020 lalu.
"Jangan sampai kemarin kita panik semuanya karena kita tidak punya obat dan hingga akhirnya banjir impor," katanya.
Dirinya mengaku, riset sangat perlu dilakukan secara terus-menerus untuk menyiapkan kekuatan farmakologis dalam negeri menghadapi tantangan dunia kesehatan ke depan. Agar kejadian ketika terjadi pandemi seperti Covid-19 masyarakat tidak kembali panik.
"Penting untuk melihat tren perkembangan zaman dan menyiapkan kekuatan farmakologis dari dalam negeri karena kita kaya soal itu," jelasnya.
Menurutnya, kekuatan farmakologi dalam negeri itu akan memunculkan kemandirian dalam bidang kesehatan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sebelumnya sempat menyampaikan tentang politik kesehatan. Agar masyarkat tidak perlu berobat ke luar negeri. Begitu juga dengan impor obat-obatan dari luar negeri.
"Apakah kita tidak mampu? Kalau saya bilang mampu, tinggal mau apa tidak," ungkapnya.
Dirinya menginginkan para apoteker dan ahli dalam bidang farmasi untuk mengisi slot yang ada di BRIN maupun BRIDA. Hal itu bertujuan untuk memperbanyak riset tentang obat termasuk obat herbal.
Kata Ganjar, salah satu tempat riset untuk obat herbal tersedia di Tawangmangu. Tetapi tetapi saat ini kurang produktif sehingga butuh digenjot kembali.
"Ini bagian dari hilirisasi yang perlu dilakukan. Kita punya hutan yang luas, laut yang luas. Kita punya perguruan tinggi, kita bisa mandiri bidang obat dan obat herbal. Kita punya kamu juga lho," ujarnya.
(maf)